Maling Buku Nyuri Ilmu

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
img-content
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Maling Buku. Ide ini digulirkan oleh teman-teman Rumah Buku Cilegon (RBC) yang sering bikin Piknik Buku ke beberapa daerah di seputaran Cilegon-Serang

"Hidup adalah tentang pencarian-pencarian. Berbahagialah menjadi orang yang gelisah. Gelisah dalam pencarian." Quote by Anazkia 

Maling Buku. Ide ini digulirkan oleh teman-teman Rumah Buku Cilegon (RBC) yang sering bikin Piknik Buku ke beberapa daerah di seputaran Cilegon-Serang setiap akhir pekan. Tapi inisiator pertamanya itu adalah Suraip, foundernya Adam N Sun, astronomer amatir yang sekarang bekerja sebagai salah satu pegawai pajak di Cilegon. Suraip ini, kadang idenya ada-ada aja. Kegilaannya 200% di atas normal, jadi nggak heran kalau bikin kegiatan namanya pun ada-ada aja. Ya, kayak maling buku itu :)))).

"Kenapa, sih, namanya Maling Buku?" saya nanya sedikit protes sebenernya

"Karena kami adalah pencuri-pencuri. Pencuri ilmu buku." ini kata Kak Magda. Beda lagi kalau kata si Kasuraip,

"Karena mencuri itu terdengar lebih aktif dan menyenangkan," iya, itu kata Kasuraip dan dia masih nambahin lagi, " contohnya kayak curi hati, curi pandang. Mencuri itu, kita diharuskan tidak pasif, what you do is what you take." baiklah, Kasuraip, saya menerima penjelasanmu.

Dalam Maling Buku, yang dibahas tak melulu mengenai buku saja. Ada mencuri ilmu dari film juga mencari ilmu dari album musik. Minggu kemarin, mereka mencuri ilmu dari rilisan album musik, malingnya sendiri Kak Dita. kata kak Magnet, kalau Kak Dita jadi maling itu super duper keren. Sayang sekali, saya belum pernah ikut maling bareng Kak Dita. Dalam maling buku, yang dibahas tentunya mengenai isi buku, lantas bagaimana kalau maling film dan album musik?

"Kita bahas mulai dari design album, lirik, musikalitas juga story behind the track." kata Kasuraip menambahkan tentang berbagai macam maling ini.

Dalam setiap pembahasan, ada kalanya membahas nama buku saja memakan waktu hampir setengah jam. Tak heran, kalau dalam setiap pertemuan itu harus ada yang berani menghentikan mereka. Kalau tidak, mereka bakalan lupa waktu sampai pagi. Padahal, esoknya harus kembali bekerja. Ada rutinitas "wajib" dalam Maling Buku ini. Setiap satu bulan sekali, harus ada buku sains yang dibahas. Ini merupakan salah satu agenda rutin menuju Banten Science Day 2016. Pun setiap selesai acara, akan diceritakan satu penemuan terkini dalam dunia sains. Suraip, memang keren! ^_^

Maling buku mulai diadakan pertama kali pada 8 Oktober 2015. Masih baru banget, kan? Dilaksanan setiap satu minggu sekali, mereka mengambil jadwal setiap hari Kamis malam. Waktu tanggal 8 Oktober itu yang jadi maling si Kasuraip. Buku yang dibahas, Islam dan Sains Modern. Kasuraip memang menyukai buku-buku sains dan astronomi. Itulah kenapa dia menjadi astronomer amatir. Jadi, narasumber itu disebut maling, maling yang mencuri ilmu dari buku kemudian dibagi-bagikan lagi ilmunya kepada teman-teman. Duh, ya, ada-ada aja ini idenya. Suraip memang KEREN! (terbang lah dia dipuji begini)

 

Nimbrung di Maling Buku
 

Beberapa kali Maling Buku, saya tidak pernah mengikutinya karena saya berada di Jakarta. Tapi, tanggal 22 Oktober lalu saya sempat mengikuti kegiatan Maling Buku ini. Waktu itu, saya baru pulang dari Malaysia. Di group whatsapp saya bilang kalau mau datang langsung dari Malaysia. Tapi seperti biasa, mereka pada nggak percaya. Eh, teman-teman itu memang pada suka membual, sih. Jadi kadang hal-hal yang serius pada nggak dipercaya lagi. Termasuk saya tentu saja, yang sudah tertular menjadi pembual (sebenernya memang sudah bakat alam membual)

Kamis 22 Oktober, malingnya Kak Magda. Kak Magda membahas buku Siddhartha, penulisnya Herman Hesse. Waktu saya sampai, acara sudah dimulai. Jadi saya nggak sempat melihat pembuka dalam diskusi Maling Buku malam itu. Siddhartha, adalah sebuah buku cerita (kata Kak Magda buehehehe, padahal kalau kata saya kayak buku biografi) Kak Magda menjelaskan bagaimana seorang Siddhartha melakukan sebuah pencarian jati diri. Sebenernya, detail cerita bukunya saya sudah banyak yang lupa. Tapi mengikuti diskusi malam itu, seperti curhat kegelisahan-kegelisahan.

Cholis, menyuarakan kegelisahannya tentang orang-orang yang taat beragama, tapi kelakuannya tidak seperti orang yang taat. Pun seperti kegelisahan saya akhir-akhir ini yang kadang mikir, taat beragama dan berbuat baik itu apa ada korelasinya? Soalnya, jatuhnya yah sama seperti pernyataan Cholis "Taat beragama, tapi kelakuannya seperti orang yang tidak taat." haisyah, ini beneran jadi galau gundah gulana -_- kami semua, sih, pada akhirnya menyimpulkan bahwa menjadi gelisah dengan pertanyaan-pertanyaan seperti itu adalah sebuah proses pencarian berpikir. Belajar menimbang baik buruk bukan hanya dari satu sisi.

Mengikuti diskusi buku malam itu, saya seperti merangkaikan susunan cerita-cerita hidup lainnya. Karena sepanjang perjalanan di Malaysia sebelumnya, saya membaca bukunya Buya Hamka dan biografi mengenai Tuan Guru Nik Abdul Aziz, mantan Menteri Besar Kelantan yang sudah berpulang. 

yang penting nampang :D 

Semoga bisa ikutan Maling Buku lagi kapan-kapan.

Bagikan Artikel Ini
img-content
Anazkia Aja

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler