x

Iklan

MeLisa

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Gerak Tangan Pengungkit Roda Kehidupan

Dibalik pekatnya kabut penghalang dedikasi, masih ada rakyat kecil yang setia bertahan sambil mengais rezeki.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Pria tua itu berlindung dari sengatan matahari lewat sebuah topi di kepalanya. Satili namanya, sang juru parkir. Sesekali ia tampak menyeka keringat yang mulai mengucur di dahi. Wajahnya yang sudah mulai dipenuhi kerutan tampak tetap semangat membantu kendaraan bermotor yang keluar masuk di kawasan lahan parkir minimarket tersebut. Umurnya memang baru 50 tahun, tetapi guratan-guratan di wajahnya cukup menggambarkan rasa lelah saat berjuang hidup.

Sudah 2 tahun lamanya Satili menekuni pekerjaan sebagai juru parkir minimarket. Bukan pekerjaan yang ringan walau rutinitasnya tampak hanya mondar-mandir sambil menggerakkan tangan saja. Sebagai juru parkir yang bersungguh-sungguh, Satili tak lantas meninggalkan kendaraan bermotor di lahan parkir begitu saja. Di kala juru parkir yang lain hanya datang dan langsung menadahkan tangan saat pelanggan minimarket hendak pergi, tak demikian halnya dengan Satili.

Satili setia mengatur kendaraan bermotor sejak datang hingga sebelum beranjak pergi. Ia tak pernah memilih untuk bersantai di bawah pohon untuk sekadar menyeruput kopi. Baginya, pekerjaan yang sering dianggap remeh oleh orang lain tersebut adalah suatu bentuk kesungguhannya untuk membantu keamanan di tempat umum.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

“Ya, seneng aja bisa bantu-bantu markir”, begitu ujarnya ketika ditanya mengapa ia begitu serius menekuni pekerjaannya.

Satili hanya menjalani pekerjaan juru parkir 1 kali dalam seminggu. Di hari sabtu atau minggu yang jadi jadwal tugasnya, Satili masih harus rela berbagi giliran jaga lahan parkir dengan kedua orang temannya. Sehingga total waktu jaga selama 5 jam membuat Satili harus puas mengantongi uang senilai Rp 50.000 hingga Rp 60.000. Nominal uang yang Satili peroleh masih harus disisihkan untuk setoran kas RT.

Pekerjaan juru parkir yang dilakoni Satili memang dikelola dan diawasi oleh pihak RT setempat. Sehingga tentu tak mengherankan kalau Satili harus memberikan setoran kas dari sebagian hasil pekerjaannya. Demi menjaga ketertiban pengelolaan lahan parkir minimarket, Satili dan ketiga temannya juga memperoleh seragam dinas berupa kaos salem lengan panjang dan topi berwarna hitam dari pihak RT. Penampilan yang teratur dengan seragam ala juru parkir membuat Satili selalu bersemangat menjalani tugasnya setiap akhir pekan.

Lantas bagaimana Satili menjalani hidup selain bergantung dari pendapatan sebagai juru parkir?

Disamping profesi juru parkir, Satili mengaku kalau di hari-hari lainnya ia menjalani pekerjaan sebagai petugas hansip untuk kawasan yang sama. Besarnya pendapatan yang tak seberapa sebagai seorang hansip tak membuatnya gentar dalam menjaga keamanan secara konsisten. Baik mata pencaharian sebagai petugas hansip maupun sebagai juru parkir minimarket, keduanya telah berperan jadi pengungkit yang memutar roda kehidupan Satili.

Tak banyak yang Satili harapkan sebagai seorang juru parkir minimarket. Karena sejatinya hanya keping-keping recehan saja yang jadi tanda terima kasih atas dedikasinya dalam menjaga keamanan.

“Banyak juga yang suka ngasih seribu. Kalau dibilang parkirnya dua ribu, malah marah-marah.”

Jika pelanggan minimarket sudah mulai naik pitam, hanya menelan ludah yang bisa Satili lakukan. Kenyataan itu masih sering Satili hadapi, di tengah teriknya matahari yang setia menyinari.

Ikuti tulisan menarik MeLisa lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Hanya Satu

Oleh: Maesa Mae

Kamis, 25 April 2024 13:27 WIB

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Hanya Satu

Oleh: Maesa Mae

Kamis, 25 April 2024 13:27 WIB