x

Iklan

Taufik AAS P

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Dari Bilik Asrama Hipermaju, Mamuju Utara Digagas?

kilas sejarah Matra dari buku, Sinar Terang dari Utara

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Setelah artikel “Testimoni Musawir Azis Isham Untuk Matra,” terpublish, melanjutkan pembacaan atas buku “Sinar Terang dari Utara.” Sebuah catatan penting tertoreh di sana. Tentang cikal bakal terbentuknya Kabupaten Mamuju Utara (Matra).

Dalam buku yang memuat perjalanan panjang Musawir itu disebutkan pada subtitle, “Nuri-Beruang Jadi Saksi.” Ada sejumput kenangan indah antara Musawir dan Marigu Rasyid pada kisaran tahun 1999 – setahun setelah reformasi dan diterbitkannya UU No. 22, dimana ruang otonomi daerah terbuka serta pemekaran kabupaten mendapat apresiasi seluasnya dari pemerintah RI.

Marigun Rasyid ketika itu masih ketua Himpunan Pelajar Mahasiswa Mamuju (HIPERMAJU) yang beraudiensi dengan Asisten Tatapraja Provinsi Sulsel, H. Syamsul Alam Bulu, mendapat lampu hijau. Karaeng Bulu – sapaan H. Syamsul Alam Bulu, sarankan Hipermaju, perjuangkan pemekaran Mamuju.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dari bilik asrama Hipermaju, Jalan Beruang No. 21, Makassar, Musawir yang berada di lantai dua, turun ke lantai I di mana Marigun mondok. Keduanya terlibat diskusi kecil, rileks dan berotot. Hingga memarkir benak kedua pemuda ini, bahwa pada kisaran tahun 1960-an, telah digagas oleh pemikir-pemikir pregresif Mamuju tentang Kabupaten Budong- Budong Pasangkayu (BUPAS).

“Marigunlah yang mulai mengutarakan ide-ide itu pada saya,” urai Musawir dalam “Sinar Terang dari Utara.”

Tekad mulai dipancangkan, ide-ide dan strategi mulai digagas. Namun masih dikemas dengan rapat sebelum bertemu dengan H. Aras Tammauni (sekarang Ketua DPRD Sulawesi Barat) . Dua pemuda ini hendak minta  petunjuk tokoh penting Mamuju ini sebelum ide pemekaran ini dibuka kepada mahasiswa Hipermaju dan masyarakat Matra secara luas.

Setelah setahun bergulir ide pemekaran tersebut, sebuah waktu yang tepat, ketika Agus Ambo Djiwa berkunjung ke Asrama Hipermaju di Makasar – dimana ia pernah mondok beberapa tahun dan menjadi ketua asrama. Marigun sampaikan ke seniornya ide itu dan ternyata dalam benak Agus, hal yang sema telah lama bersemayan.

Ketiganya, Agus, Marigun dan Musawir, sepakat, ide pemekaran Mamuju, tidak cukup jika hanya dalam diskusi dan konsep, tetapi harus digerakkan dengan nyata. Mendorong masyarakat, khususnya di Mamuju Utara untuk mendukung dan menyokong pergerakan ini.

Pergerakan Agus semakin nyata setelah tiba di Sarudu. Ia bicarakan hal pemekaran kabupaten secara detail dengan kakaknya, Yaumil RM, yang Kepala Desa Sarudu.

Lalu pada pertengahan tahun 2000, Yaumil menjadi insiator pertemuan tokoh-tokoh masyarakat, rapatkan barisan untuk menghimpun satu kekuatan dalam  membentuk wadah perjuangan.

Maka pada satu pertemuan yang ditandatangani para formatur melahirkan sebuah wadah perjuangan, Komite Aksi Pembentukan Kabupaten Pasangkayu (KAKP). Ini mendaulat Ir. Agus Ambo Djiwa menjadi ketua dan Rahmat Kannaturusi sebagai sekretaris.

Perjuangan KAKP inilah yang terus menggelinding, bersama rakyat Mamuju Utara, melahirkan sebuah kabupaten yang otonom, Mamuju Utara yang lebih popouler dengan Pasangkayu.

 

Ikuti tulisan menarik Taufik AAS P lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Hanya Satu

Oleh: Maesa Mae

Kamis, 25 April 2024 13:27 WIB

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Hanya Satu

Oleh: Maesa Mae

Kamis, 25 April 2024 13:27 WIB