x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Ketika Buku Saku Mengubah Cara Kita Membaca

Revolusi ebook mengingatkan kepada revolusi paperback, ketika buku-buku dapat dibeli pembaca dengan harga murah.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Di Amerika Serikat (juga di Eropa Barat), pada tahun 1930-an, buku selalu diterbitkan dalam format sampul tebal (hardcover). Alasannya, antara lain, agar buku dapat bertahan lama dan sekaligus bergengsi sebagai karya intelektual. Ketika ensiklopedi Britannica dan Americana masih terbit dalam bentuk cetakan, kemasannya selalu bersampul tebal. Ketika dipajang di lemari buku di ruang tamu, deretan buku ensiklopedi yang tebal-tebal ini terlihat garang.

Harga buku bersampul tebal pada tahun 1930-an sekitar $2,5 atau sekitar $40 saat ini. Sulit bagi orang-orang berkantong tipis untuk bisa membeli novel dan buku non-fiksi yang bagus dengan harga setinggi itu. Lagi pula, jumlah toko buku masih terbatas, hanya ada sekitar 500 toko dan berada di 12 kota besar Amerika. Tak mudah bagi penduduk Amerika untuk mengunjungi toko buku.

Di dalam setiap persoalan terdapat jalan keluar—hukum ini senantiasa berlaku, di manapun, kapanpun.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

“Ini peluang besar,” kira-kira begitu yang dipikirkan Robert Fair de Graff, seorang wirausaha, ketika mempelajari dunia perbukuan masa itu. Ada pasar yang belum terisi, yakni peminat buku dengan kemampuan beli yang tak sanggup menjangkau buku bersampul tebal. Ia terilhami oleh langkah penerbit di Eropa yang menerbitkan buku paperback—buku yang dijilid dengan lem dan bersampul tipis, berbeda dengan hard cover books.

De Graff lantas menemui bos penerbit Simon & Schuster dan memperoleh dukungan untuk meluncurkan paperback books dengan nama penerbit Pocket Books pada Mei 1939. De Graff mampu menjual buku berbahan kertas dengan ukuran 10 kali 15 centimeter—karena itu penerbitnya disebut Pocket Books, yang kemudian juga menjadi sebutan generik bagi buku berukuran saku (pocket books). Harga jualnya relatif terjangkau oleh kebanyakan pembaca masa itu, rata-rata 25 sen. Five Great Tragedies karya William Shakespeare dan The Murder of Roger Ackroyd karya Agatha Christie merupakan dua dari 10 judul yang pertama kali diterbitkan dalam format buku saku oleh Pocket Books.

Hasil terobosan ini? Siapapun punya kesempatan untuk membeli buku. Dengan cara itulah, De Graff merevolusi industri buku. Pocket books mengubah setiap hal terkait dengan siapa yang bisa membaca dan dimana membaca. Masyarakat pembaca ketika itu dapat menenteng buku kecil yang ringan dan membaca dimanapun mereka menginginkan. Orang tidak lagi membaca buku hanya di rumah atau perpustakaan universitas dan lembaga riset lantaran bobot buku lumayan berat untuk dibawa kemana-mana.

Tiba-tiba saja orang membaca sepanjang waktu, seperti halnya kini kita menulis dan membaca e-mail, twitter, maupun buku elektronik. Dengan menggandeng perusahaan distributor majalah, De Graff mampu menjual buku di tempat-tempat yang sebelumnya sulit diakses, seperti toko grosir, toko obat, dan terminal bandara. Dalam dua tahun pertama, seperti disebutkan Smithsonian Magazine, De Graff mampu menjual 17 juta eksemplar buku.

Sukses De Graff menggoda banyak orang serta penerbit lain untuk terjun ke bisnis buku saku dengan kertas koran. Sebagian penerbit khawatir dengan munculnya penerbit baru yang kurang peduli dengan kualitas buku terbitannya. Di sisi lain, perubahan pasar ini melahirkan genre literer baru seperti detektif dan fiksi sains. Buku-buku populer kian diminati.

Di Indonesia, belakangan ini relatif banyak buku yang diterbitkan dalam format buku saku (terkadang juga lebih besar sedikit) dengan kertas koran, seperti The Da Vinci Code karya Dan Brown dan The Island of Java (Sejarah Tanah Jawa) karya John Joseph Stockdale. Di tengah kecanggihan teknologi e-book, banyak orang masih mencari buku yang mudah ditenteng, dibaca, dan dicium aroma kertasnya. (sbr foto: nytimes.com) ***

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu