x

Iklan

Iwan Kurniawan

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Erstwhile: Reinkarnasi dari Majapahit sampai Singapura

Novel pop Joseph Rio Jovian Haminoto, ‘Erstwhile’, berlatar masa kini dan zaman Majapahit. Kisah-kisah yang terlepas.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

“Dalam beberapa kehidupan kita cuma teman, di kehidupan lain kita kekasih, di kehidupan lain lagi kita menikah. Tapi, di kebanyakan kehidupan, aku adalah ibumu.”

Bagaimana bila ada seorang perempuan setengah baya yang tak kau kenal memberondongkan kalimat-kalimat itu kepadamu? Kau mungkin tercengang atau mungkin tertawa.

Itulah yang dihadapi Rafa, nama panggilan Raphael Haryono, tokoh utama Erstwhile: A Communion of Time, novel ketiga karya Joseph Rio Jovian Haminoto.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dalam penerbangan dari Singapura menuju Italia, Rafa berjumpa dengan Magalie Vaillant, perempuan pengusaha asal Paris. Perempuan itu seakan tahu benar siapa Rafa. Dia tahu Rafa suka teh hitam dan bila sekali jatuh cinta pada perempuan, pasti akan mencintainya setengah mati. Bahkan, Vaillant mengaku sudah sepuluh kali bertemu dengan Rafa di kehidupan yang lain.

Kutipan di awal tulisan ini adalah berondongan pernyataan Vaillant kepada Rafa di bagian awal novel ini. Tapi, Rio tidak menuliskannya begitu. Pengarang lulusan Clark University, Amerika Serikat yang sedang kuliah pascasarjana di Saïd Business School, University of Oxford, Inggris itu menuliskannya dalam bahasa Inggris yang rapi. Hampir separuh dialog dalam buku ini ditulis dalam bahasa itu. Hanya narasinya saja yang sepenuhnya ditulis dalam bahasa Indonesia. Padahal, kalau pun dialog itu ditulis tidak dalam bahasa Inggris, tak akan berpengaruh banyak terhadap mutu novel ini. Saya kira ini hanya kekenesan pengarang muda yang merasa lebih keren saat menyisipkan bahasa asing ke dalam karyanya dan mengabaikan kekuatan bahasa Indonesia.

Separuh novel ini berpusat pada Rafa, pemuda asal Jakarta masa kini yang suka berburu berbagai barang antik di pelelangan internasional. Tak jelas siapa Rafa dan apa pekerjaannya. Dia digambarkan sebagai orang yang punya kekayaan yang nyaris tak terbatas, sehingga mampu berkeliling dunia, tinggal di hotel mewah dan memenangi setiap lelang. Salah satu yang diburunya adalah naskah papirus kuno karya Picaro Donevante yang akan dilelang di balai lekang Christie’s di New York. Tapi, dalam perkara cinta, Rafa adalah pecundang. Dia jatuh cinta pada Artjacana di Brazil dan dua kali berkencan dengannya. Tapi, pada pertemuan ketiga dia harus gigit jari karena Artjacana sudah menikah.

Kisah Rafa itu menjadi semacam bingkai bagi kisah Picaro dalam naskah papirus kuno itu. Kisahnya menghabiskan hampir separuh buku. Seperti struktur Kisah 1001 Malam, Emma Watts, pakar linguistik dari University of Cambridge, Inggris, membacakan terjemahan dari naskah Picaro itu kepada Rafa. Picaro adalah pemuda Prancis asal Italia di abad ke-14 yang bertualang untuk menapaktilasi perjalanan Marco Polo hingga mendarat di Jawa di masa Majapahit. Dalam perkara percintaan, nasib Picaro serupa dengan Rafa. Dia jatuh hati setengah mati pada Solene de Morency, tapi harus dilepas karena akan menikah dengan orang lain. Alasan Picaro bertualang juga sentimentil: itu janjinya kepada Solene.

Novel ini dibangun dengan plot yang lemah. Misalkan, tak jelas mengapa Picaro, yang sedang menyambangi Yerusalem, mendadak berbelok ke Sumatera hanya karena kebetulan bertemu seorang pendeta Buddha yang hendak ke Sriwijaya. Kronologinya juga berantakan. Picaro dinyatakan menginjakkan kaki di Sriwijaya pada 1319, lalu menyelamatkan Jayanegara, sehingga dia dapat tinggal lama di Majapahit. Sejarah mencatat bahwa nama Sriwijaya sudah lenyap di abad ke-12 dan Majapahit baru berdiri seabad kemudian.

Kisah Picaro sebetulnya semacam fiksi sejarah. Pengarang memainkan tokohnya di panggung sejarah dan mempertemukannya dengan tokoh-tokoh sejarah nyata. Tapi, pengarang novel ini tampak kurang menggali sejarah Majapahit. Rio menyebut, misalnya, bahwa mata uang lokal yang beredar di pasar adalah emas, perak, tembaga dan besi. Mata uang yang beredar luas di masa itu adalah picis, koin tembaga yang diadopsi dari koin Cina. Mata uang besi baru dikenal kemudian setelah Portugis mulai berdagang di Nusantara.

Yang paling mengganggu dari novel ini adalah ketidakjelasan arah dari plot yang dibangun Rio. Plotnya bertumpu pada konsep “reinkarnasi”: tokoh-tokohnya hidup dan bertemu di berbagai zaman. Semua tokoh, kecuali Magalie Vaillant, tak ada yang ingat hubungan masing-masing di zaman sebelumnya. Plot semacam ini tidaklah baru, tapi apa gunanya dia menjadi tulang punggung novel ini ketika tak ada arah yang jelas dari berbagai “reinkarnasi” para tokoh. [*]

Data Buku

Judul: Erstwhile: A Communion of Time

Penulis: Joseph Rio Jovian Haminoto

Penerbit: (diterbitkan sendiri oleh pengarang)

Terbit: 2014

Tebal: 441 Halaman

Ikuti tulisan menarik Iwan Kurniawan lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler