x

Iklan

Adjat R. Sudradjat

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Ngeri-ngeri Sedap, Suhardi Pun Dibenturkan Dengan Samad

Penetapan calon tunggal kapolri, BG menjadi tersangka kasus gratifikasi oleh KPK sampai sekarang telah memakan banyak korban, di antaranya mantan Kabareskrim Suhardi Alius yang diganti Budi Waseso, dan Ketua KPK Abraham Samad

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Simpang-siur antara dicoret dan diloloskannya nama Komjen Suhardi Alius yang akan disodorkan Kompolnas sebagai calon Kapolri pengganti Budi Gunawan, tidak terlepas dari munculnya tudingan dari internal Polri sendiri terhadap yang bersangkutan karena kedekatannya dengan Abraham Samad

Kedekatan mantan Kabareskrim dengan ketua lembaga antirasuah tersebut,  oleh pihak internal polri dianggap sebagai suatu bentuk pengkhianatan yang sangat membahayakan.  Terbukti calon tunggal kapolri, Komjen Budi Gunawan sampai sekarang nasibnya tidak ada kejelasan. Penyebabnya tak lain, sebagaimana tudingan tersebut, karena ‘kebusukan’ BG dibocorkan Suhardi kepada KPK.

Kemudian jabatan Kabareskrim yang dipegang Suhardi pun dicopot, dan digantikan oleh Irjen Budi Waseso, yang tak lain merupakan orang dekat Budi Gunawan. Untuk selanjutnya Budi Waseso naik pangkatnya satu tingkat menjadi jenderal bintang tigakomisaris jenderal, sedangkan Suhardi Alius dialihtugaskan menjadi sestama Lemhanas.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Bisa jadi ketidakjelasan pihak kompolnas sendiri dalam hal meloloskan maupun mencoret nama Suhardi Alius dari kandidat kepala polri yang hendak disodorkan kepada Jokowi, di satu sisi disebabkan oleh masukan dari internal polri sendiri, dan di sisi lain dikarenakan desakan publik – termasuk masukan Tim sembilan, yang menganggap layak seorang Suhardi Alius untuk digadangkan menjadi TB 1 pada Presiden.

Kegamangan kompolnas terhadap sosok mantan Kapolda Jawa Barat ini terungkap dari bedanya pendapat ketua dengan anggota kompolnas sendiri yang tampak jelas bertentangan. Anggota kompolnas, Nasional Edi Saputra Hasibuan menganggap dicoretnya nama Suhardi Alius dari kandidat Tri Brata 1 karena yang bersangkutan terlalu muda untuk jabatan tersebut. Namun ketua kompolnas, Tedjo Edhy Purdijatno membantahnya kemudian. Nama Suhardi tetap akan disodorkan.

Sebagaimana diketahui, Suhardi merupakan salah seorang perwira tinggi polri angkatan 1985. Karirnya di lembaga penegak hukum tersebut dianggap begitu melesat cepat daripada angkatan sebelumnya. Sejumlah tanda jasa pun dikantongi dirinya diantaranya Satya Lencana Dwidya Sistha, Satya Lencana Kesetiaan delapan tahun, Satya Lencana Kesetiaan 16 tahun, Satya Lencana Ksatria Tamtama, Satya Lencana Dharma Nus. Selain itu, Suhardi pun pernah belajar ke beberapa negara tentang ilmu kepolisian diantaranya Jerman, Las Vegas USA, Lyon France, Bangkok, Pert Australia, Sydney, Vancouver Canada, dan Kamboja.

Hal itu tak lepas dari prestasi kerjanya juga. Seperti saat menjadi Wakapolda Metro Jaya, Suhardi seakan hendak bersaing dengan Jokowi ketika itu. Jika Jokowi biasa dikenal melakukan “blusukan” ke berbagai pelosok dan wilayah sempit ibu kota untuk bertatap langsung dan mendengar sendiri permasalahan kehidupan warga Jakarta, sedangkan Suhardi Alius menyebut lelakunya itu sebagai “kluyuran malam” untuk mengetahui dan memonitor langsung kinerja anak buahnya di lapangan. Alius memang memiliki 'pendekatan lain' dari kebanyakan petinggi penyandang bintang kemiliteran. Tidak tanggung-tanggung, Jendral Polisi kelahiran 1962 ini bahkan tidak ragu menyamar laiknya warga sipil hanya demi mengetahui secara langsung bagaimana petugas lapangan yang berada di bawah kelembagaannya melayani masyarakat.

Maka tak heran jika siasat Alius berdasar hasil kegiatan 'blusukan ala Jokowi' tersebut membuahkan hasil maksimal yang membuatnya sangat mafhum akan dinamika dan kondisi anak buahnya sendiri di lapangan. Meskipun lebih menyukai menyebut 'kegiatan malamnya' dengan istilah 'kluyuran', tak urung Jendral petinggi polri yang satu ini justru memuji kinerja anak buahnya dengn menyebut para bintara yang terjun ke lapangan sebagai ujung tombak Polri. Sehingga sosok Suhardi Alius sebagai perwira tinggi Polri dikenal dekat dengan anak buahnya.

Akan tetapi gara-gara kedekatannya dengan Abraham Samad, dan kemudian dianggap sebagai pengkhianat, nasib Suhardi sebagai menjadi bias dan tak jelas sebagai kandidat. Apalagi belakangan ini muncul pula tudingan kalau Suhardi telah memberikan senjata api jenis pistol kepada Abraham Samad, yang sama-sama sedang mendapat ‘serangan dari kiri dan kanan. Pistol senilai Rp 100 juta itu disebut sebagai bentuk gratifikasi, dan jelas merupakan suatu pelanggaran, jika memang benar. Pihak yang menudingnya pun meminta polri untuk segera menyelidiki kasus hibah tersebut.

Hanya saja ternyata tudingan itu kemudian dimentahkan.  Wakapolri, yang juga Plt. Kapolri, Badrodin Haiti menjelaskan kalau hibah senpi tersebut sah dan legal. Pistol jenis Sig Sauger kaliber 32 itu Senpi itudikatakan bernilai sekitar jutaan rupiah. Penyerahan senpi itu dilengkapi dengan surat hibah resmi yang dikeluarkan Mabes Polri kepada Samad. Surat hibah itu bernomor SI/5203/VI/2013 tertanggal 19 Juni 2013 dan ditandatangani Kabaintelkam saat itu, Komjen Suparni Parto.

Sehingga bagaimanapun seorang Suhardi Alius yang dianggap rakyat sebagai petinggi polri yang berprestasi, dan mumpuni, oleh internal di polri sendiri dianggap sebagai ‘penghalang’ yang patut disingkirkan. Maka salah satu caranya adalah dengan sengaja dibenturkan dengan Abraham Samad. Maka tak heran bila kasus inipun dikatakan orang sebagai hal yang ngeri-ngeri sedap selama mengikutinya. ***

Sumber foto: Merdeka.com

Ikuti tulisan menarik Adjat R. Sudradjat lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan