x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Premji, Teguh Menegakkan Zero Politics

Upayanya untuk membangun perusahaan yang bersih berlangsung sejak ia mulai berbisnis. Baginya, nilai-nilai etis itu penting, dan lantaran itu ia menolak anggapan bahwa jika perusahaan ingin maju, tak bisa lain harus ikut bermain kotor.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

“If people are not laughing at your goals, your goals are too small.”

--Azim Premji (Pebisnis, 1945-...)

 

Suatu ketika di tahun 1990an, Premji meminta Bagchi—eksekutif Wipro yang bertanggung jawab atas kualitas—untuk menangani pembangunan kantor di Bangalore dan Hyderabad. Tatkala Bagchi lamban dalam menyelesaikan pekerjaan, Premji menelponnya di rumah ketika Bagchi sedang minum teh bersama ibunya. Bagchi marah karena ia merasa Premji membebaninya dengan lebih banyak tanggung jawab.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

"Saya ini wakil direktur untuk kualitas, apa urusannya saya dengan real estate? Jangan harap saya melakukan semuanya untuk Anda!” teriak Bagchi di telepon. Ibu Bagchi terkejut sebab ia berkata seperti itu kepada Premji, sang direktur utama. Setelah percakapan telepon itu usai, ibunya menasihati agar Bagchi bersikap hormat kepada atasannya.

Teguran ibu membuat Bagchi was-was, jangan-jangan Premji akan memarahinya. Saat ia bertemu dengan Premji di kantor, direktur utama itu tidak menyinggung sedikit pun percakapan di telepon itu. Ia malah berbicara soal lain. Menurut Premji, Bagchi memang harus mengatakan apa yang ia rasakan. “Dia mengatakan, pekerjaan saya adalah mendorong kalian. Ketika kalian sudah mencapai batas, kalian harus mendorong balik,” kata Bagchi menirukan ucapan Premji.

Premji dalam cerita di atas tak lain adalah Azim Hasham Premji, pemilik Wipro Limited—perusahaan berskala global yang bergerak dalam teknologi informasi dan berbasis di Bangalore, India. Wipro tergolong salah satu perusahaan yang mengangkat nama India di percaturan global lantaran menjadi back office perusahaan besar dunia, dengan menerima pekerjaan outsourcing, antara lain merancang peranti lunak.

Direktur utama (kini Premji chairman Wipro Limited), bagi Premji, bukanlah raja. “Pembangkangan” Bagchi itu adalah bukti betapa Premji menghargai ketidaksepakatan yang jujur dan terbuka. Baginya juga tidak ada rahasia. Apabila seseorang mengatakan sesuatu yang penting kepadanya, semua orang yang perlu mengetahui soal itu akan mengetahuinya segera. Akibatnya, tak ada gosip, tak ada kasak kusuk.

Premji berusaha keras menegakkan “zero politics”—tak ada apa yang disebut politik kantor, mendekati sana-sini agar dipromosikan. Ia berbicara terus terang bukan hanya dengan orang-orang dalam Wipro, tapi juga dengan investor, pelanggan, dan media massa. Premji memang percaya, “Orang akan menjadi unggul saat mereka diberi lingkungan yang adil dan bebas dari kasak-kusuk.”

Upayanya untuk membangun perusahaan yang bersih berlangsung sejak ia mulai berbisnis. Baginya, nilai-nilai etis itu penting, dan lantaran itu ia menolak anggapan bahwa jika perusahaan ingin maju, tak bisa lain harus ikut bermain kotor. Ia memetik buah dari kekukuhannya itu di kemudian hari. Wipro lantas dikenal sebagai perusahaan yang tak mau menyuap, yang memilih untuk tidak memperoleh proyek daripada harus menyuap.

Dari segi finansial, keteguhan itu membuahkan efisiensi. Pejabat pemerintah tak mau membuang waktu bila berurusan dengan Wipro, sebab perusahaan ini tak akan mau mengeluarkan sepeserpun untuk mereka. Dengan keteguhannya untuk meraih keunggulan dan kerendahan hatinya, sebagaimana tecermin dalam Wipro Spirit—“Act with sensitivity, Unyielding integrity, dan Intensity to win”—Premji telah mengilhami generasi baru India untuk berwirausaha. (sbr foto: tecnologia.uol.com.br) ****

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler