Mengenalkan Anak pada Teater

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
img-content
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Catatan Kecil Saat Nonton Pementasan Caligula dari Laskar Panggung Bandung

Hari Sabtu, tanggal 23 Januari 2016, kami mengajak anak-anak nonton teater. Ini benar-benar karena kerinduan saya pada teater. Tiga tahun terakhir, nyaris saya tak pernah bersentuhan dengan teater. Jangankan main, menonton saja hampir tidak pernah. Padahal hampir semua orang yang pernah bermain teater, saya yakin, dalam hati kecilnya (dari lubuk hatinya yang paling dalam) ada keinginan untuk bermain lagi.

Seorang aktor akan sangat merindukan berdiri di atas panggung, memainkan karakter yang lian, karakter yang mungkin bertolak belakang dengan dirinya, disorot lampu panggung, lalu mendengar tepuk tangan penonton saat lampu pertunjukan padam. Saya meyakini, semua aktor akan merindukan proses panjang menuju pementasan.

Lalu Sabtu itu, Iqbal, anak sulung kami yang masih berusia 5 tahun, bertanya, apa itu teater, kenapa teater harus ditonton. Saya teringat, Iqbal mampu bertahan saat diajak nonton di bioskop. Maka saya katakan kepadanya, bahwa nonton teater tidak ubahnya seperti nonton di bioskop.

Bedanya, di bioskop, kita menonton gambar yang ditembakkan dari belakang tempat duduk penonton (dulu, sepulang dari menonton bioskop, dia sempat bertanya tentang cahaya yang menyoroti layar, yang muncul dari belakang tempat duduk kami). Sedangkan teater, kita tidak menonton gambar, tapi menonton orang-orang yang sedang berperan. Mungkin ada yang berperan jadi Raja, Ratu, pengawal, rakyat, dlsb. Iqbal mungkin tak paham semua yang saya ucapkan, tapi dia tak bertanya lagi.

Sabtu itu, kami sampai ke Gedung Kesenian Tasikmalaya lebih awal. Iqbal saya ajak masuk, melihat bagaimana tim produksi dan para aktor sedang bersiap. Iqbal bertanya tentang apa yang ada di panggung. Lalu kenapa acara nonton belum dimulai. Saya menjelaskan bagaimana teater dipersiapkan.

Bahwa mementaskan teater, selain memerlukan latihan untuk menghapal apa yang nanti akan dibicarakan di atas panggung, juga harus memakai kostum dan make-up, menyiapkan lampu dan artistik. Saya ceritakan semua yang harus dilakukan sebelum penonton datang.

"Boleh tidak naik panggung?" katanya tiba-tiba.

Dan akhirnya, Iqbal naik ke atas panggung, setelah sebelumnya saya katakan, hanya sebentar dan tak boleh mengubah apa pun yang ada di atas panggung.

Sabtu itu, kami akhirnya menonton lagi teater. Saya lalu teringat, saat Iqbal berusia 4 bulan dalam kandungan, dia telah saya ajak bermain teater.

Bagikan Artikel Ini
img-content
Wida Waridah

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

img-content

Mengenalkan Anak pada Teater

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Baca Juga











Artikel Terpopuler











Terpopuler di Peristiwa

img-content
img-content
img-content
img-content
Lihat semua