Ilustrasi.(doc/pri).
Butalah cinta setelah dibutakan
Butalah hati oleh cinta yang terbutakan
Bagianmu bukan bagiannya
Bagianku bukan bagian cintanya
Temaramnya senja dimendung sore ini
Bawa angin segar yang menerpa ketepian hati yang mulai bertepi
Sunyinya hati terbawa mimpi ditidur sore nanti
Kencangnya angin menghembuskan nafas dengan nada lagu kinanti
Bersemilah cintamu yang kau ceritakan sendu bersama nyanyian lagu syahdumu
Aku bersama mereka para debu yang menyerbu kedustanya iming-iming Rindu
Kau bersamanya tanpa sepatah kata beranjak dari sampingku
Aku merindumu dan kabarnya kaupun merinduku dibalik punggungnya sang lembu
Bersemilah cintaku bersemilah rindumu aku patri hatiku oleh api dari pipa hatimu yang kau pompa dengan hitungan tak berbilang…..
Aku juga memujamu ketika ku ingat kau suci bagiku tak terbilang
Aku tetap merindumu , disinilah rembulan itu ku usap dikeningnya pada temaramnya malam yang tak pernah bilang-bilang,,
Buah cinta buah rindu yang kita reguk bersama ketika orang-orang disekitar kita dibilang
Abadilah cintaku untukmu ketika kusapa dimana kau berada,kau tak juga mau bilang
Awan itu tetap berarak ketepian senja , mentari tetap Nampak garang ketika siang sang penggembala menyiangi ilalang ….
Bersemilah cinta bersemilah rindu ,angin tetap akan kasihkan kabar kepada gemirisiknya ilalang dipadang itu walau Gersang…
*Tasikmalaya,2008.indonesiana.Tempo.co(07/02/2015).
Asep Rizal.
Ikuti tulisan menarik Asep Rizal lainnya di sini.