Membaca buku Drs. H. Ramlan Badawi, MH, Meniti Karier Dari Guru Hingga Bupati, mengajak kita bernostalagi tentang sosok H. Ramlan Badawi, Bupati Mamasa. Rentetan perjalana hidup dari masa kecil hingga menjadi Bupati diurai oleh penulis secara sederhana, detail dengan jalinan bahasa tidak rumit.
Ada beberapa peristiwa dalam biografi seorang H. Ramlan Badawi, akan menjadi inspirasi bagi pembaca untuk lebih maju. Penulis dalam buku tersebut hendak mengatakan, keuletan dan tekad untuk maju melalui pendidikan, bisa menjadi sangat berarti dalam kehidupan di masa datang.
Buku setebal 158 halaman ini, pada bab-bab intinya menggambarkan perjalan hidup dari H. Ramlan Badawi, dimana Bupati Mamasa ini lahir dari sebuah sisi kampung Galung di Desa Salurindu, bernama Pehatuan. Ramlan kemudian bertumbuh bersama dengan kesederhanan hidup orang tuanya petani. Menjalani hari-hari bersekolah dengan situasi kampun yang sederhana dan kadang kekurangan.
Ini kemudian membentuk karakter Ramlan kecil, hendak untuk berontak dengan kondisi yang ada. Harus sekolah dan cerdas untuk memperbaiki kehidupan diri sendiri dan keluarga. Juga setelah menjadi Bupati, memperbaiki kehidupan masyarakat Mamasa secara menyeluruh.
Satu catatan menarik dari buku tersebut, digambarkan oleh penulis, bahwa sosok H. Ramlan Badawi itu adalah seorang bupati yang sederhana, dalam kehidupan sehari-harinya tidak ada kesan glamour. Juga dituturtuliskan, bahwa selain sederhana, H. Ramlan Badawi adalah bupati memiliki gaya komunikasi sederhana, baik pada semua orang. Tidak ingin mengecewakan orang, membuat rumah jabatan sebagai tempat yang teduh bagi masyarakatnya.
Latar belakang penulis yang memiliki kecenderungan menulis prosa membuat buku ini memiliki banyak untai kata yang bermakna ganda, sehingga buku sederhana ini memang membutuhkan sedikit kecakapan sastra dari pembaca untuk memahaminya secara detail. Apalagi dalam penempatan paragrapp penulis menggunakan pola zig zag, kayaknya sebuah novel. Sehingga bila tidak dibaca secara runtut, kadang pembaca kehilangan orientasi.
Meskipun cukup segar dibaca dengan gaya menulis sederhananya, penulisan buku ini terkesan buru-buru. Masih banyak karakter (huruf) yang salah dalam penulisannya. Itu bisa terjadi, seperti dalam pengakuan penulis pada Pengantar Kata Penulis diuraikan perjalan penulisan buku ini memang sangat singkat untuk sebuah biografi
Ikuti tulisan menarik Taufik AAS P lainnya di sini.