x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Harper Lee Pecahkan Predikat ‘Novel Tunggal’ To Kill a Mockingbird

55 tahun setelah To Kill a Mockingbird, novel kedua Harper Lee akan segera terbit. Sekuel yang sama mencekamnya atau cerita yang sama sekali berbeda?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

“With him, life was routine; without him, life was unbearable.” 

--Harper Lee (Penulis, dalam To Kill a Mockingbird)

 

 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Predikat To Kill a Mockingbird sebagai novel pertama dan satu-satunya Nelle Harper Lee akan segera pupus. Sejak lama banyak penggemar novel ini yang bertanya-tanya, mengapa Harper Lee membiarkan bakatnya sebagai penulis tak tertuang dalam novel-novel baru. Namun godaan popularitas tidak sanggup mengguncang Lee, hingga akhirnya tersiar kabar bahwa ia akan mempublikasikan novel keduanya.

Di usianya yang hampir 90 tahun, dan kini Lee hidup tanpa dapat melihat dengan mata dan telinga yang sukar mendengar akibat serangan stroke (2007), Lee melanggar rekornya itu. Meskipun, kabarnya, novel ini sudah ditulis lama, bahkan mendahului To Kill Mockingbird. Apa yang dikisahkan Lee dalam novel barunya yang akan terbit Juli nanti?

Juli mendatang mungkin bukan waktu yang terlalu lama untuk dinanti, walaupun begitu pesanan atas novel kedua ini sudah menumpuk. Berjudul Go Set a Watchman, edisi pertama novel ini akan dicetak oleh Penerbit HarperCollins sebanyak 2 juta eksemplar—jumlah yang sangat menggiurkan bagi penulis Indonesia.

Pembaca yang menyukai tema perjuangan kaum berkulit hitam di AS niscaya tidak akan lupa pada novel pertama Lee yang terbit pada Juli 1960. Meski hanya ini karya Lee dalam jangka waktu yang lama, perempuan ini memperoleh penghargaan Presidential Medal of Freedom. Ia dinilai telah memberi kontribusi bagi perjuangan kaum berkulit hitam dari perbudakan—yang ketika To Kill a Mockingbird terbit masih mewarnai banyak negara bagian di AS.

To Kill terbit di tengah-tengah berlangsungnya perjuangan masyarakat kulit hitam untuk memperoleh hak-hak mereka sebagai manusia dan sebagai warga AS. Malcolm-X dan Martin Luther King, Jr. berada di barisan depan perjuangan ini, sedangkan Lee—perempuan berkulit putih—mengambil risiko dengan ikut menentang politik ‘apartheid’ yang dijalankan di sejumlah negara bagianAS.

To Kill a Mockingbird dipandang ikut membangkitkan kesadaran masyarakat AS tentang betapa parah persoalan diskriminasi rasial di dalam tubuh mereka. Namun baru pada tahun 2007, penulisnya memperoleh pengakuan dari pemerintah AS lewat pemberian Presidential Medal of Freedom. Sebagai karya fiksi, To Kill a Mockingbird memperoleh penghargaan Pulitzer pada 1961.

Dan kendati terbit pertama kali pada 1960, To Kill a Mockingbird tetap populer hingga kini. Menurut survei Nielsen BookScan, lebih dari 382 ribu eksemplar edisi mass market paperback terjual pada 2014 plus sekitar 65 ribu eksemplar edisi trade paperback. Di Indonesia, karya Harper Lee ini diterbitkan beberapa kali oleh Penerbit Qanita sejak 2006 dengan desain sampul yang berbeda-beda.

Jadi, kita tunggu saja kehadiran Go Set a Watchman, Juli mendatang. (Foto Harper Lee muda, sbr foto: flagferlive.com) **

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

Sabtu, 27 April 2024 14:25 WIB

Bingkai Kehidupan

Oleh: Indrian Safka Fauzi (Aa Rian)

Sabtu, 27 April 2024 06:23 WIB

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

Sabtu, 27 April 2024 14:25 WIB

Bingkai Kehidupan

Oleh: Indrian Safka Fauzi (Aa Rian)

Sabtu, 27 April 2024 06:23 WIB