x

Iklan

Ridwan Hartiwan

Adalah Pendidik di Pesantren dan mencintai dunia Jurnalistik
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Pangeresa Uwa, KH Zezen Zainal Abidin Bazul Asyhab Sosok Ulama Pemersatu Umat

Pangeresa Uwa KH ZEZEN ZA BAZUL ASYHAB di mata para kyai merupakan ulama besar masakini yang terang benderang, kefaqihan dan kesolehan serta intelektualitasnya tak diragukan lagi sehingga beliau menjadi panutan para kyai di Indonesia.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

                                Penulis : Ridwan Hartiwan Raharusun*

BERKUNJUNG ke Pondok Pesantren Az-Zainiyyah kampong Nagrog  Desa perbawati Jalan Pondok Halimun Selabintana Sukabumi Jawa-Barat serasa berada di negeri yang tak bisa digambarkan dengan kata-kata, keindahan suasana alam yang meletakkan pesantren di kaki gunung tempat  Ki Zezen  yang lahir Pada tanggal 17 Pebruari tahun 1955 ini menghabiskan masa kecilnya. Sengaja memanggil beliau dengan sebutan Ki yang identik untuk panggilan seorang Tokoh seperti Ki Sunda walaupun Kyai Zezenmemang lebih akrab dipanggil dengan nama Ajengan Jejen

Tempat Tinggal Ki Zezen yang akrab dipanggil Pangeresa Uwa yang berada di tengah tengah kompleks Pondok Pesantren yang beliau dirikan terletak di kaki gunung dengan suasana nan asri dan cocok di gunakan sebagai tempat mencari ilmu

Kampong Nagrog adalah tempat dimana Pondok Pesantren Az-Zainiyyah berada tempat tinggal Pangeresa Uwa bersama keluarga dan para santrinya. Pesantren Salafiyah yang entah secara maknawi bertentangan atau tidak  mengingat definisi pesantren salafiyah menurut Kementrian Agama adalah pesantren yang tidak memiliki pola pendidikan formal, namun di Pesantren Az-Zainiyyah ini diselenggarakan pula selain pengajian kitab-kitab kuning pendidikan formal tingkat SD, SMP & SMA

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ajengan Zezen Abazul adalah sosok rendah hati, Penerang umat  panutan jama’ah tareqat naqsabandiyah, Ulama yang dengan ketinggian ilmunya dihormati pemerintahan dan tokoh umat Islam lainnya dan merupakan deklarator penegakan Syari’ah Islam di kabupaten Sukabumi, Beliau seorang guru yang sangat di segani oleh semua santri, seorang pemimpin dalam organisasi, tokoh yang sangat di cintai di tengah masyarakat, seorang imam yang pemikirannya di terima oleh semua kalangan,semua kelompok, dan semua tingkatan masyarakat. Dan tidak lupa beliau merupakan seorang ayah yang sangat sayang terhadap keluarganya

Sosok mulia dan terhorm at ini ternyata tetap rendah hati, berjiwa sederhana layaknya para santri pesantren dan tetap mau tinggal dan tidur di Masjid apa adanya. Suatu saat  saya yang ada disamping beliau memperhatikan kegiatan malamnya di Masjid Pesantren Pagelaran I Cimeuhmal Kecamatan Tanjungsiang. Walau terlihat lelah setelah pulang dari ke luar negeri dan langsung menuju Subang memenuhi undangan Pimpinan pesantren Pagelaran I Subang beliau. Makan bersama jama’ah lainnya mengikuti tata cara yang diajarkan nabi Muhammad SAW serta tutur kata yang selalu santun dengan panggilan khas kepada setiap anak-anak muda dengan panggilan khas ‘Ucu’  atau ‘cu’. Pangeresa Uwa pun memilih tidur di Masjid padahal tuan rumah yang mengundangnya meminta Ajengan Jejen untuk berkenan beristirahat di kamar yang disediakan tuan rumah dengan alas an memang sudah menjadi kebiasaannya.

Salah satu ajaran yang sering saya dengar adalah ajaran soal keihlasan dan penghambaan yang harus semata-mata karena Alloh dengan tidak segan beliau menceritakan pengalaman beliau ketika menjadi kyai amplop, sesekali pembicaraanya di potongnya sendiri sekedar menceritakan kekurangan dirinya.

Sikap dan gaya hidupnya memberikan inspirasi kepada penulis betapa ketinggian ilmu Ajengan Jejan jauh dari kebiasaan gaya para kyai, ustadz dan ulama yang kerap tampil di media. Tutur kata yang handap asor serta alur pemikiran yang penuh ilmu dan kemampuan beliau memahami setiap permasalahan yang dihadapi umat akhir zaman ini, Ajengan Jejen pun berbicara apa adanya, kritis terhadap setiap hal yang berpotensi memecah belah umat dan merugikan umat Islam

Sunnah menurut Pangeresa Uwa 

Pangeresa Uwa yang juga wakil Talqin thareqat Qadariyah Naqsabandiyah Pondok Pesantren Suryalaya yang didirkan abah Anom ini juga punya pemikiran soal Sunnah, umat Islam di Indonesia sudah biasa mendengar Sunnah itu adalah apabila dikerjakan mendapatkan pahala dan apabila tidak dikerjakan Tidak adapa, apa, sambil menganalogikan cerita ‘rahasia’ yang meminta jama’ah tidak menirukan cerita tersebut Ki Jejen menyimpulkan bahwa ketika seseorang mati timbangan amal akan sangat berperan dan ketika timbangan amal kebaikan kita kurang maka amal-amal sunnah kita yang akan memberatkannya sehingga kita kelak layak masuk surga

 Mengapa ‘IPB’ tidak diangkat?

Dalam kaitannya dengan Ilmu, Pangeresa Uwa yang semasa kecilnya gemar ngala suluh di leuweung ini menceritakan umat islam terlalu focus dengan negara timur tengah seperti mesir, Saudi Arabia padahal India dan Pakistan di Asia Selatan memiliki ulama-ulama handal di berbagai bidang kajian islam yang patut dijadikan rujukan.”si India dan Pakistan itu banyak teedapat maulana/ulama besar juga jadi tidak hanya di Timur Tengah tapi di Asia Selatan juga banyak, apalagi di lingkungan  jama’ah  sudah menjadi rukun untuk tidak berbicara tentang politik dan furuiyyah. Menurut Kyai yang rendah hati ini  

Deklarator Undang Undang Syari’ah di kabupaten Sukabumi

Pangeresa Uwa juga menjadi deklarator Perda Syariah di kabupaten Sukabumi, beliau dalam sebuah kesempatan mengatakan akan menghadiri Harlah deklarasi Undang-Undang Syari’ah di Kabupaten Sukabumi di sebuah Asrama Militer, dengan  jelas Pangeresa Uwa menerangkan pelaksanaan Syari’ah Islam di Kabupaten Sukabumi. Sayangnya penulis belum memiliki tulisan otentik rancangan perda Syari’ah tersebut

Perlu Harokah, pemikiran Islam & pengalaman

Pangeresa Uwa Ki Zezen juga berharap abad ini menjadi kebangkitan kaum Muslimin yang mengedepankan ilmu, Pangeresa Uwa dengan gaya bicara yang runtut dan retorika pidato yang baik bahkan mengkritisi Umat yang terkotak-kotak dengan banyak kelompok. "Perlu persatuan antar kelompok dan pemahaman yang jelas serta saling menghargai masing-masing kelompok tersebut. Beliau juga memuji kebranian dakwah para Karkun (jama’ah Tabligh) yang mau menumbuhkan cinta masjid dan menghidupkan sunnah rasululloh di zaman sekarang.”mau mengajak umat untuk mau ke masjid, dengan tantangan yang begitu berat mereka patut dihargai dan salut dengan keberanian mereka melakukan khuruj”, ungkapnya di sebuah kesempatan

Menurut Pangeresa Uwa Istilah  Khuruj, pakaian & cara hidup sunnah ala rasulullah yang diajarkan pada setiap kesempatan mengatakan,"Karena hal itu akan sangat membantu kaum Muslimin di pelosok, mengingatkan kebersamaan dan peduli ajaran Islam. Jangan menganggap bahwa dengan pakain plus ‘udeng-udeng’ dan janggut itu adalah terorisme”, katanya, sedikit menyindir.

Menurutnya satu-satunya bendera persatuan umat Islam sedunia ini adalah kalimat “Laa Ilaaha Illalloh”Tiada Tuhan selain Alloh, sebagai orang pesantren dan orang Nahdatul Ulama beliau tetap bisa memiliki sikap yang open minded  dengan banyak organisasi di Indonesia salahsatunya menjadi bagian dari Universitas Paramadina yang didirikan almarhum Caknur sebagai dosen kajian Islam dan menjadi Dewan Penasehat di Universitas Muhammaddiyah Sukabumi.

Pangeresa Uwa dimata para  kyai merupakan ulama besar masakini yang terang benderang saat ini, kefaqihan dan kesolehannya serta intelektualitasnya menjadikan beliau sebagai sosok panutan yang memang ulama ahli ilmu bukan kyai karbitan yang dipaksakan tenar.

KH.Maman S Jamaludin  Pimpinan Pondok Pesantren Pagelaran I Tanjungsiang Subang mengakui hal tersebut.”Jarang ada ulama sekarang yang seperti Kyai Jejen ini, yang membuat saya kagum adalah keilmuan dan sikap handap asor dan kesederhanaannya,

"Ketika berkunjung ke pesantren Pagelaran I, kami menyediakan kamar khusus untuk beliau tapi beliau menolak dan memilih tinggal di Masjid bersama para jama’ah. Sebelum berceramah. Menyempatkan memberi tausiyah, termasuk setelah shalat magrib walaupun dengan jama’ah beberapa orang saja dan dengan pakaian shalat sangat sederhana jauh dari kesan  bahwa beliau merupakan sosok ulama besar.***

 

@Penulis adalah pemimpin pondok pesantren darul falah subang

Ikuti tulisan menarik Ridwan Hartiwan lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler