x

Perajin pin Burung Garuda dari bahan kuningan menunjukan karyanya di sentra kerajinan kuningan Desa Pasir Wetan, Karanglewas, Banyumas, 7 Agustus 2015. Dalam sehari mereka bisa menerima pesanan sekitar 10 ribu pin untuk digunakan dalam upacara 17 Agu

Iklan

Nadzir Cahyo Utomo

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

[Indonesiana] Terkaan 3 Dekade Esok

Inilah sebuah mimpi sederhana saya akan Indonesia. Dirgahayu bangsaku!

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Malam itu,ku buka pintu,berlangitkan cahaya bulan ditemani gemerlap bintang. Duduk di pelataran depan rumahku,teringat sesuatu. Teringat jikalau bangsa ini berdirgahayu. Dirgahayu untuk yang ke 70 setelah perjuangan panjang di masa lalu.

Dengan suasana sepi dan sunyi,kala itu pikiranku terjerumus dalam angan-angan sembari memandang indahnya langit malam. Saya bermimpi akan Indonesia kedepannya. Indonesia dengan kota-kota besarnya yang bebas dari kemacetan. Indonesia dengan kota-kota besarnya yang bebas dari polusi kendaraan. Dengan rakyatnya yang sadar untuk menikmati kendaraan umum ketimbang pribadi. Demi menjaga lingkungan. Dengan masyarakatnya yang peduli sekali akan kaum yang terpinggirkan di jalanan,layaknya penyepeda dan pejalan kaki. Mobilisasi benar-benar terkoneksi antar satu daerah dengan daerah yang lain,bahkan antara sebuah kota dengan desa terpelosok sekalipun. Itulah salah satu harapanku kepada Indonesia dari sekian banyaknya harapan yang tak mampu untuk kulontarkan dan hanya bisa terbelenggu dalam pikiran.

Tak harus seperti negeri sakura Jepang dengan kereta super cepatnya. Tak harus seperti negara-negara di Eropa dengan kereta bawah tanahnya. Saya hanya berharap sederhana dari Indonesia. Hanya kereta biasa pun tak apa,atau deretan bis dan angkot yang menunggu penumpang-penumpangnya sama seperti saat ini,namun dibalik itu semua ada rasa kenyamanan dan ketentraman yang dinikmati pemakainya. Serta tentu saja antar kendaraan umum saling terintegrasi satu sama lain,menjamah daerah-daerah terpencil dan terpelosok. Tidak ada copet,pelecehan,atau bahkan pemerkosaan dalam itu semua. Saya ingin transportasi bisa diandalkan di negeri ini. Jenis apapun itu,baik yang di darat,laut maupun udara.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Saya berharap menyampahnya motor di Indonesia dapat dikurangi,kalau bisa secara signifikan. Dewasa ini,bagiku kendaraan bermesin roda dua itu sudah mulai mengganggu. Dia jadi salah satu dari biangnya angka kecelakaan di Indonesia,jadi sumber pelanggaran lalu lintas pula di jalan raya. Tak hanya itu,populasinya di masa kini pun sekiranya sudah tak wajar. Tiap sudut hunian di negeri ini selalu terpampang sepeda motor. Bahkan tak jarang barisan para motor yang berjejeran puluhan meter bak peserta upacara. Meski begitu,disini saya tak bermaksud menghakimi. Saya tidak ingin menyalahkan para pengguna motor. Keluarga saya pun punya motor. Itu hak mereka untuk memiliki kendaraan pribadi,sebagai sarana untuk memudahkan mobilisasi. Saya juga bakal setuju, bahwasannya naik motor itu lebih ‘gampang’ ketimbang naik angkutan umum. Mungkin mereka akan beralih ke kekendaraan umum bila angkutan umum di Indonesia telah tertata rapi dengan segala bentuk kenyamanan dan ketentramannya. Dan mungkin itu juga yang dijadikan alasan mereka untuk memilih sepeda motor. Saya hanya ingin menyampaikan sebuah harapan. Harapan sederhana saya terhadap Indonesia.

Tiada asap tanpa adanya api. Sama halnya dengan mimpi saya akan Indonesia. Mimpi itu hanya akan sekedar mimpi,bila tak ada yang namanya usaha. Saya tak muluk-muluk,tak perlu adanya propaganda,gerakan besar-besaran apapun layaknya kampanye dan sebagainya. Secara sederhana, itu dimulai dari diri sendiri. Dan saya sudah lakukan itu. Dulu semasa saya masih menuntut ilmu di SMK Negeri 1 Purwodadi,saya sering mengenyam perjalanan saya menuju ke sekolah di dalam angkutan kota. Dengan berongkoskan 2 ribu rupiah ketika itu,saya sudah bisa sampai ke sekolah. Tak hanya dulu,kini pun saya masih sering menggunakan fasilitas-fasilitas umum itu. Mulai dari pergi ke Kudus,Solo saya sering menggunakan bis antar kota. Pergi ke Blora dengan bernaikkan kereta. Bahkan untuk ke kota Purwodadi,saya yang dari desa pun sering melakukan perjalanan dengan bersepeda. Untuk sekedar mengikuti acara car free day, mengurus sesuatu dan yang lainnya. Itulah sepercik api dariku. Langkah-langkah kecil yang saya harap bakal terwujud ketika seabad Indonesia. Dan semoga langkah itu diikuti oleh yang lainnya. Dalam rentang 3 dekade dari sekarang hingga mendatang,semoga kita bangsa Indonesia dapat mewujudkan impian saya.

Ikuti tulisan menarik Nadzir Cahyo Utomo lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler