x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Penutup Cerita yang Meninggalkan Jejak Ingatan

Banyak pengarang mashur menulis penutup cerita bukan untuk mengakhiri dahaga pembaca, melainkan membiarkannya tetap haus dan mencari sumber air.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

“There is no real ending. It’s just the place where you stop the story.” 
--Frank Herbert (Penulis fiksi-sains)

 

Setelah pembacaan yang panjang, barangkali hingga ratusan halaman, sampailah pembaca pada penutup cerita yang akan meninggalkan jejak pada ingatan pembaca. Sebagian mungkin kesal dan kecewa, yang lainnya memuji—barangkali karena ujung cerita ternyata sesuai dengan ‘tebakan’-nya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ketika seorang pembaca berseru “Wow, ending-nya bagus banget,” setidaknya komentar ini menunjukkan bahwa harapannya terpenuhi. Di sepanjang pembacaan cerita, pembaca membangun harapannya terhadap interaksi di antara karakter-karakter yang dicipatakan pengarang. Bagus bisa saja bermakna bahagia, bisa pula sedih, getir, melankolis, atau tidak terduga dan mengejutkan—yang jelas, sesuai dengan harapan pembaca.

Komentar sebaliknya dapat saja muncul: “Aduh, ending-nya kok begitu sih?” Yah, artinya harapan pembaca tidak terpenuhi atau lebih buruk dari itu pembaca mendapati penutup cerita yang buruk, setidaknya demikian menurut persepsinya. “Aku tidak menyukai penutup seperti ini.” “Kalau menurutku, ending-nya lebih bagus begini.” “Membuat ending sih bebas-bebas saja, tapi yang ini gak bangetlah.” Yah, ini harapan pembaca.

Sebagaimana paragraf pembuka yang mengawali cerita, cara sebuah cerita ‘diselesaikan’ juga merupakan pilihan pengarang. Banyak penulis yang tidak mau menutup kisahnya secara definitif: bahagia atau sedih, hidup atau mati. Ujung cerita dibiarkan tetap terbuka, seakan pengarang membukakan pintu untuk pembaca agar memasuki lorong yang panjang; membiarkan pembaca menemukan sesuatu di sana. Yang ingin dicapai adalah pencapaian artistik penulisan.

Pengarang ini merasa tugasnya adalah menstimulasi pembaca, bukan membuatkan pilihan ataupun penilaian yang final. “Plot yang bijaksana,” kata David Foster Wallace, penulis Infinite Jest, “tidak sampai kepada sebuah resolusi. Tapi jika pembaca mempersepsikan aku memberi mereka telunjuk, berarti aku tidak menjalankan pekerjaanku.”

Banyak pengarang mashur menulis penutup cerita bukan untuk mengakhiri dahaga pembaca, melainkan membiarkannya tetap haus dan mencari sumber air. Wallace tergolong pengarang sejenis ini. Meskipun ada pula yang bersikap sinis: “Mungkin Dave sudah capek menulis.”

Nah, berikut ini sejumlah penutup cerita dari beberapa fiksi.

 

Olenka, Budi Darma

Hanya karena tenggorokan kering dan sedikit mau basah, saya membeli kopi. Kemudian saya berjalan-jalan lagi. Tiba-tiba saya muntah. Andaikata yang saya muntahkan adalah seluruh jiwa dan raga saya, alangkah bahagianya saya. Demikian juga andaikata saya menjadi semacam burung Phoenix, terbakar dengan sendirinya, hangus menjadi abu, dan dari abu lahir kembalilah saya sebagai burung Phoenix baru. Saya juga ingin remuk dan hilang bentuk.

Tabir Terakhir, Reshad Feild

Saya bernapas dengan tenang dan perlahan, sambil memerhatikan naik-turunnya napas. Punggung saya sakit, tergesek kulit kayu kasar pohon zaitun. Kaki saya terlipat dan sudah mati rasa. Saya pastilah sudah duduk di sana untuk waktu yang sangat lama. Pemandangannya sudah berubah. Lembah yang membentang di hadapan saya dilalui palung sungai kering dengan jalannya yang berliku menuju lautan. Jangkrik berderik di belukar pohon zaitun, dan di kejauhan rasanya saya mendengar debur ombak di pantai.

Lalu saya rasakan sentuhan tangan di lengan. Saya melihat Hamid. Matanya memancarkan cinta dan kepercayaan. Ia tersenyum. “Ayo, Reshad,” katanya, “kita harus pulang. Mereka pasti menunggu kita.”

One Hundred Years of Solitude, Gabriel García Márquez 

Sebelum mencapai garis akhir, betapapun, ia telah mengerti bahwa ia tidak akan pernah meninggalkan ruangan itu, telah diramalkan bahwa kota cermin (atau fatamorgana) akan tersapu oleh angin dan terasingkan dari memori manusia tepat pada saat Aureliano Babilonia hampir selesai mengartikan parkamen, dan bahwa setiap hal yang tertulis di atasnya tidak akan dapat diulang sejak masa yang sangat lampau dan untuk selamanya, sebab ras-ras yang dikutuk hingga seratus tahun kesunyian tidak punya kesempatan kedua di bumi.

To the Lighthouse, Virginia Woolf

Begitu cepat, seolah ia ditarik oleh sesuatu di sana, ia berpaling ke arah kanvasnya. Di sana ada gambarnya. Ya, dengan segala hijau dan birunya, garis-garis ke atas dan menyilang, mengarah pada sesuatu. Gambar ini akan digantung di loteng, pikirnya; akan dihancurkan. Namun, pentingkah itu? ia bertanya kepada diri sendiri, mengambil lagi kuasnya. Ia menatap anak tangga; kosong; ia menatap kanvasnya; kabur. Dengan intensitas yang tiba-tiba, seolah ia melihatnya dengan jelas dalam sedetik, ia menarik garis di sana, di tengah. Sudah, selesai. Ya, pikirnya, sembari meletakkan kuasnya dengan keletihan yang sangat, aku telah memiliki penglihatanku.

Cat’s Cradle, Kurt Vonnegut

Andaikan aku seorang pria muda, aku akan menulis sejarah kedunguan manusia; dan aku akan mendaki puncak Gunung McCabe dan berbaring di atas punggungku dengan sejarahku sebagai alas kepalaku; dan aku akan mengambil sejumput racun biru-putih dari tanah yang menciptakan patung-patung manusia; dan aku akan membuat patung diriku, berbaring di atas punggungku, menyeringai mengerikan, dan mengingusi Kamu Tahu Siapa.

Crime and Punishment, Fyodor Dostoyevsky

Tapi itu permulaan sebuah cerita baru--cerita tentang pembaruan berjenjang seorang lelaki, cerita tentang regenerasi berjenjang, tentang berlalunya dia dari satu dunia ke dunia lain, tentang inisiasinya ke dalam kehidupan baru yang tak dikenal. Barangkali itu subyek sebuah cerita baru, tapi cerita kita sekarang berakhir. 

(foto: the lighthouse; sumber foto ilustrasi: travelcaffeine.com)

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 hari lalu

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 hari lalu