x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Ensiklopedi, Pencatat Pertumbuhan Pengetahuan

Ensiklopedi Britannica dan Americana merupakan pencatat serius pertumbuhan kebudayaan dan pengetahuan manusia. Sebagai himpunan tulisan yang ringkas namun lengkap, ensiklopedi adalah media pendidikan yang serba melingkupi.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

“Because the world is radically new, the ideal encyclopedia should be radical, too.”
--Charles Van Doren (Penulis dan editor, 1926-...)

 

Ada dua ensiklopedi kelas dunia yang pernah dianggap sebagai karya prestisius: Americana dan Britannica. Banyak orang yang memilikinya sebagai bagian dari prestise. Di ruang para eksekutif, pengacara, atau siapapun dereten buku tebal ini berjajar rapi di belakang meja kerja mereka. Sepertinya, memang menambah wibawa.

Namun begitu, niscaya tak sebanyak itu orang yang telah membacanya, sekalipun sebagian saja dari ribuan halaman kedua ensiklopedi mashur itu. Apa lagi, membaca seluruh halaman. Mungkin ada segelintir orang, seperti Fat’h Ali yang membaca Britannica hingga halaman terakhir setelah ia memperoleh hadiah satu set ensiklopedi itu ketika diangkat menjadi Shah Persia pada 1797.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ada pula George Bernard Shaw, penulis Inggris, yang mengaku telah membaca edisi ke-9 kecuali artikel mengenai sains. A.J. Jacobs, editor majalah Esquire, mengaku telah membaca keseluruhan edisi ke-15 versi tahun 2002. Ia menceritakan pengalamannya itu dalam buku yang terbit pada 2004, The Know-It-All: One Man's Humble Quest to Become the Smartest Person in the World.

Ada lagi orang yang memang doyan membaca ensiklopedi. Mereka adalah C.S. Forester, penulis, dan Amos Urban Shirk, pengusaha Amerika yang membaca edisi ke-11 dan 14 Britannica. Mereka menggunakan waktu rata-rata tiga jam setiap malam selama empat setengah tahun untuk membaca satu edisi. Ada pula orang yang lantaran posisinya sebagai pemimpin redaksi Britannica punya kewajiban membaca satu edisi sampai tuntas. Mereka antara lain William Smellie (edisi 1), William Robertson Smith (edisi 9), dan Walter Yust (edisi 14).

Sebagai himpunan tulisan yang ringkas namun lengkap, ensiklopedi adalah sejenis media “pendidikan yang serbamelingkupi” (well-rounded education) —pengertian yang diturunkan dari asal katanya, dalam kasanah bahasa Yunani, enkuklios paideia. Dari peradaban Yunani pulalah ikhtiar menulis pengetahuan secara lengkap dimulai, antara lain oleh Aristoteles.

Salah satu karya yang cukup ensiklopedis di zaman lampau ialah yang ditulis Pliny Tua pada abad pertama, yakni Naturalis Historia (Sejarah Alam).  Lalu ada Etymologiae, karya St. Isidore dari abad ke-7, disusul oleh Bibliothec, karya Photius dari abad ke-9, De proprietatibus rerum, karya Bartholomeus de Glanvilla dari abad ke-13, dan di zaman kemajuan Muslim Abu Bakr al-Razi melahirkan ensiklopedi sains dan Ibnu Sina menciptakan ensiklopedi kedokteran.

Panjang Americana maupun Britannica edisi cetak mencapai berjilid-jilid. Encyclopædia Americana meliputi lebih dari 45.000 artikel. Ditulis oleh 6.500 kontributor, Americana mencakup lebih dari 9.000 bibliografi, 150.000 cross-references, 1.000 tabel, 1.200 peta, dan hampir 4.500 gambar hitam-putih maupun berwarna. Juga, 680 boks fakta.

Lama tersedia dalam bentuk 30 volume buku cetak, kini Americana dipasarkan pula sebagai online encyclopedia dengan cara berlangganan—Britannica melakukan strategi serupa untuk beradaptasi dengan kemajuan masyarakat. Pada Maret 2008, Scholastic—produsen ensiklopedi Americana—menyatakan bahwa penjualan edisi cetak masih bagus, walaupun perusahaan ini tidak memproduksi edisi 2007, padahal setiap tahun ensiklopedi ini selalu direvisi.

Americana sudah berusia tua. Edisi pertamanya terdiri atas 13 volume dan diterbitkan antara 1829 dan 1833 oleh Carey, Lea & Carey di Philadelphia. Pada 1846 volumen keempatbelas diterbitkan. Dalam iklannya yang terbit pada 1921, Americana menyebutkan bahwa ensiklopedi lain ketinggalan zaman seperti lokomotif 90 tahun sebelumnya. Setelah Dobson's Encyclopædia (1789-1798), Americana merupakan ensiklopedi Amerika pertama yang signifikan.

Upaya untuk mengangkat kualitas isi Encyclopaedia Americana dilakukan oleh penerbitnya antara lain dengan melibatkan majalah Scientific American. Ketika hendak menerbitkan versi baru dalam 16 volume pada 1902, sejumlah orang dari jurnal bergengsi itu bertindak sebagai editorial supervisor penerbitan ensiklopedi ini. Frederick Converse Beach, editor Scientific American, menjadi pemimpin redaksi Americana. Ini merupakan upaya untuk menjaga agar Americana mampu mengikuti perkembangan sains dan peradaban. Ia dibantu oleh ratusan orang sarjana dan otoritas terkemuka di berbagai bidang sebagai editor konsultan ataupun penulis. Tapi, kerjasama ini dihentikan pada 1911.

Bagaimana dengan Britannica? Sejak diterbitkan pertama kali antara 1768 dan 1778 di Edinburgh, Skotlandia, Britannica tumbuh cepat dalam meraih popularitas. Saking bersemangatnya, edisi ketiga yang terbit pada 1801 mencapai lebih dari 21 volume. Bintang ensiklopedi ini makin bersinar dan lantaran mutunya yang tinggi, edisi ke-11 yang terbit pada 1911 dianggap sebagai landmark bagi kesarjanaan dan literary style. Meski begitu, matematikawan L.C. Karpinski mengritik edisi ke-11 mengandung ketidakakuratan dalam artikelnya mengenai sejarah matematika, lantaran tidak ditulis oleh ahlinya. Mulai edisi ke-11, artikel-artikel Britannica secara bertahap diperpendek dan disederhanakan untuk memperluas pasar di Amerika Utara.

Semangat meningkatkan kualitas ditunjukkan oleh Britannica dengan mengadopsi kebijakan ‘revisi berkelanjutan’. Ensiklopedi dicetak-ulang secara kontinyu dan setiap artikel diperbarui dengan jadwal yang teratur. Tentu saja ini tidak mudah mengingat biaya produksinya yang mahal: untuk melakukan riset, menyewa penulis, membayar otoritas bidang tertentu untuk melakukan review naskah, sampai biaya mencetaknya. Apa lagi perkembangan sains dan teknologi demikian cepat, sehingga kemungkinan tertinggal isu selalu terbuka.

Edisi ke-14 Britannica mungkin merupakan contoh edisi yang ketinggalan zaman karena bertahan hingga 35 tahun sejak diterbitkan pertama kali pada 1929. Tentu saja, dunia sudah banyak berubah selama kurun tiga dasawarsa lebih itu. Ketika pengelola Britannica akhirnya terprovokasi oleh tulisan Harvey Einbinder, yang terbit pada 1964, The Myth of Britannica, dibutuhkan waktu 10 tahun untuk menyelesaikan edisi ke-15.

Kendati sudah melibatkan banyak orang yang bekerja mengawasi proses pembuatannya, kedua ensiklopedi ini tak lolos dari kritik. Selain dianggap ketinggalan isu, keduanya kerap dikritik sebagai tidak akurat, bias, atau kontributornya dinilai tidak berkualitas. Meskipun demikian, Britannica yang ditangani oleh sekitar 100 editor penuh-waktu dan lebih dari 4.000 kontributor ahli (pada tahun 2008) tetap menjadi rujukan dan dianggap sebagai the most scholarly encyclopaedia—khususnya edisi ke-9 dengan pemimpin redaksi Thomas Spencer Baynes.

Pilihan editorial Britannica sempat pula menimbulkan persoalan. Misalnya, ketika sebagian topik dikurangi jatah halamannya untuk mengakomodasi topik lainnya, timbul perdebatan di luar—sesuatu yang seringkali memang tidak terelakkan dan akan dihadapi oleh siapapun yang duduk sebagai tim redaksi. Bias ataupun kecondongan editornya ke paham tertentu juga menimbulkan masalah. George Gleig, pemimpin redaksi Britannica edisi ke-3 (1788-1797), menolak teori gravitasi Newton dan menulis bahwa gravitasi bumi disebabkan oleh unsur klasik yang terkandung dalam api.

Upaya serius untuk mengurangi bias dilakukan saat Britannica dikelola oleh perusahaan penerbitan yang berlokasi di Edinburgh, A&C Black—dari edisi ke-7 hingga ke-9, tahun 1827-1901. Kontributornya memang masih banyak yang direkrut melalui pertemanan pribadi pemimpin redaksinya, terutama Macvey Napier, namun diupayakan mereka adalah otoritas yang dihormati di dunia di bidang masing-masing. Dalam edisi ke-7 ini, indeks umum seluruh artikel dimasukkan untuk pertama kali.

Tujuan pokok yang dipancangkan Britannica terus diupayakan, yakni menjadi buku referensi yang ekselen dan menyediakan bahan pendidikan bagi mereka yang ingin belajar. Hingga batas-batas tertentu, upaya ini telah membuahkan hasil, dan mungkin karena pertimbangan inilah pada 1974, saat meluncurkan edisi ke-15, Britannica mengadopsi sasaran ketiga yang ambisius meski mulia: mensistematisasi seluruh pengetahuan manusia.

Langkah yang dilakukan ialah mereorganisasi susunan Britannica ke dalam tiga bagian besar, yaitu Micropædia, Macropædia, dan Propædia dan diterbitkan sebagai edisi ke-15 (1974-1994). Mortimer J. Adler, direktur perencanaan editorial, dianggap amat berpengaruh dalam mengarahkan jalan Britannica kali ini. Namun, pengelompokan artikel menjadi dua ensiklopedi paralel (Micro dan Macro) serta tidak adanya indeks terpisah telah menuai kritik. Britannica meresponsnya dengan menata ulang edisi ke-15 dan menyiapkan indeks untuk kemudian diluncurkan-ulang pada 1985.

Versi kedua ini, terdiri atas 12 volume untuk Micro dan 17 volume untuk Macro, terus diterbitkan dan direvisi dan cetakan mutakhirnya terbit pada 2007. Setiap volume meliputi sekitar 1.000 halaman. Sesuai namanya, Micro memuat artikel yang jauh lebih ringkas dibandingkan Macro. Ini tak lain karena Micro dimaksudkan sebagai alat untuk memeriksa fakta secara cepat. Artikel Macro ditulis lebih mendalam. Tujuan ketiga Britannica tecermin dalam Propædia sebagai “outline of knowledge”, yang ditujukan untuk menyediakan logical framework bagi seluruh pengetahuan manusia.

Dalam edisi cetak 2007, Britannica memuat tulisan yang disumbangkan oleh 4.411 kontributor, kebanyakan memang tokoh di bidang mereka masing-masing. Di antara penyumbang artikelnya terdapat nama-nama seperti ekonom Milton Friedman, astronom Carl Sagan, dan ahli bedah Michael DeBakey. Christine Sutton dari University of Oxford merupakan penyumbang artikel terbanyak, 24, mengenai fisika partikel.

Untuk menjaga reputasinya, Britannica juga menyertakan nama-nama penting untuk duduk sebagai Editorial Board of Advisors, seperti peraih Nobel fisika Murray Gell-Mann, ahli ekonomi politik Benjamin M. Friedman, filosof Thomas Nagel, dan antropolog budaya Michael Wesch. Sebelumnya juga tercantum nama Rene Dubois yang wafat pada 1982.

Kendati melibatkan ilmuwan terkemuka di bidang masing-masing, Britannica tidak berhadap-hadapan dengan ensiklopedi khusus seperti Encyclopaedia of Mathematics atau Dictionary of the Middle Ages, yang memberi ruang luas untuk topik tertentu. Juga tidak bersaing dengan karya bagus Isaac Asimov, Asimov’s New Guide to Science. Sebab, Britannica adalah ensiklopedi umum. Pesaing penting Britannica adalah Collier’s Encyclopedia, Encyclopedia Americana, dan World Book Encyclopedia.

Namun, di era kemajuan teknologi komunikasi dan informasi, Britannica menghadapi tantangan dari sumber informasi digital, Internet. Search engines menjadi kekuatan penghela yang ampuh untuk menjelajahi sumber-sumber informasi yang dapat diakses melalui Internet. Google Books, Project Gutenberg, dan proyek belajar terbuka yang dijalankan Massachussetts Institute of Technology adalah beberapa sumber yang memungkinkan publik mengakses teks orisinal dan opini yang otoritatif di bidangnya. Yang tak bisa diabaikan, tentu saja, adalah Wikipedia yang fenomenal—kendati tingkat otoritas dan akurasinya masih kalah dibandingkan dengan Britannica maupun Americana.

Britannica, lantaran itu, berusaha adaptif terhadap perubahan zaman dengan menghadirkan websitenya. Mereka juga bekerja sama untuk meluncurkan mobile encyclopedia dengan memanfaatkan peranti lunak AskMeNow. Pengguna telepon dapat mengirim pertanyaan melalui pesan teks, dan dan AskMeNow akan mencarikan entri yang diperlukan dari 28.000 artikel ringkas Britannica dan dikirim ke pengguna.

Langkah lebih maju lagi diumumkan pada 22 Januari 2009. Jorge Cauz, presiden Britannica saat itu, mengumumkan pihaknya membuka kemungkinan editing dan penambahan naskah oleh publik di website Britannica. Tapi, ini tidak akan mengubah edisi cetaknya. Mereka yang ingin mengedit naskah diharuskan mendaftar lebih dulu sebelum mengedit atau mengirim naskah mereka. Kiriman ini pun akan di-review dulu, diperiksa, dan akan dipublikasi di website Britannica setelah disetujui oleh staf profesional perusahaan ini.

Berbagai perkembangan teknologi informasi mendorong penerbit mengambil keputusan sangat penting mengenai nasib ensiklopedi ini. Edisi cetak Britannica berakhir ketika pada 13 Maret 2012 ketika penerbit memutuskan untuk menghentikan penerbitannya. Ensiklopedi bersejarah ini akhirnya hanya terbit secara online. Sementara, Americana edisi cetak terbit terakhir kali pada 2006 meskipun versi online-nya sudah dimulai sejak 1997.

Dalam konteks pertumbuhan sains dan peradaban, peran edisi cetak kedua ensiklopedi ini harus diakui, pertama-tama dan terutama sebagai pencatat perkembangan sejarah peradaban manusia. Hingga kini Britannica maupun Americana terus berusaha mempertahankan reputasinya dengan bersikap adaptif terhadap perkembangan zaman—sebuah upaya yang patut diapresiasi. (sbr foto: historytech.wordpress.com) ***

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 hari lalu

Bingkai Kehidupan

Oleh: Indrian Safka Fauzi (Aa Rian)

Sabtu, 27 April 2024 06:23 WIB

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 hari lalu

Bingkai Kehidupan

Oleh: Indrian Safka Fauzi (Aa Rian)

Sabtu, 27 April 2024 06:23 WIB