x

Iklan

Pevi Revina

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Mengejan dan Mendorong Ketika Melahirkan

proses mengejan, proses mendorong

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Banyak yang mengibaratkan jika proses persalinan atau melahirkan merupakan keadaan antara hidup dan mati. Perumpamaan tersebut merupakan gambaran betapa sakitnya proses melahirkan melalui persalinan yang normal. Apalagi jika mengejan sudah mulai terjadi. Mengejan akan terjadi tatkala keinginan untuk keinginan untuk persalinan terjadi. Perlu untuk diketahui bahwa keinginan mengejan merupakan sebuah reaksi tidak sadar terhadap tekanan bayi pada dasar panggul. Rasa tertekan atau gerakan bayi jauh didalam panggul, yang menyebabkan keinginan yang tak tertahan untuk meregang, yang merupakan karakteristik dari keinginan mengejan.

Tatkala proses mengejan tersebut terjadi tak jarang akan diiringi oleh keinginan untuk buang air besar. Untuk itu, bagi ibu hamil yang sudah ingin mengejan dalam proses persalinannya, maka usahakanlah untuk tahan napas dan bergumamlah sewaktu ibu hamil menarik napas "jeda" pada tiap pernapasan. Biasanya bidan atau dokter akan terus memantau atau mengecek pembukaan yang sedang ibu hamil alami. Ketika leher rahim ibu hamil sudah terbuka penuh, maka ibu hamil sudah bisa mengejan saat merasakan keinginan tersebut. Jika leher rahim belum benar-benar terbuka seluruhnya tetapi sudah sangat tipis, lunak, dan meregang, sebaiknya ibu hamil berjongkok demi memenuhi kebutuhan mengejan yang Ibu hamil rasakan. Jika leher rahim masih mempunyai daerah yang tebal (kadang-kadang disebut "bibir" atau "bibir anterior") ibu hamil tidak boleh berjongkok sampai leher rahim sudah membuka seluruhnya. Bila tidak, leher rahim akan membengkak dan memperlambat perkembangan persalinan. Perawat atau pamberi perawatan akan memandu Ibu hamil mengenai apa yang harus dilakukan saat ini. Meskipun kadang-kadang sangat sulit dan tidak nyaman untuk menahan agar tidak mendorong saat ibu hamil merasakan keinginan yang kuat, tidak ada bahaya menunda pengejanan sampai leher rahim sudah terbuka seluruhnya.

Pernapasan dan dorong kebawah yang diuraikan diatas dialanjutkan untuk setiap kontraksi sampai sebagian besar kepala bayi mulai terlihat (crowning), dimana ibu hamil merasa jaringan vagina bagian bawah meregang dan terasa panas. Pada saat ini, ibu hamil harus berhenti mendorong kebawah untuk membiarkan vagina dan parineum meregang perlahan-lahan disekitar kepala bayi yang mulai muncul, guna mengurangi kemungkinan robekan atau pelahiran yang terlalu cepat.

Saat terjadi peregangan, sensasi panas merupakan sinyal yang jelas untuk menghentikan pendorongan kebawah. Dokter atau bidan pada saat itu juga akan memberi arahan, mengatakan pada ibu kapan harus mengejan dan kapan berhenti mengejan. Agar ibu tidak mengejan, keluarkan nafas seperti yang lakukan lakukan saat menghindari desakan untuk mengejan sampai desakan menghilang atau sampai ibu diminta mendorong kembali.

Begitu leher rahim membuka penuh, kala dua pembukaan dimulai. Ibu hamil mungkin merasa atau bisa saja tidak merasakan dorongan untuk segera mendorong (atau mengejan) bersama dengan kontraksi yang terjadi. Jumlah dan kecepatan turunnya bayi, kedudukan dan posisinya dalam panggul, dan posisi tubuh ibu hamil serta faktor lain akan menentukan apakah dorongan tersebut akan timbul segera atau timbul sesudah istirahat sejenak. Biasanya, dengan berjalannya waktu dan pergantian posisi keposisi duduk tegak atau berjongkok, fase istirahat dari kala dua persalinan akan menghilang dan desakan untuk mengejan akan meningkat.

Respons ibu hamil terhadap kontraksi kala dua tergantung pada sensasi yangibu hamil rasakan. Ibu hamil barangkali merasakan beberapa desakan-desakan yang kuat dan tidak tertahankan untuk mengejan- dalam setiap kontraksi. Masing-masing berlangsung selama beberapa detik. Pada keadaan ini yang perlu Ibu hamil lakukan hanyalah bernapas, menggunakan pola yang sesuai untuk Ibu hamil, sampai Ibu hamil merasakan desakan untuk mengejan dan tubuh Ibu hamil mulai mendorong kebawah. Berikan respons untuk terhadap desakan mengejan, biarkan tubuh mendorong kebawah selama Ibu hamil merasakan desakan tersebut. Kemudian bernapaslah dengan ringan sampai muncul desakan berikut atau sampai kontraksi mereda. Ibu hamil mungkin akan mengejan tiga sampai lima kali per kontraksi, dengan setiap pengejanan berlangsung selama lima sampai tujuh detik. Manfaatkan kesempatan untuk beristirahat dan rileks di antara waktu kontraksi.

Jenis pengejanan ini disebut "dorongan spontan" (berarti bahwa Ibu hamil bereaksi secara spontan terhadap desakan untuk mengejan). Jenis ini direkomendasikan jika persalinan berjalan dengan normal dan calon ibu tidak dibius. Pendorongan spontan tidak mungkin dilakukan jika dilakukan pembiusan, karena bius menghilangkan sensasi mengejan dan kemampuan Ibu hamil untuk mendorong dengan efektif. Jika Ibu hamil mendapat pembiusan, asisten atau perawat yang mendampingi Ibu hamil akan memberi tahu kapan dan bagaimana Ibu hamil harus mengejan. Ini disebut "mendorong terpimpin".

Saat berlatih teknik mendorong untuk kala dua, Ibu hamil tidak perlu mendorong kuat-kuat, cukup sampai merasakan bahwa dasar panggul ibu hamil mengembung. Untuk dapat lebih epektif, bayangkan apa yang terjadi jika Ibu hamil mengejan pada persalinan yang sebenarnya. Bayangkan bayi turun dan berputar untuk mengingatkan diri Ibu hamil akan pentingnya relaksasi dan mengembungkan dasar panggul.

 

sumber photo : segiempat.com

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ikuti tulisan menarik Pevi Revina lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

2 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

2 hari lalu