x

Iklan

Gitanyali

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Gerakan Anti-pengungsi di Jerman

Demo Anti Pengungsi Di Jerman oleh Masyarakat Lokal.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Aku sering di rumah akhir-akhir ini, kalau bukan untuk keperluan mendesak memang  lebih suka di rumah. Menulis, belajar Herba, membaca dan chatting dengan teman-teman di belahan penjuru dunia untuk mengusir kebosananku sambil menunggu tukang bangunan rumah yang pemalas sekali menyelesaikan renovasi rumah kami. Renovasi rumah yang hanya secuil bisa molor hampir setahun, ini di Jerman lho bukan di Afrika (sorry Afrika, saya membandingkannya dengan anda , karena memang begitulah adanya ). Statemen ini kupinjam dari Seiko si orang Jepang kawanku, dia selalu membandingkan segala sesuatunya di Ndeso Magdeburg ini dengan Afrika. Jadi bukan salahku. Titik.

Makanya dari pada pusing  tiap hari gondok, kecewa dan mangkel dengan kontraktor terburuk sekampung Magdeburg ini, sesekali ku buka televisi siapa tahu ada sesuatu menarik di sana. Sambil celingak -celinguk baca-baca koran dan tetap setia dengan CNN.

Ada SMS masuk dari temanku Herr Maier di Marzhan, sebuah Distrik yang terletak di Berlin Timur.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

“Cepat buka TV dan saksikan Berita, jangan kesini sampai situsi tenang”

Aku memang berniat mengunjunginya minggu lalu tetapi dengan SMS tersebut niatan ini harus ku undur. Ku buka TV dan kusaksikan ternyata ada demo di Marzhan. Mereka menolak dan berdemo Anti Pengungsi. Demonstran mengecam kurangnya konsultasi dan koordinasi Pemerintah setempat dan penduduk lokal tentang pusat pengungsi (refugee centre/refugee camp) di sana.

Seperti diketahui Jerman adalah negara pertama di Eropa yang menjadi tujuan  para pencari suaka. Sebanyak 200.000 pencari suaka datang  tahun ini dan jumlahnya hampir 60 persen lebih dari tahun 2013. Para pencari suaka politik kebanyakan datang dari negara yang dilanda perang terutama Suriah, Irak dan Afghanistan dll. Sebagai tambahan juga di Jerman kebanyakan Pusat pengungsi didirikan dari gedung bekas Barak tentara, sekolah-sekolah yang sudah tidak terpakai, tenda, perumahan mobile yang bisa dipindah dll.

Secara teknis dan menurut hukum, pencari suaka tersebut bukan imigran ilegal. Mereka benar-benar legal sampai keputusan dibuat oleh Otoritas setempat apakah permohonan mencari suaka mereka di setujui atau tidak. Proses tersebut  bisa sampai berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun di Jerman. Itulah perbedaan besar tentang persepsi  pengungsi di  benak kita, di mana setiap pengungsi apapun dinilai sebagai “ilegal” sampai terbukti sebaliknya. Tapi tentunya hal itu tidak akan terjadi di Jerman dan Negara EU lainnya.

Namun demikian menurut kuharus ada upaya lebih untuk menyelesaikan masalah pengungsi dari Suriah dan Irak oleh negara-negara yang sangat antusias mengobarkan dan menyiram minyak peperangan disana.

Arab Saudi, Kuwait, Qatar, Uni Emirat Arab, ditambah Rusia dan Amerika Serikat. Anda memecahkannya dan memulai peperangan saudara ini, sebaiknya negara-negara anda bisa menjadi tuan rumah untuk para pelarian ini yang lari dari kekacauan  dan puing-puing yang anda tinggalkan. Tapi apa kenyataannya? Pahit.  Negara Serakah akan selalu menjadi serakah dan pecundang. Lalu siapa yang rugi? Anda semua tahu dan bisa melihat sendiri situasi negara-negara yang telah diobok-obok negara lain. Bisakah kita belajar dari itu? Semangat pasti bisa.

Aku membalas SMS Herr Maier di Marzhan .

“Kenapa aku tidak boleh datang? bukankah aku hanya orang asing tapi bukan pengungsi atau pencari suaka?”

Ini balasannya :

“Nein! my dear.. . Kamu bukan pengungsi dan pencari suaka, tetapi kamu tetap orang asing di sini. Saya tidak mau apa-apa terjadi denganmu. Ingat orang-orang itu bodoh semua”

Fakta yang ku ketahui adalah si pengungsi, si asing dan si lokal ini memiliki poin yang valid , yaitu:

1) Orang asing mencari masa depan yang lebih baik bagi diri mereka sendiri, keluarga dan anak-anak mereka dan hal ini wajar, asalkan:

2) Masyarakat setempat memiliki hak untuk merasa aman dan pengungsi tidak mendahului manfaatnya dan hak-hak mereka.

(Mari kita jujur dengan diri sendiri, kadang-kadang menjadi pengungsi itu jauh lebih mudah  karena pemerintahan sosialis Jerman akan melakukan apa pun untuk mereka  atas nama “kebijakan apapun”), dan tentu saja jangan lupa bahwa:

3) Kelompok pengungsi yang aku harapkan sebagian besar orang baik-baik dengan beberapa orang yang bukan pengungsi tetapi hanya ingin memanfaatkan rumah baru, kelompok pemalas, penjahat kecil dan itu semua adalah contoh buruknya hingga membuat semua pengungsi terlihat buruk, karena orang-orang lokal kemudian takut dan ketika mereka takut, itu sangat mudah untuk menggeneralisasi  ” mereka semua ” versus “kita semua” .

Aku hanya berharap Jerman supaya lebih  cerdas dengan ide menampung pengungsi yang sangat mulia ini dan aku juga menaruh hormat. Namun sekali lagi menampung mereka tidak bisa hanya dengan membuka pintu lebar-lebar kemudian menempatkan mereka secara terbuka , karena pengungsi adalah manusia , mereka bukan tanaman!. Masih banyak PR yang harus dikerjakan untuk kita semua , orang asing , pengungsi dan penduduk lokal.

 

Link berita dan Foto : http://www.berliner-zeitung.de/berlin/demonstration-in-marzahn-800-anwohner-und-neonazis-demonstrieren-gegen-fluechtlingsheim,10809148,29209884.html

Ikuti tulisan menarik Gitanyali lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

9 jam lalu

Terpopuler