x

Iklan

Erri Subakti

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Indonesia, Runner-Up 'Country of the Year 2014'

Di tahun 2014 bangsa Indonesia telah melalui satu tahap yang krusial, yang membuktikan Indonesia sebagai negara yang dewasa dalam berdemokrasi. Bukan tanpa alasan "The Economist" menempatkan Indonesia sebagai runner-up 'Country of The Year 2014'

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Pada akhir tahun 2014 lalu, The Economist menempatkan Tunisia sebagai "Country of the Year 2014." Meski sesungguhnya media tersebut juga menempatkan Indonesia sebagai kandidat yang juga layak disebut sebagai "Country of the Year 2014." Namun akhirnya mereka lebih memilih Tunisia dibanding Indonesia karena faktor simbolisme yang lebih diutamakan dibanding besaran negara atau luas wilayahnya.

Tunisia dipilih sebagai Country of the Year 2014 dengan alasan bahwa meski Tunisia merupakan bangsa yang jauh lebih kecil (dari Indonesia), tapi simbolisme lebih penting daripada ukuran. Idealisme yang disebabkan oleh “Arab Spring” telah banyak menenggelamkan beberapa negara di Timur Tengah bergelut dalam konflik yang berujung pada pertumpahan darah dan ekstremisme. Namun satu pengecualian yaitu: Tunisia, yang pada tahun 2014 mengadopsi konstitusi baru yang tercerahkan dan menyelenggarakan pemilihan anggota parlemen dan presiden mereka. Sementara itu, perekonomian mereka justru sedang berjuang dalam pemerintahan yang rapuh.

Di posisi kedua (runner – up) adalah Indonesia, negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, di mana seorang politisi modern mengalahkan politisi lama yang berlatar belakang militer. Presiden baru Joko Widodo kini sudah mulai mengarahkan negeri ini pada persimpangan jalan dan menuju pada kesejahteraan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dua unggulan teratas untuk “Country of the Year 2014” telah mendapatkan banyak pujian di dunia internasional karena kedewasaan berpolitiknya, yang melibatkan para pemimpin dan rakyatnya.

Kita ketahui bahwa Tahun 2014 lalu Indonesia telah melalui sebuah proses demokrasi yang luar biasa. Sebesar 133.574.277 pemillih berpartisipasi pada Pemilihan Presiden 9 Juli 2014 lalu. Angka ini lebih besar dari partisipasi pemilih di Amerika Serikat. Demokrasi di Indonesia tidak boleh lagi disebut sebagai negara demokrasi ketiga.

Bisa dibilang saat ini Indonesia adalah negara demokrasi terbesar di dunia, bukan Amerika. Karena jumlah pemilih Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) lebih besar dari jumlah pemilih Presiden Amerika Serikat Barack Obama. Obama terpilih oleh 65 juta voters, sedangkan Jokowi dipilih oleh lebih dari 70 juta pemilih.

Pemilu 2014 bisa disebut sebagai pemilu yang paling transparan dalam sejarah pemilu di Indonesia. Masyarakat memiliki akses langsung untuk mengawasi hasil penghitungan suara melalui IT/internet dari setiap TPS yang diunduh dari KPU. Kelompok relawan memainkan peran yang lebih signifikan dibandingkan dengan pemilu sebelumnya. Meski ada masalah, tapi tidak segawat apa yang dibayangkan.

Ikuti tulisan menarik Erri Subakti lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan