x

Impotensi

Iklan

Suhana Lim

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Post Power Syndrome dan Impotensi

Dari energy pattern di diri nya, kentara sekali Anton sedang mengalami masalah pada kesehatan (yang cukup akut).

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

SMS (Sumarecon Mal Serpong) Tangerang: sore menjelang malam saat saya terlibat obrolan dengan new friendly face. Anton (nama samaran) sudah masuk mid 50s. Ia menemui saya untuk berinitial consultation. Kenal saya via familinya yang adalah existing klien. Anton bermaksud melakukan diversifikasi pada jaringan bisnisnya. Ia ragu apakah bidang yang baru akan dimasuki nya nanti cocok.

Sedari awal bersua, perhatian saya lebih tertuju kepada kondisi kesehatan nya. Dari energy pattern di diri nya, kentara sekali Anton sedang mengalami masalah pada kesehatan (yang cukup akut). Sebisanya saya menahan diri untuk mempraktekan pengetahuan mian xiang (analisa wajah) dan psychosomatic (analisa seluruh tubuh). Saya mau cari uang dengan cara yang lebih challenging, bukan sekedar “cara males” menjadi peramal (wajah, dsb nya). Having said that, in the event/case yang berkaitan dengan kesehatan maka saya “melanggar” komitmen tadi. Especially kalau masalah nya kategori cukup serius.

Susahnya karena Anton adalah kenalan baru, maka saya tidak enak untuk straightforward menyampaikannya. Belakangan saat komunikasi sudah sangat fluid dan koneksi emosi lebih comfort barulah saya singgung masalah kesehatan. Biar ga muter-muter, saya langsung “tembak” tanya: “sudah berapa lama ada masalah dengan “adik” nya?” Raut wajah Anton langsung berubah, kelihatan sangat terkejut. Tak menduga bahwa saya bisa omongin hal tersebut. Sesaat kemudian Anton pun cerita bahwa sudah the past three years mengalami problem pada fungsi alat kelamin nya. Hal tadi membuatnya sangat gundah gulana. Ia malu untuk berobat juga untuk openly bicarain dengan keluarga atau teman. Instead mencari pengobatan via bisik bisik, iklan-iklan di luaran. Tapi so far, tak efektif.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Reaksi berikutnya (sesuatu yang bisa dimaklumi) ialah cerita Anton bahwa padahal waktu muda, ia kuat untuk berhubungan selama berjam-jam, dan beberapa “kenangan masa kejayaan” yang semuanya untuk menggambarkan betapa macho nya saat muda. Attitude yang dilakukan Anton memang sesuatu yang manusiawi. Coba amati, bukankah banyak sekali yang begitu. Sering secara sadar ataupun tidak, mengenang “saat jaya.” Waktu muda, dulu, gua begini begini. Few years ago, gua bisa ini itu. Dulu semasa SMA atau kuliah, banyak yang jatuh cinta ke gua. Dan aneka kalimat serupa untuk mengilustrasikan betapa hebat nya kita. Yup, itu mungkin benar sekali dan sebuah prestasi dan kebanggaan. But the reality is now and present. Jadi harus juga liat kenyataan saat ini dan sekarang. Jangan-jangan dengan bersikap mengenang dan membandingkan dengan soal-soal dulu malah bikin kita tambah stress. Ini yang perlu diperhatikan, agar tidak mengalami post power syndrome.

Diakhir pertemuan, Anton sudah lebih tenang. At least hal yang mengganjal dalam diri sudah di keluarkan. Dan juga bilang akan mulai mencari profesional (dokter/sinshe dan atau psikiater/psikolog) untuk mengatasi masalahnya itu.

Memang tak jarang saya bersua dengan orang yang niat untuk konsultasi sesuatu hal, tapi akhirnya malah menjumpai ada other issue yang jauh lebih penting buat diatasi. Karena masalahnya kategori “clear and present danger.”

 

 

Ikuti tulisan menarik Suhana Lim lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

32 menit lalu

Terpopuler