x

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan meluncurkan Gerakan Literasi Sekolah “Bahasa Penumbuh Budi Pekerti”.Gerakan Literasi Sekolah dikembangkan berdasarkan Permendikbud Nomor 21 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti. J

Iklan

indri permatasari

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Bahasaku, Anak Tiri di Negeri Sendiri

Bahasa menunjukkan bangsa,kalau bukan kita sendiri yang bangga dengan bahasa negeri sendiri, lantas siapa lagi.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

Menurut saya berbicara dengan bahasa ibu atau bahasa Indonesia dalam pergaulan sehari-hari adalah suatu hal yang membanggakan di era kekinian sekarang. Bukannya saya tidak mau berfikir global dan mendunia, namun kuping saya ini lho terkadang geli-geli gatal kalau mendengar sesorang berbicara dengan logat kemenggres dan mencampuradukkan segala rupa bahasa asing ke dalam adonan bahasa  Indonesia yang telah dirusak sempurna.

Entahlah, mungkin saja saya yang kuno atau mungkin saja saya gagal move on sehingga begitu selo nya mengomentari dan nyinyir pada orang yang ingin menjadi modern, tapi bukankah dunia akan lebih ramai dan berwarna kalau ada orang-orang kurang kerjaan seperti saya ini.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Begini lho, sebenarnya semua sah-sah saja, tidak ada yang salah apalagi melanggar hukum dengan menggunakan bahasa gado-gado, hanya saja sebagai bangsa yang dahulu dengan diwakili para pemudanya menyebutkan dalam salah satu ikrar bahwasanya mengaku berbahasa satu bahasa Indonesia, lha koq sekarang malah merasa ciut nyali dan tidak keren kalau tidak bisa mencampuradukkan bahasa nasional dengan bahasa asing lainnya.

Tidak bisa dipungkiri kalau sisipan bahasa asing di sela-sela perbincangan bisa menjadikan para penuturnya menjadi kelihatan lebih gimana gitu, hal ini mungkin dipengaruhi dengan derasnya arus informasi dan tontonan di media yang mencitrakan bahwa segala sesuatu yang berbau luar negeri adalah lebih wah daripada negeri sendiri, hampir semua tulisan atau tayangan baik yang sifatnya komersiil maupun non komersiil selalu tak lupa menyertakan satu dua patah kata dalam bahasa asing, sebagai contoh yang paling gampang lihatlah iklan perumahan, hampir semua pengembang menggunakan sisipan kata asing di nama perumahan yang dibangunnya, dengan melakukan itu mereka merasa rumah yang dibangunnya lebih kelihatan mewah dan berkelas.

Kalau dipikir-pikir sebenarnya menggunakan bahasa sendiri (baik bahasa Indonesia maupun bahasa daerah) justru akan lebih mudah dipahami walaupun mungkin ada beberapa bahasa serapan atau bahasa asing yang memang tidak bisa diubah, tapi itu jumlahnya juga hanya sepersekian persen. Jadi kalau memang bisa menggunakan bahasa sendiri kenapa sih kita begitu repot untuk membaurkannya dengan bahasa asing secara serampangan hanya demi sebuah gaya biar keliatan lebih pandai dan berilmu tinggi.

Saya akui kalau saya termasuk dalam salah satu oknum perusak bahasa dengan kemampuan berbahasa Indonesia saya yang sangat jauh dari kaidah baik dan benar, saya malah seringkali mencampur bahasa negara dengan bahasa jawa, tapi sungguh hal itu saya lakukan bukan karena saya seorang chauvinis, hal itu semata-mata saya lakukan untuk ikut nguri-uri bahasa yang semakin lama semakin sedikit dipergunakan, sebuah ekspresi kebanggaan sebagai orang jawa yang merupakan bagian dari bangsa Indonesia, apalagi sekarang ada wacana pelajaran bahasa daerah akan ditebas dari kurikulum, belum lagi sinetron unyu-unyu di televisi seringkali menjadikan orang berbahasa jawa dan bahasa daerah lainnya selain bahasa gaul itu sebagai representasi kampungan berstrata ndlosor,bikin mangkel tahu ndak. Kalau begitu terus yang terjadi jangan heran kalau banyak bahasa daerah di Indonesia akan sirna dan lenyap tanpa bekas.

Jadi kalau bukan kita sendiri yang bangga dengan bahasa negeri sendiri, lantas siapa lagi, jangan sampai kejadian berpuluh tahun mendatang keturunan kita harus kursus bahasa Indonesia di negara Belanda, apa mungkin itu terjadi? Ya mungkin saja kalau kita sama sekali nggak peduli.

sumber gambar pengembanganbahasa4.wordpress.com

Ikuti tulisan menarik indri permatasari lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 hari lalu

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 hari lalu