Kematian Salim, Kematian Kemanusiaan

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
img-content
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Kematian tragis Salim Kancil adalah peringatan tentang matinya rasa kemanusiaan.

Salim Kancil telah berpulang dengan cara yang sangat menyedihkan. Ia berpulang demi kebenaran yang ia perjuangkan. Ia telah berjuang menyelamatkan lingkungan dari keserakahan, yang berarti pula berjuang menyelamatkan anak-cucunya, tetangganya, warga desanya, dan anak-anak masa depan yang belum lagi lahir.

Salim bertaruh nyawa untuk melawan kekuasaan kapital yang merasa berhak untuk menguasai hidup orang banyak—dengan cara apapun. Salim diinjak-injak. Dipukul. Ditendang. Disetrum. Digergaji. Apa saja dilakukan oleh orang-orang untuk mengakhiri hidup Salim. Salim kalah bila kita melihatnya dari mata dunia yang tertutup oleh keserakahan.

Tapi saya berharap, ia menang dilihat dari mata uhrowi—berjihad demi kemaslahatan masyarakat dan keselamatan alam lingkungan. Gusti Allah tidak tidur dan Ia menyaksikan bagaimana Salim berjuang bukan untuk kepentingan diri sendiri. Salim mengingatkan manusia tentang apa yang baik, sekalipun penyiksaan dan kengerian yang ia terima.

Saya percaya, setiap yang hidup berhak atas kematian yang layak—hewan potong sekalipun. Sementara, Salim adalah manusia. Tapi orang-orang berduit merasa berhak memperlakukan Salim bukan sebagai manusia. Tapi orang-orang berkuasa membiarkan penyiksaan itu terjadi.

Kematian Salim dan caranya ia berpulang bukan lagi petanda runtuhnya rasa empati, melainkan matinya rasa kemanusiaan para pelakunya dan orang-orang yang menyuruhnya serta orang-orang yang tahu tapi membiarkannya.

Kapital (:uang) telah membawa kuasa sejak mulanya. Di balik kapital yang menumpuk itu tersembunyi kegelapan yang mampu menghisap kebaikan diri manusia yang tak sanggup melawannya. Di balik kapital yang berbunga terus itu tersembunyi kegelapan yang dengan mudah membujuk siapapun untuk mencabut rasa kemanusiaan dari dalam dirinya sendiri. Ia mengisap jiwa bagai Dementor dalam dongeng Harry Potter.

Salim sudah berpulang. Semoga jalanmu dilapangkan dan dimudahkan!

Tosan, semoga, masih bisa selamat.

Kematian Salim adalah tanda-tanda membusuknya rasa kemanusiaan dalam diri kita. Satu jiwa yang tercabut dengan mengerikan lebih dari cukup sebagai peringatan! (foto: tempo.co) **

Bagikan Artikel Ini
img-content
dian basuki

Penulis Indonesiana

1 Pengikut

img-content

Bila Jatuh, Melentinglah

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Baca Juga











Artikel Terpopuler