x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Einstein dan Lelucon Buruk

Mengandalkan kekuatan imajinasinya, Einstein melahirkan teori-teorinya dari eksperimen pikiran yang dituntun oleh semangat pemberontakan terhadap kemapanan.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

“Hukum gravitasi tidak berlaku bagi orang yang sedang jatuh cinta.”

--Albert Einstein

 

“Sejarah penuh dengan lelucon buruk,” kata Jakob Laub. Fisikawan muda ini terkejut tatkala mengetahui bahwa Albert Einstein ternyata bekerja sebagai pegawai kelas tiga di kantor paten, Bern, Swiss. Fisikawan revolusioner ini bukan berkantor di sebuah kampus mentereng tempat para profesor terhormat menempati ruang-ruang kerja yang lapang.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ketika melahirkan lima makalah yang mengguncang jagat fisika, Einstein belum lagi seorang doktor, apa lagi guru besar universitas. Einstein punya kegiatan rutin setiap harinya: setelah delapan jam kerja memeriksa permohonan paten yang diajukan ke kantornya, ia menekuni fisika sebagai hobi. Einstein menggulingkan fondasi fisika Newtonian pada Tahun Keajaiban (1905)—seabad yang silam—pada usia 26 tahun di tengah upaya para raksasa zaman itu (Planck, Poincare, Lorentz, di antaranya) untuk mempertahankan pikiran lama.

Itulah Annus Mirabilis yang merangkum lima pikiran besar Einstein: radiasi dan sifat energi pada cahaya (kuantum), penentuan ukuran sejati atom, gerak tak beraturan partikel mikroskopis dalam fluida, eletrodinamika benda bergerak, dan hubungan antara energi dan massa (E=mc2). Sepuluh tahun kemudian, ia melengkapinya dengan relativitas umum.

Dengan kemahiran dalam matematika yang terbatas, Einstein mengandalkan kekuatan imajinasinya. Teori-teorinya lahir dari eksperimen pikiran yang dituntun oleh semangat pemberontakan terhadap kemapanan. Entah bergurau atau tidak, Einstein mengaku tidak punya kelebihan dibanding orang lain, kecuali selalu ingin tahu. Namun, seperti kebanyakan jenius, Einstein melihat sesuatu dengan cara berbeda—berbeda dari orang kebanyakan, bahkan berbeda dari kebanyakan fisikawan. Fisikawan lain terkungkung dalam pemikiran lama sehingga sukar keluar dari kesulitan.

Ketika fisikawan lain berkutat pada eter, Einstein sampai pada pemikiran bahwa eter tidak diperlukan. Ketika semua fisikawan terpana mengapa kecepatan cahaya selalu terlihat konstan berapapun cepatnya Anda bergerak, Einsteinlah yang mengatakan bahwa mungkin itu terjadi karena ‘waktu melambat’ ketika Anda bergerak cepat. “Waktu tidak absolut,” kata Einstein. Imajinasi inilah yang membuka jalan bagi penemuan teori relativitas.

Dengan imajinasi dan kreativitas yang tengah memuncak, Einstein membawa gagasan revolusioner tentang ruang dan waktu. Kendati mendobrak teori-teori yang diajukan para raksasa itu, Einstein secara pribadi tetap menghormati dan menghargai mereka. Ia tetap menghormati Newton, Faraday, maupun Maxwell. Saat menemukan kesalahan dalam proses pembuktian oleh Max Planck, meskipun hasil akhirnya benar, Einstein menunjukkan kesalahan itu dengan cara berputar: menuliskan jalan pemecahan alternatif. Ia tak mau mempermalukan Planck.

Dalam bukunya, Einstein, Kehidupan dan Pengaruhnya bagi Dunia, Walter Isaacson memotret Einstein sebagai manusia seutuhnya—orang hebat yang punya kelemahan, merasakan kegetiran hidup, kegagalan dalam perkawinan, tapi juga punya selera humor yang hangat. Ketika ia diminta menulis makalah tambahan di luar makalah yang sudah diterbitkan, sebagai syarat untuk diangkat menjadi privatdozent di Universitas Praha, Einstein tidak mau repot. Ia malah melamar untuk menjadi guru fisika di SMA. Malangnya, dari puluhan pelamar guru, ia tidak terpilih di antara tiga calon teratas.

Sebagai klerk, Einstein tidak memilik akses kepada laboratorium untuk bereksperimen dengan berbagai piranti. Otaknya menjadi lapangan terluas untuk melakukan eksperimen imajiner, tempat ia mengaitkan gagasan dengan pengalaman praktis. Kekuatan imajinasi Einstein tersirat dalam suratnya kepada editor Yearbook of Radioactivity and Electronics bahwa mungkin ia belum membaca semua literatur saat menulis pengantar buku itu. Alasan Einstein, “Karena perpustakaan tutup pada hari libur saya.”

Keberhasilan ilmiah Einstein didasarkan atas bakat khususnya dalam mengendus berbagai prinsip fisika fundamental alam. Ia membiarkan orang lain mengerjakan tugas yang berbeda, yaitu menemukan persamaan matematika terbaik bagi berbagai prinsip tersebut, seperti dilakukan rekannya di Zurich, Minkowski, untuk relativitas khusus.

Meskipun begitu, ada pertanyaan yang cukup mengusik, yaitu mengapa Einstein menemukan teori besar sementara fisikawan sezamannya tidak? Baik Lorentz maupun Poincare menghasilkan banyak komponen teori Einstein. Poincare bahkan mempertanyakan sifat kemutlakan waktu. Perbedaan pokok di antara mereka, menurut fisikawan Freeman Dyson, ialah karena Poincare konservatif, sedangkan Einstein seorang revolusioner. Einstein melakukan lompatan imajinatif dan menyingkapkan asas-asas utama fisika melalui eksperimen imajiner, bukan melalui induksi metodis berdasarkan data-data hasil eksperimen.

Kita harus memperlakukan Einstein bukan sebagai august scientific priest, begitu tulis Isaacson, melainkan seorang pembangkang yang memburu rahasia di balik harmoni alam, seorang ilmuwan yang meletakkan imajinasi lebih tinggi dari pengetahuan. Dorongan seketika untuk mempertanyakan otoritas, sikap berandalan dalam menghadapi keteraturan, dan kurang menghormati kearifan umum berkontribusi bagi pencapaiannya dalam fisika. Pendeknya, dalam upayanya menemukan rahasia alam, Einstein membebaskan diri dari belenggu yang menghambat lompatan imajinasinya.

Di tengah keasyikannya menekuni fisika, Einstein masih menyempatkan diri bermain musik, ngobrol hingga larut malam, minum kopi kental, dan mengisap cerutu kertas. Ia cenderung ramah kepada siapapun. Selama orang tidak menuntut atau meletakkan beban emosional atas dirinya, Einstein siap menjalin persahabatan. “Saya benar-benar seorang pelancong penyendiri dan tidak pernah rindu pada negara, kampung halaman, teman, atau bahkan keluarga dekat, dengan sepenuh hati. Di hadapan seluruh ikatan itu, saya selalu merasakan adanya jarak dan kebutuhan untuk menyendiri.” (foto: einstein di kantor paten, sumber foto: www.ige.ch)** 

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 hari lalu

Bingkai Kehidupan

Oleh: Indrian Safka Fauzi (Aa Rian)

Sabtu, 27 April 2024 06:23 WIB

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 hari lalu

Bingkai Kehidupan

Oleh: Indrian Safka Fauzi (Aa Rian)

Sabtu, 27 April 2024 06:23 WIB