x

Iklan

Ipul Gassing

Pemilik blog daenggassing.com yang senang menulis apa saja. Penikmat pantai yang hobi memotret dan rajin menggambar
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

24 Jam di Makassar

Bagaimana menghabiskan waktu yang hanya 24 jam di kota Makassar?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Ada yang belum pernah ke Makassar? Mungkin masih banyak yang belum pernah menginjakkan kaki di kota Anging Mammiri ini. Tapi kalau mendengar nama kota Makassar maka mungkin hampir semua orang sudah pernah mendengarnya.

Ibu kota provinsi Sulawesi Selatan ini sudah dikenal sebagai salah satu kota paling maju di timur Indonesia. Selain terkenal dengan kemajuannya, Makassar juga terkenal dengan berbagai tujuan wisatanya. Baik wisata alam, wisata sejarah, wisata kuliner ataupun wisata belanja.

Nah, bagaimana kalau misalnya suatu hari Anda punya kesempatan untuk mengunjungi kota Makassar tapi hanya punya waktu 24 Jam? Apa yang bisa Anda lakukan di kota ini dalam waktu yang tidak terlalu panjang itu?

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Baiklah, saya punya tips buat Anda yang kebetulan terdampar di kota Makassar dengan waktu yang hanya 24 jam. Semua tempat yang akan saya ceritakan dalam kisah ini berada tidak jauh dari garis pantai, jadi asumsinya Anda menginap di sekitaran Pantai Losari, minimal bisa menjangkaunya dengan berjalan kaki atau menumpang ojek dengan biaya tidak lebih dari Rp. 10.000,-

Kita mulai ya.

Pertama-tama.

Anda bisa memulai hari dengan berjalan kaki menyusuri pantai Losari, menikmati pagi hari yang cerah dengan desiran sepoi-sepoi angin laut dan hamparan biru sejauh mata memandang. Pantai Losari sangat nyaman dinikmati di pagi hari ketika keramaian belum terlalu menyesakkan. Anda juga bisa menikmati beragam kuliner sarapan pagi yang banyak bertebaran di sepanjang pantai Losari.

Kalau mau bersusah payah sedikit Anda bisa berjalan terus ke arah Utara sampai ke Jl. Riburane. Carilah warung Nasi Kuning Riburane yang sudah melegenda. Nasi kuning memang bukan khas Makassar, tapi warung yang satu itu sudah terlanjur akrab dengan kota Makassar. Siapkan minimal Rp. 25.000,- untuk seporsi nasi kuning a la Makassar.

Ketika matahari semakin tinggi.

Oke, sarapan sudah. Sekarang perut sudah terisi penuh, siap untuk petualangan berikutnya. Nah, ke Makassar tanpa mencicipi air lautnya rasanya agak kurang pas. Karenanya tujuan selanjutnya yang saya sarankan adalah laut! Bagaimana kalau kita ke pulau Samalona?

Pulau ini terletak sekira 30 menit perjalanan dengan perahu bermotor dari pelabuhan di depan Fort Rotterdam atau di Kayu Bangkoa tak jauh dari Pantai Losari. Sayangnya, tidak ada pelayaran regular ke pulau itu. Jadi Anda harus menyewa perahu senilai Rp. 400.000,- pergi-pulang. Memang berat kalau ditanggung sendirian, cobalah mencari teman jalan yang mungkin sama-sama punya keinginan yang sama ke pulau Samalona.

Meski agak mahal, percayalah kalau pulau Samalona memang menjanjikan buat mereka yang senang pasir, pantai dan angin laut.

Tips: pulanglah sebelum sore karena ombak biasanya agak tinggi selepas jam 1 siang. Daripada beresiko lebih baik buru-buru kembali ke daratan.

Waktu Makan Siang.

Setelah menikmati air laut di pulau Samalona sekarang waktunya kita mengisi perut. Mudah-mudahan Anda bukan vegetarian dan bukan pembenci sajian makanan laut. Karena kalau seperti itu maka Anda datang ke kota yang salah. Makassar terkenal dengan makanan serba dagingnya plus sajian hasil laut yang melimpah. Jadi mari memilih satu di antara dua jenis makanan itu yang akan jadi pelampiasan makan siang Anda.

Ada dua jenis makanan yang bisa dipilih untuk makan siang tak jauh dari garis pantai. Pertama, konro. Anda bisa menikmati Konro Karebosi yang warungnya terletak sekira 1 km dari arah utara garis pantai, tepatnya di Jl. Gunung Lompobattang.

Atau Anda mau menikmati coto? Boleh juga. Silakan ke Jl. Ranggong Daeng Romo yang juga tak jauh dari tepi pantai. Ada Coto Ranggong yang juga terkenal dan sudah jadi legenda di kota ini. Kedua tempat itu bisa dijangkau dengan jalan kaki, naik ojek atau menumpang taksi.

Menjelang Sore dan Menanti Sunset.

Setelah hampir setengah harian menikmati kota Makassar, mungkin ini saatnya Anda beristirahat sejenak. Badan pasti sudah capek dan perut sudah kenyang. Kita akan kembali menikmati kota Makassar di sore hari.

Kalau sudah sore Anda bisa mengunjungi Fort Rotterdam, benteng tua peninggalan masa kolonial yang berdiri tegak tak jauh dari bibir pantai. Di sana Anda bisa masuk ke museum yang menyajikan sejarah singkat kota Makassar dan kerajaan Gowa serta budayanya. Tetaplah di sana menikmati suasana benteng yang teduh dan kadang ramai oleh warga di sore hari.

Menjelang matahari terbenam naiklah ke dinding benteng yang menghadap langsung ke arah Barat. Di sana Anda bisa menikmati matahari yang beranjak pulang sampai benteng benar-benar ditutup untuk umum.

Menghabiskan Malam.

Setelah matahari terbenam, mungkin ini saat yang tepat untuk membeli buah tangan buat teman dan kerabat di kota asal. Dari arah Fort Rotterdam Anda boleh beranjak ke Jln. Somba Opu yang tak jauh dari Fort Rotterdam. Di sepanjang jalan ini Anda bisa menemukan banyak sekali toko yang khusus menjual ole-ole khas Makassar dan Sulawesi Selatan. Silakan berbelanja semampunya.

Selesai belanja di Jl. Somba Opu sekarang saya mau mengajak Anda terus ke Selatan, menuju anjungan Pantai Losari. Mudah-mudahan Anda belum lapar, jadi untuk sementara cukuplah mengganjal perut dengan sepiring pisang epe, sajian khas yang sangat mudah ditemui di Pantai Losari. Mungkin anjungan Pantai Losari akan sedikit ramai di malam hari, jadi carilah spot yang pas dan nyaman untuk menikmati sepiring pisang epe.

Setelah sepiring pisang epe tandas, Anda bisa tetap berjalan menyusuri Pantai Losari melihat dan merasakan denyut kota yang masih menggelora di malam hari. Jangan lupa untuk mengambil gambar, sebagai kenang-kenangan tentu saja.

Kalau sudah capek menyisir Pantai Losari dan perut mulai lapar maka itu tandanya Anda sudah berus bergeser ke Jl. Datu Museng untuk menikmati olahan laut khas kota Makassar. Ada banyak warung olahan laut di jalan itu, tapi saya menyarankan warung makan Lae-Lae. Warung makan itu salah satu yang terkenal dan tentunya lumayan terjangkau. Silakan memilih menu apa saja di sana dan rasakan nikmatnya olahan laut kota Makassar.

Dan, itulah akhir perjalanan kita di kota Makassar dalam kurang dari 24 jam. Selepas makan Anda bisa kembali ke penginapan dengan hati riang, perut kenyang dan mungkin dompet yang sedikit meriang. Beristirahatlah karena besok pagi Anda harus meninggalkan kota Makassar, tentu dengan harapan Anda bisa kembali lagi ke kota ini karena 24 jam tidak cukup untuk menikmati kota Makassar dan sekitarnya.

Jadi, jangan hanya berhenti di 24 jam! Kembalilah ke Makassar kapan saja. [dG

Ikuti tulisan menarik Ipul Gassing lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

2 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

2 hari lalu