x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

5 Dimensi ‘Tangkas Belajar’

‘Learning agility’ (tangkas belajar) menjadi kemampuan yang sangat dibutuhkan untuk memimpin perubahan. Ada lima faktor kunci di dalamnya.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

"Minds are like parachutes - they only function when open."

--Thomas Dewar (Pebisnis, 1864-1930)

 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Perubahan apa yang akan terjadi esok hari? Siapkah Anda menghadapi perubahan yang tiba-tiba?  Situasi dan pilihan yang bisa diambil mungkin saja tidak jelas dan tidak pasti. Dan perubahan dapat terjadi di lapangan apa saja, atau terjadi di satu aspek tapi pengaruhnya begitu luas.

Bagi mereka yang berada di jenjang kepemimpinan, kesiapan menghadapi perubahan cepat merupakan kebutuhan. Semakin tinggi tangga yang kita daki dalam karier, semakin perlu kemampuan beradaptasi agar kita merasa nyaman menghadapi perubahan. Begitulah hasil riset yang dilakukan Korn/Kerry International terhadap hampir 1 juta eksekutif.

Ada kualitas tertentu yang diperlukan untuk menghadapi situasi yang tiba-tiba berubah, seperti keterbukaan, kemampuan mendengarkan, dan kemampuan menyesuaikan diri (adaptabilitas). Para ahli menyebut kefasihan dalam beradaptasi terhadap situasi dan hal-hal baru dengan learning agility. Ibaratnya, learning agility adalah ‘tahu melakukan apa ketika tidak tahu harus berbuat apa’.

Jika tidak tahu harus berbuat apa, dari mana ‘pengetahuan’ untuk bertindak itu berasal? Orang-orang yang mumpuni sanggup menyerap ‘hikmah’ dari pengalaman mereka dan kemudian menjadikan ‘hikmah’ itu sebagai pemandu saat melewati situasi yang tidak dikenal, berubah cepat, dan mungkin drastis. Orang-orang ini memiliki learning agile yang tinggi.

‘Hikmah’ apa yang dipetik orang-orang ini dari pengalamannya? Mereka mampu mengenali ‘pola’ dan ‘konteks’ dari peristiwa yang sudah lampau. Nah, pengenalan terhadap pola inilah yang kemudian digunakan untuk menghadapi konteks yang sama sekali baru. Mereka mampu untuk lekas belajar dari pengalaman, daya serapnya tinggi, fleksibel, dan mampu beradaptasi dengan cepat terhadap kondisi yang berubah-ubah.

Orang-orang yang diistilahkan ‘learning agile’, menurut Hallenbeck, Swsiher, dan Orr, menyerap lebih banyak pelajaran dari pengalaman, mempunyai lebih banyak alat, serta memiliki lebih banyak solusi ketika dihadapkan kepada tantangan.

Lantas, apa yang membedakan orang-orang ini dari yang lain? Dari risetnya, Korn/Kerry International (seperti ditulis oleh Kenneth P. De Meuse) merumuskan lima faktor yang membuat orang-orang ini ‘learning agile’ (sederhananya: ‘tangkas belajar’), yaitu:

Pertama, mental agility: mampu berpikir kritis untuk menembus persoalan yang kompleks dan mengembangkan berbagai kemungkinan untuk menemukan jalan keluarnya dengan menciptaan koneksi-koneksi baru atau mengenali pola persoalannya.

Kedua, peole agility: mampu memahami dan menjalin hubungan dengan orang lain untuk menghadapi situasi baru yang berat dengan memanfaatkan dan melipatgandakan kinerja kolektif.

Ketiga, change agility:  menikmati suasana eksperimentasi, serba ingin tahu, dan mampu mengatasi ketidaknyamanan yang diakibatkan oleh perubahan dengan efektif.

Keempat, results agility: mampu segera menyampaikan hasil yang segera di tengah situasi yang sedang berubah dan kehadirannya mampu membangun keyakinan kepada diri sendiri maupun orang lain, khususnya yang menjadi bagian dari timnya.

Kelima, self-awareness: ini adalah sejenis unsur dari kecerdasan emosional, di mana orang ini mengenali diri sendiri dengan baik, bersikap reflektif. Ia memahami kapabilitas dan kekurangannya, serta dampaknya terhadap orang lain.

Orang-orang yang ‘tangkas belajar’ sangat dibutuhkan untuk memimpin perubahan di dalam organisasi, perusahaan, masyarakat, apa lagi negara. Mereka akan cepat mengenali potensi yang ada di sekelilingnya dan segera memanfaatkannya untuk mencapai hasil yang optimal. Orang-orang yang lamban belajar akan kesulitan mengikuti perubahan, dan mereka kurang layak berada di jenjang kepemimpinan. (sbr foto: tempo.co) **

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

2 hari lalu

Kisah Naluri

Oleh: Wahyu Kurniawan

Selasa, 23 April 2024 22:29 WIB

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

2 hari lalu

Kisah Naluri

Oleh: Wahyu Kurniawan

Selasa, 23 April 2024 22:29 WIB