x

Iklan

pour71

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Senjata Pemusnah Massal

Ada 550 juta pucuk senapan yang beredar di seluruh dunia. Artinya 1 senapan untuk 12 orang.Bagaimana cara mempersenjatai 11 orang lainnya?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Senjata pemusnah massal diasosiasikan dengan benda-benda yang mahal. Rudal yang amat presisi dengan muatan nuklir atau gas kimia. Meriam dengan diameter laras yang besar dan sanggup menembak peluru spesial. Pesawat nir awak yang sanggup menimbulkan korban jiwa dan menghancurkan gedung dengan roket yang dibawanya. Dan yang paling ditakuti, bom nuklir. Semuanya mahal.

Jaman Perang Dingin berakhir setelah Tembok Berlin runtuh. Dunia yang terbelah menjadi Sahabat Barat dan Kawan Timur sirna tanpa bekas. Uni Soviet yang panjang negaranya seperti Kepulauan Nusantara harus terima nasib. Beberapa negara federasinya ingin merdeka. Tiongkok mulai mengalihkan atensinya ke bidang ekonomi dengan rencana-rencana strategis. Dan dunia menjadi lebih dinamis. Migrasi penduduk terjadi dimanapun. Tujuannya untuk mencari kesempatan demi kehidupan yang lebih baik.

Yang dulu lawan sekarang jadi mitra bisnis yang menguntungkan. Segala kemungkinan bisa dijajaki tanpa ada pembatasan siapa lawan dan kawan. Mereka berkomunikasi dengan bahasa yang sama, uang. Segala macam bisnis yang baru berkembang dan berevolusi dengan daya yang fantastis. Semua kemungkinan sekarang bisa terwujud. Segala kebutuhan bisa dicari, termasuk kebutuhan untuk membeli senjata. Dan bisnis inilah yang membuat negara-negara adi daya makin gembung tabungan devisanya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Tahu kode-kode ini? M16, AKM, FN FAL, Type 56, HK G3. Itu adalah kode dari senapan-senapan yang paling laku dijual di seluruh dunia. Uang yang berputar dalam bisnis senjata nilainya IDR 60 milyar per tahun. IDR 8 milyar diantaranya adalah ceruk pasar untuk senapan mesin, senapan, pistol, amunisi, suku cadang dan asesoris. Jumlah uang yang beredar di pasar gelap penjualan senjata diperkirakan 10%-20% dari nilai bisnis penjualan senapan per tahun.

Senapan-senapan itu dijual ke seluruh dunia. Secara illegal atau resmi. Pembelinya adalah mereka yang terlibat  perselisihan senjata, anggota organisasi kejahatan atau sekedar mengamankan hartanya. Seorang makelar senapan yang terkenal berkata bahwa usahanya tergantung dari  warna. Warna putih artinya resmi. Warna hitam pasti melanggar aneka peraturan resmi, baik nasional dan internasional. Abu-abu adalah warna kesukaannya. Karena prosesnya tidak rumit, tak perlu ikuti aneka peraturan. Penjual dan pembeli langsung berjumpa tanpa ada calo. Abu-abu juga berarti senapan-senapan itu dikumpulkan lagi setelah perang selesai. Dan dijual lagi ke konflik lain.

Setelah insiden Beirut 1983 dimana barak Marinir AS luluh lantak karena bom dan membuat AS angkat kaki, mereka meninggalkan ratusan pucuk senjata. Senjata bekas pakai itu akhirnya dijual. Bukan per pucuk senapan tapi per kilo. Alasan utamanya adalah lebih baik menjual dibanding membawanya pulang ke AS. Biaya transportasinya mahal. Alasan lainnya adalah hasil penjualan senapan-senapan bekas itu dipakai untuk membiayai kegiatan klandestin di Amerika Selatan.

Perang Dingin yang kebekuannya akhirnya meleleh adalah awal dari masa-masa terpanas dalam perdagangan senjata. Bazaar senjata dan senapan terbuka. Tersedia di pasar mulai dari roket, mortir, ranjau, tank sampai helikopter tempur. Tapi yang paling diminati adalah sebuah produk industri dari Russia. Paling populer dan paling dicintai semua orang di dunia. Sebuah senapan yang desainnya sederhana tapi elegan. Terbuat dari campuran plywood dan baja dengan berat 6 kg. Tak perlu dirawat secara spesial dan mudah dioperasikan oleh siapa saja. Dari seorang anak-anak sampai dewasa. Para makelar senjata menyebutnya Angel King. Ada juga yang menyebutnya Kalash. Nama senapan itu adalah AK-47. AK adalah singkatan dari Avtomat Kalashnikova. Angka 47 merujuk pada tahun 1947 dimana senapan itu mulai di produksi secara massif di Soviet.

Sepanjang tahun 1998-2005 ada konflik bersenjata di 23 negara di benua Afrika. Konflik itu nilainya IDR 18 milyar per tahunnya. Dan senapan selebriti kita hadir di semua konflik itu. Kawan dan lawan memakai senjata yang sama, amunisi yang sama dan membeli dari makelar senjata yang sama. Cara pembayarannya juga kreatif. Tak ada uang maka intan pun jadi. Dari transaksi kematian itulah istilah Blood Diamond bermula.

AK-47 adalah selebriti dunia perdagangan senapan. Kepopulerannya begitu tinggi sehingga beberapa negara memberi apresiasi yang tinggi. Lihatlah bendera Mozambik dan bendera partai Hezbollah di Lebanon. Ada AK-47 disitu. Perhatikan juga lambang negara Timor Leste. Ada AK-47 disitu. Senapan itu adalah simbol revolusi dari beberapa negara dunia ketiga. Yang bertempur melawan imperialisme dan kolonialisme. Sisi antagonisnya, senapan itu juga dipilih para gangster dan teroris.

AK-47 juga berperan dalam sejarah negara ini. Pada tanggal 23 Oktober 1965, pasukan yang dipimpin Kolonel Sarwo Edhie masuk kota Solo. Mereka membawa senapan serbu AK-47, senapan mesin AKM dan RPD dan mengambil posisi-posisi strategis sebagai tindakan pengamanan. Kolonel Sarwo Edhie datang dengan pasukannya karena mendengar terjadinya pemogokan di stasiun Solo Balapan. Pemogokan itu melumpuhkan seluruh perjalanan KA di Jawa Tengah karena Stasiun Solo Balapan berada di sebuah simpang tiga: Madiun, Jogya, dan Semarang.

Waktu Operasi Flamboyan tahap II siap dilaksanakan, AK-47 jadi pilihan terakhir. Karena sifat Operasi Flamboyan adalah operasi klandestin, maka identitas TNI harus dihilangkan. Termasuk senapan yang dipakai. Apalagi AS sudah memberi amaran supaya aksi itu tak memakai aneka produk militernya. Sebuah syarat yang membuat bagian logistik harus lebih kreatif. Untungnya Malaysia masih menyimpan aneka senapan eks gerilyawan Paraku yang berhasil disita selama masa Konfrontasi. Senapan-senapan yang disita itu adalah AK-47.

Arti teks Senjata Pemusnah Massal harus didefiniskan ulang. Bukan senjata-senjata mahal dan bisa dibeli oleh beberapa negara yang punya uang. Senjata-senjata canggih yang memakai teknologi modern. Yang bisa menghancurkan infrastruktur, membunuh banyak orang bahkan bisa menghancurkan biosfer. Senjata pemusnah massal adalah senjata yang harganya murah dan mudah didapat. Bisa dipergunakan oleh siapapun. Jadi bukan rudal berhulu ledak nuklir atau gas beracun. Untuk dipakai dalam sebuah peperangan, pemiliknya akan berpikir ribuan kali. Pembuat rudal nuklir hanya ada 5 di dunia ini. Semuanya ada di Dewan Keamanan PBB. Bila ada negara lain yang memiliki rudal nuklir bisa dipastikan mereka membeli dari 5 anggota tetap Dewan Keamanan PBB.

Senjata pemusnah massal yang nyata, sekarang dapat diperoleh dengan mudah dan murah. Kenapa? Karena senapan itu diproduksi dengan biaya murah. Semua negara bisa membuatnya. Dari 500 juta pucuk senapan yang beredar di dunia, 100 juta pucuk senapan diantaranya adalah Kalashnikov dengan aneka variannya. Tapi data-data itu tak akurat. Karena ditemukan juga senapan-senapan Kalashnikov yang di produksi tanpa membayar royalti hak patent. Jadi berapa banyak yang beredar di dunia tidak diketahui dengan pasti.

Penentuan sebuah pengertian dan maksud nasibnya sama seperti sejarah. Dibuat berdasarkan kepentingan para mayoritas atau pemenang. Bila Senjata Pemusnah Massal berkonotasi senjata yang presisi, canggih dan mahal, maka konflik bersenjata di negara-negara sekitar ekuatorial Afrika adalah pertarungan geng anak jalanan. Ngerinya mereka membawa senapan. Dan sangat suka menembak apapun. Perempuan, anak-anak, ibu-ibu, nenek-nenek, bocah yang mau ke sekolah, balita di teras rumah, ibu yang belanja ke pasar. (pour)

Ikuti tulisan menarik pour71 lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu