x

Iklan

Amri Mahbub

Jurnalis | Filolog | Penyunting Cerita Pendek
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Homo Sovieticus

Homo Sovieticus, yang dipopulerkan sosiolog Aleksandr Zinovyev, adalah kritik bagi kegagalan Soviet menciptakan manusia baru melalui eksperimen sosial.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Namanya Svetlana Alexievich. Dia kini sangat terkenal setelah Komite Nobel menganugerahinya Hadiah Nobel Sastra 2015. Dia lahir di Ivano-Frankivsk, Ukraina, pada 31 Mei 1948, dan besar di Belarus, negara dengan pemerintahan yang totaliter.

Saat mengenyam kuliah jurnalistik di Universitas Minsk (1964-1972), ia sudah mengkritik negaranya, yang saat itu masih bersatu dengan Uni Soviet. Selulusnya dari Minsk, ia berturut-turut bergabung dengan Neman dan Sel’skaja Gazeta, media oposisi Soviet. Dari situ, tulisannya tentang sejarah kelam manusia Soviet yang ia sebut “Homo Sovieticus” mulai mengalir.

“Homo Sovieticus”, yang dipopulerkan oleh sosiolog Aleksandr Zinovyev, adalah kritik bagi kegagalan Soviet menciptakan “manusia baru” melalui eksperimen sosial. Zinky Boys (1991), misalnya, berisi tentang peran Soviet dalam Perang Afganistan sepanjang 1979-1989. Bukan semangat patriotik Tentara Merah yang Svetlana ceritakan, melainkan cinta dan usia muda yang direnggut perang.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Buku itu dimulai dengan cerita para ibu yang menjemput peti mati anaknya, seorang tentara muda yang tewas dalam perang. Tapi kebanyakan peti mati yang ditemuinya kosong. Itu akal-akalan Soviet untuk menyembunyikan jumlah korban perang. Soviet kehilangan lebih banyak tentara ketimbang musuh, tapi mereka tak mau masyarakat dunia tahu kenyataan sebenarnya.

Svetlana mengangkat Homo Sovieticus lain dalam Voices from Chernobyl (1998). Dalam buku ini, ia mengisahkan para korban radiasi ledakan nuklir terbesar dalam sejarah dunia pada April 1986. Salah satunya tentara yang tergabung dalam misi penyelamatan ke Chernobyl. Sebagai tentara, kewajiban itu harus dipenuhi. Nahas, ia terpapar radiasi zat radioaktif dan sekarat.

Hal itu membuat kehidupan keluarganya berubah. Para tetangga memandang dengan tatapan penuh selidik sekaligus takut, bagai melihat orang asing yang harus dijauhi. “Sepulangnya Anda dari Chernobyl, Anda akan dilihat sebagai alien,” demikian ditulis Svetlana.

Ia mengkritik pemerintah Soviet saat itu dengan gayanya sendiri. Tulisan-tulisannya tidak keras, tapi menyimpan cerita lirih tentang rakyat Soviet yang tak pernah menikmati demokrasi selama komunisme berkuasa. Bagi dia, sejarah manusia bukan hanya sejarah fakta-fakta, tapi juga sejarah emosi manusia yang terpinggirkan.

Kehidupan, baik pada era Soviet maupun pasca-Soviet, menurut Svetlana, bukanlah hal yang mudah dijalani, terutama di Belarus sekarang. Dimensi kolektif dan rasa putus asa masih kental meliputi masyarakatnya hingga kini.

Belarus selama ini dikenal sebagai sisa komunisme Soviet. Lebih dari 20 tahun Presiden Belarus, Alexander Grigoryevich Lukashenko, berkuasa di negara ini, sehingga aliansi negara Eropa menjulukinya “diktator terakhir Eropa”.

Sejak pertama berkuasa pada 1995, Lukashenko sudah berkonfrontasi dengan aliansi negara Barat. Ia menolak pasar bebas, menerapkan kembali kontrol harga barang komoditas yang sebelumnya diterapkan Soviet, serta menghilangkan orang-orang yang mengkritiknya. Ia lantas mendapat serangan balik. Amerika dan banyak negara Eropa memutus hubungan diplomatik dengan Belarus dan Bank Dunia menolak memberi pinjaman yang diajukannya.

Lukashenko juga bertikai dengan Svetlana. Pada 1995, ia melarang karya-karya Svetlana terbit di Belarus dengan dalih tak memuji peran partai komunis. Puncaknya, pada 2000, Svetlana diusir dari negeri itu dan hidup nomaden di Jerman, Prancis, Swedia, serta negara Eropa lain.

Apakah Svetlana dipilih Komite Nobel untuk menekan Belarus secara tidak langsung? “Kepentingan Nobel memang kental dengan unsur politik negara dan ideologi zaman ini-itu,” kata Benedict Anderson. Bisa jadi Ben benar.

AMRI MAHBUB

Jurnalis

Ikuti tulisan menarik Amri Mahbub lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler