Setiap upaya untuk memajukan literasi dan kemauan membaca buku patut diapresiasi, termasuk kehadiran perpustakaan digital Buqulib.com yang diresmikan September lalu. Berbasis internet, perpustakaan ini diniatkan untuk memudahkan siapapun untuk mengakses buku dalam beragam tema. Bagi mereka yang menetap di daerah yang tidak ada toko buku, kehadiran perpustakaan digital seperti ini berpotensi mengatasi kesulitan akses terhadap buku.
Dengan akses internet yang semakin mudah diperoleh, yang kecepatan dan lebar pitanya juga bertambah baik, bukan berarti kesukaran dalam mengajak warga untuk mengakses buku dan membacanya langsung terpecahkan. Salah satu titik krusialnya ialah koleksi, sebab koleksilah yang terutama mengundang calon pembaca untuk mengunjungi perpustakaan—baik konvensional maupun virtual.
Ada beberapa segi yang patut dicermati terkait koleksi selain jumlah, yaitu keragaman, kebaruan (updated), dan kehadiran buku laris dan langka. Perihal jumlah judul buku koleksi, sudah barang tentu menjadi syarat yang tak bisa ditawar. Calon pembaca akan malas berkunjung bila koleksi relatif sedikit jumlahnya. Beberapa ratus judul belumlah memadai, kecuali bila ini koleksi langka yang sukar ditemukan di tempat lain.
Pengunjung yang ingin menjadi anggota dan membaca buku tentu berharap koleksi yang tersedia sangat beragam, kecuali jika perpustakaan ini dimaksudkan sebagai kolektor khusus, misalnya hanya menyimpan buku-buku bertema politik. Ini soal pilihan, dan masing-masing punyak konsekuensi terhadap minat pengunjung untuk meminjam buku.
Pilihan kedua bisa menjadi daya tarik tersendiri bila perpustakaan menyimpan koleksi judul-judul yang komplit maupun yang langka dalam bidang politik. Tapi jika perpustakaan ingin meraih seluas mungkin latar minat pembaca, keragaman koleksi dalam berbagai bidang jelas diperlukan. Menyediakan koleksi yang beragam merupakan tantangan tersendiri.
Kebaruan koleksi harus dijawab pula oleh pengelola perpustakaan. Mungkin saja, pengunjung perpustakaan mencari buku-buku terbitan lama, namun publikasi mutakhir memiliki daya tarik yang lebih kuat. Mereka ingin membaca buku terbaru. Karena itu, ada tuntutan agar koleksi terus bertambah dengan buku-buku mutakhir.
Kehadiran buku laris (best seller) maupun seksi buku langka juga dapat menarik lebih banyak pengunjung. Pengunjung, khususnya yang minat bacanya sudah bagus, ingin memperbarui terus bacaannya dengan judul terbaru maupun judul buku laris. Alamiah belaka bahwa mereka tidak ingin tertinggal dalam saat mengobrol dengan teman tentang buku terbaru maupun terlaris.
Ada tantangan tersendiri terhadap upaya menyediakan koleksi yang beragam, diperbarui, maupun buku laris dan langka, yakni bagaimana membujuk penerbit dan penulis agar mau bekerjasama dalam menyediakan koleksi ini. Menjalin kerjasama dengan penerbit tidaklah mudah, sebab penerbit juga menghendaki buku cetaknya laku. Apa lagi jika judul tersebut baru dan tengah laris-larisnya. Penulis pun begitu.
Jika pengelola perpustakaan digital dapat menawarkan kerjasama yang menarik kepada penerbit dan penulis, jalan untuk menjawab tantangan tadi menjadi lebih mudah. Namun, bila tawaran kerjasama ini tidak menarik dari sudut pandang penerbit dan penulis, maka koleksi yang sanggup disediakan oleh perpustakaan akan cenderung berkisar pada buku yang daya tariknya kurang. Ini dapat mengurangi minat sebagian masyarakat untuk menjadi anggota perpustakaan.
Tantangan ini memang lebih sukar dijawab ketimbang tantangan teknologi seperti menyediakan server dengan kapasitas yang memadai, koneksi internet yang lancar, maupun membangun website dengan desain fitur yang nyaman bagi pengunjung dan pembaca. **
Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.
