x

Umat Islam berdoa di Masjidil Haram, sehari setelah kecelakaan jatuhnya crane, di Mekah, Arab Saudi, 12 September 2015. AP

Iklan

sono rumungso

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Islamofobia

Ketakutan orang barat terhadap islam dianggap berlebihan, tetapi

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Kita semua prihatin atas penangkapan seorang Ahmed Mohamed, seorang anak pintar dan kreatif. Seorang remaja yang telah menciptakan jam digital. Hasil karyanya itulah yang justru dan ini sangat ironi yang membuatnya ditangkap oleh Polisi. Sangat sederhana sebenarnya. Dia ingin menunjukkan karyanya tersebut kepada guru yang dicintainya. Tetapi justru polisi datang dan memborgol tanganya karena laporan seorang petugas sekolah yang mengira dia membawa sebuah bom rakitan

Apa yang dialami Ahmed mendapat simpati dari banyak kalangan. Tidak tanggung-tanggung mulai dari Presiden Amerika, pendiri facebook juga orang top dari google pun bersimpati atas apa yang telah dialaminya.

Islamofobia. Istilah ini sangat kontroversial karena merujuk pada prasangka dan diskriminasi pada orang yang terkait dengan  Islam. Prasangka ini tidak bisa disalahkan begitu saja. Tentu ada sebab dan muasalnya yang dikreasi sendiri oleh orang yang mengaku sebagai Islam. Puncak islamofobia terjadi setelah peristiwa 11 September 2001. Banyak orang merasa takut ketika mendengar Islam. Islam oleh penganutnya mendefinisikan sendiri dengan kekerasan yang diaktualisasikan dalam tindakan yang konkrit. Boko Haram dan ISIS adalah contoh konkrit selain organisasi radikal lain seperti Al Qaeda. Kita banyak mendengar apa yang mereka lakukan dan menganggap itu sebagai sebuah kebenaran yang bisa dilakukan seenaknya atas nama Islam.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dalam konteks Indonesia, tidak sedikit pesantren yang secara terbuka mendukung jaringan-jaringan radikal. Peristiwa-peristiwa uncivilised seperti bom Bali, pembubaran ibadah dan penyegelan tempat ibadah agama lain adalah konfirmasi atas jati diri Islam itu sendiri. Belum lagi peristiwa-peristiwa global yang menyangkut jati diri Islam khususnya di Timur Tengah.

Tidak bisa dipahami dengan akal sehat, bagaimana manusia yang adalah ciptaan Tuhan, diperlakukan sedemikian rupa, dibunuh dan ditindas hak-haknya. Islam, secara ekslusif mengatakan yang terbaik dan tersempurna, tidak bisa memandang adanya keberbedaan manusia. Islam tidak bisa melihat dengan jelas siapa sesama manusia. Islam bahkan tidak tahu apa yang harus diperjuangkan untuk kesejahteraan manusia selain membunuh dan membinasakan orang lain yang berbeda.

Banyak tokoh Islam yang berpendapat, contoh kasus di atas bukanlah Islam tetapi orang-orang yang salah menerjemahkan Islam. Kalau demikian, mari kita buktikan bahwa Islam tidak pantas untuk ditakuti dan sangat salah kalau Islam adalah agama yang intolerant. Ketika Islam memperjuangkan hak-hak kaum perempuan, memperjuangkan orang lain untuk bisa beribadah dengan bebas dan ketika Islam ada di ujung terdepan membela kaum tertindas baik secara politis, ekonomi dan sosial dan keamanan, mungkin Islamofobia tidak pernah ada atau perlahan akan sirna.

Kalau yang terjadi adalah hal yang sama dan terus menerus: penindasan terhadap kebebasan pemeluk agama lain, sikap intoleran, kekerasan dan pembunuhan, sampai kapanpun Islamofobia akan tetap ada.

Ahmed, seorang anak yang cerdas adalah korban dari Islamofobia. Marilah kita cegah agar hal ini tidak terjadi lagi. Kita buktikan bahwa Islamofobia, bukanlah sebuah kewajaran tetapi ketidakwarasan.

Ikuti tulisan menarik sono rumungso lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Hanya Satu

Oleh: Maesa Mae

Kamis, 25 April 2024 13:27 WIB

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Hanya Satu

Oleh: Maesa Mae

Kamis, 25 April 2024 13:27 WIB