x

Iklan

indri permatasari

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Hari Rabies Sedunia, Bersama Berantas Rabies

Setiap 10 menit 1 orang meninggal karena rabies di dunia,100% kasus rabies bersifat fatal, namun rabies sepenuhnya bisa dicegah

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Saya pernah menulis tentang rabies sebelumnya, tapi mumpung hari ini adalah World Rabies Day maka tak ada salahnya saya kembali berbagi mengenai penyakit lawas yang sudah berusia lebih dari seabad, namun tetap menjadi momok yang mengancam di negara kita, ada baiknya saya paparkan dulu beberapa fakta yang mungkin bisa menjadi peringatan tentang betapa luar biasanya penyakit ini :

  • Setiap 10 menit 1 orang meninggal karena rabies di dunia
  • Rabies adalah salah satu penyakit hewan berbahaya  yang dapat menular ke manusia
  • 100% kasus rabies bersifat fatal, namun rabies sepenuhnya bisa dicegah
  • Lebih dari 50% kasus rabies terjadi pada anak-anak
  • Lebih dari 95% kasus rabies pada manusia diakibatkan oleh gigitan anjing
  • Vaksinasi lebih dari 70% populasi anjing akan menghilangkan kasus rabies pada manusia
  • 25 provinsi di Indonesia masih tertular rabies

Tanggal 28 September diperingati sebagai World Rabies Day, tahun 2015 adalah tahun kedelapan sejak pertama kali dicetuskan oleh sebuah organisasi nirlaba Global Alliance for Rabies Control di tahun 2007. Pemilihan tanggal 28 September sebagai WRD juga tidak tanpa alasan, karena di tanggal itulah  Louis Pasteur yang berhasil mengembangkan vaksin rabies untuk pertama kalinya meninggal dunia. World Rabies Day  dari tahun ke tahun semakin dikenal dan menunjukkan gaungnya di masyarakat luas dan biasa diperingati dengan program  vaksinasi rabies bagi hewan-hewan piaraan.

Tanpa bermaksud menimbulkan kekhawatiran pada khalayak, rabies adalah penyakit yang berbahaya, bisa menular dari hewan ke manusia melalui gigitan dan berakhir dengan kematian jika tidak mendapat penanganan khusus. Rabies seringkali berhenti sebagai sekedar olok-olok yang jarang dianggap serius, padahal sampai saat ini belum ditemukan obat untuk penyakit rabies, jika manusia yang tergigit sudah menunjukkan gejala klinis maka  tidak ada jalan lain yang bisa ditempuh kecuali menunggu maut datang menjemput. Meski begitu korban rabies masih memiliki kesempatan untuk dapat diselamatkan dengan sesegera mungkin memberikan vaksin anti rabies (VAR) segera setelah kejadian, namun masalahnya terkadang VAR tidak mudah didapat karena  terbentur kendala ketersediaan dan harga yang lumayan tinggi

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Indonesia sendiri sudah mencanangkan bebas rabies tahun 2020, namun komitmen mulia ini tidak mudah tercapai jika semua masih bekerja sendiri-sendiri, penanganan rabies niscaya adalah tanggung jawab bersama antara unsur kesehatan hewan, kesehatan manusia dan masyarakat terutama para pemilik anjing. Selama ini penanganan rabies memang masih terpaku pada kasus kejadian di manusia, namun sebenarnya pengendalian dan vaksinasi pada anjing maupun hewan penular rabies lainnya adalah strategi paling efektf dan ekonomis untuk mencegah kasus kejadian rabies pada manusia, hal ini pula yang sekarang menjadi perhatian utama pengendalian rabies di Indonesia, yaitu melakukan vaksinasi dengan target minimal 70% dari populasi anjing. Pergeseran cara pandang dalam penanganan rabies, yang semula fokus pada pencegahan pasca gigitan pada korban (manusia) menjadi upaya melenyapkan rabies dari sumbernya yaitu hewan penular rabies terutama anjing. Pergeseran ini tentu menjadi tantangan dan tanggung jawab yang luar biasa bagi para dokter hewan yang selama ini mungkin kurang dilihat perannya untuk dapat meningkatkan pemahaman masyarakat tentang nilai penting aspek kesehatan hewan  terhadap penanganan rabies.

Banyaknya kasus rabies di negara kita barangkali  disebabkan karena Penyakit rabies pada hewan dianggap tidak penting dan tidak memberi dampak signifikan terhadap kerugian ekonomi, padahal sebenarnya pemberantasan rabies pada sumbernya justru menguntungkan jika dihitung secara matematis, karena jika sumber penyakit bisa ditangani dengan baik, maka tindak pencegahan pasca gigitan dengan pemberian VAR bisa dikurangi, yang secara otomatis akan mengurangi pula terhadap beban biaya pengendalian penyakit yang harus dikeluarkan.

Sudah saatnya rabies dijadikan isu penting berskala nasional yang menyangkut keselamatan masyarakat luas sehingga bisa diangkat menjadi satu hal yang memerlukan komitmen politik yang kuat dalam mengendalikan penyebarannya. langkah konkrit seperti perbaikan surveilans ,membangun laboratorium yang sesuai standard  untuk kepastian diagnosa, vaksinasi massal dan tertarget, koordinasi dan kerjasama lintas sektoral antara kesehatan (manusia) dan kesehatan hewan, serta pemberian edukasi kepada masyarakat  luas akan bahaya rabies dengan melibatkan media massa maupun media sosial lainnya pun mutlak dilakukan. jika semua pihak yang berkepentingan terlibat secara kompak ,didukung komitmen yang kokoh niscaya akan menjadi kekuatan yang menentukan efektivitas dan keberhasilan dalam mengendalikan dan memberantas rabies dari wilayah Indonesia.

Oh ya mendadak saya ingat, Sudahkah hewan peliharaan anda baik anjing, kucing, kera mendapatkan vaksin rabies yang menjadi haknya? Berusahalah untuk menjadi pemilik hewan yang bertanggung jawab dengan memberikan vaksin  kepada mereka, karena langkah kecil anda menjadi sebuah bentuk peran serta yang aktif dalam memberantas rabies di negara kita.

Sumber : WHO;OIE;FAO , gambar dokumentasi pribadi

Judul mengambil dari slogan Direktorat Keswan Ditjen PKH Kementan

Ikuti tulisan menarik indri permatasari lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

Sabtu, 27 April 2024 14:25 WIB

Bingkai Kehidupan

Oleh: Indrian Safka Fauzi (Aa Rian)

Sabtu, 27 April 2024 06:23 WIB

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

Sabtu, 27 April 2024 14:25 WIB

Bingkai Kehidupan

Oleh: Indrian Safka Fauzi (Aa Rian)

Sabtu, 27 April 2024 06:23 WIB