x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Tetap Produktif bukan Berarti Sibuk Terus

Ada beragam cara untuk tetap produktif sembari menikmati hidup.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

“Focus on being productive instead of busy.”

--Tim Ferris

 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dunia semakin sibuk. Semakin maju teknologi, kita semakin dibuat asyik memakainya: telepon cerdas, koneksi internet supercepat, media sosial yang ingar-bingar. Banyak hal di era serba digital ini begitu menggoda perhatian sehingga membuat kita berpaling dan beralih perhatian. Tetap fokus tidaklah mudah, apa lagi tetap produktif. Namun, tidak mudah bukan berarti tidak bisa—senantiasa ada cara dan kiat.

Beragam kiat untuk tetap produktif mungkin sudah kita dengar. Meski begitu, saran yang dihimpun Ron Friedman dari beberapa penulis tentang sains dan produktivitas ini rasanya agak berbeda. Baru-baru ini, Friedman menggelar online conference mengenai kesehatan, kebahagiaan, dan produktivitas. Terdapat banyak sudut pandang mengenai bagaimana cara agar kita tetap produktif di tengah dunia yang semakin bising ini. Berikut ini empat saran dari para penulis itu.

Pertama, milikilah waktumu sendiri. Jika kita masih ingat, pekerjaan paling memuaskan biasanya berawal dari inisiatif kita sendiri. Kita bisa merasakan momen klik, ketika pekerjaan sudah tuntas. Soalnya ialah selama ini kita mungkin lebih banyak menghabiskan sebagian besar waktu untuk memenuhi permintaan orang lain: atasan, teman sekerja, klien yang banyak menuntut, misalnya. Tom Rath, penulis buku Are You Fully Charged?, memberi rekomendasi seperti ini: batasi waktumu dari kegiatan membaca dan menulis email, status di media sosial, menerima telepon tidak penting, dan sejenisnya. Gunakan lebih banyak waktu untuk apa yang kamu anggap paling penting.

Kedua, akuilah bahwa kesibukan merupakan bukti ketiadaan fokus. Selama ini kita sibuk melakukan berbagai kegiatan. Kita pun merasa diperlukan, tertantang (untuk mengatasi persoalan tertentu), dan bahkan merasa produktif. Tapi, cobalah perhatikan barang sejenak, akan terlihat bahwa kesibukan yang beraneka itu menjauhkan kita dari fokus. Beragam kesibukan itu mencegah kita dari membuat kemajuan untuk pekerjaan yang paling penting.

“Kesibukan bukanlah pertanda kecerdasan, signifikan, atau keberhasilan,” kata Christine Carter, sosiologi di Greater Good Science Center, University of California at Berkeley. “Kesibukan lebih menyerupai pertanda komformitas atau ketidakberdayaan atau ketakutan.” Para peraih prestasi puncak menafsirkan kesibukan sebagai indikasi banyaknya energi yang terbuang.

Ketiga, tantanglah mitos ‘pekerja ideal’. Banyak orang percaya bahwa ‘pekerja ideal’ adalah orang yang terus-menerus bekerja—bekerja keras dan bekerja lama. Brigid Schulte, penulis buku laris Overwhelmed, mengatakan bahwa untuk jadi produktif kita perlu pengakuan bahwa kita tak bisa bekerja untuk periode waktu lama dan tetap memiliki kinerja tinggi.

Sebagai manusia, kata Schulte, kita punya kapasitas terbatas untuk menaruh perhatian kepada suatu hal secara terfokus. Peraih prestasi puncak bukan bekerja lebih keras dan lebih lama, melainkan mengakui dan menghargai batas-batas fisik mereka dengan cukup berolahraga dan tidur. Untuk meraih prestasi puncak, mereka menggunakan pendekatan berbeda.

Keempat, meninggalkan tugas penting yang belum selesai. Saran ini mungkin terdengar aneh. Biasanya, kita berpacu untuk secepat mungkin menyelesaikan tugas, sehingga kita bisa beralih ke tugas berikutnya. Namun, Adam Grant, psikolog dan guru besar di Sekolah Bisnis Wharton, percaya bahwa melawan kecenderungan ini akan membuat kita lebih produktif.

“Dulu saya duduk menulis dan enggan bangkit sebelum selesai menulis satu bab atau satu argumen,” ujar Grant. “Kini, saya membiarkan kalimat yang saya tulis tetap menggantung dan melakukan pekerjaan lain dulu. Apa yang saya dapati kemudian ketika saya kembali ialah kenyataan bahwa saya tidak perlu melakukan banyak hal untuk menyelesaikan kalimat atau bab tertentu. Saya duduk kembali dengan sekeranjang ide baru untuk menulis.”

Manakala kita menginginkan ide terobosan, mengambil jeda merupakan langkah yang kerap mujarab. Ambil jarak dari persoalan, lalu menikmati kopi lebih dulu atau berjalan kaki di halaman, dan kemudian kembali duduk di tempat kerja. Membantu orang lain menyelesaikan pekerjaan tertentu seringkali juga mampu memunculkan ide-ide baru untuk pekerjaan kita sendiri. Jadi, banyak ragam cara yang lebih cerdik agar kita tetap produktif selain dengan bekerja keras dan bekerja lebih lama. (sumber ilustrasi: lifehack.org) ***

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

2 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

2 hari lalu