100 Tahun Lalu Hewan itu Punah, dan Kini Ia Kembali

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
img-content
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Sebuah proyek menghidupkan kembali hewan yang punah 100 tahun lalu berjalan relatif sukses. Apa yang akan terjadi kelak?

 

Ketika sebuah spesies lenyap dari muka bumi, secara normal tidak ada jalan untuk mendapatkan kembali spesies tersebut. Spesies itu tinggal sejarah, sebagaimana dinosaurus yang digambarkan dalam film-film.

Itu pula kenyataan yang dialami oleh Quagga, sejenis hewan yang hingga 100 tahun yang silam masih dijumpai di Afrika. Namun situasinya bisa jadi berubah, karena Quagga yang sudah lenyap itu bukanlah spesies zebra tersendiri, melainkan salah satu dari subspesies dari Plain Zebra yang hingga kini masih hidup.

Fakta bahwa Quagga adalah subspesies Zebra itu itu menciptakan perbedaan besar. Kepunahan Quagga boleh jadi tak akan berlangsung selamanya. Inilah yang mengilhami Profesor Eric Harley, biolog yang begitu antusias memimpin tim sebuah proyek untuk ‘menghidupkan kembali’ Quagga.

Harley dan timnya tidak memakai metode ala Jurassic Park, novel karya Michael Crichton yang difilmkan oleh Steven Spielberg. Dalam karya fiksi ini, hewan dinosaurus yang sudah punah dihidupkan lagi dari DNA-nya yang ada pada nyamuk, dan nyamuk ini terjebak dalam resin pohon yang sudah jadi fosil. Untuk melengkapi susunan DNA dinosaurus ini, ilmuwan yang menghidupkan lagi hewan purba tersebut menyambungnya dengan DNA reptil.

Harley juga tidak memakai metode kloning, sebab kloning hanya bisa dilakukan dengan mengandalkan sel hidup. Seekor domba baru dapat diciptakan dari sel milik domba yang masih hidup. Karena hasil kloning, kedua domba ini memiliki kesamaan genetis.

Lantas metode apa yang dipakai Harley dan timnya? Untuk menjawab pertanyaan ini, mereka mempelajari dulu silsilah Quagga. Hewan ini serupa Zebra dengan garis-garis pada kepala, leher, dan bagian depan tubuhnya, sedangkan bagian belakang tubuh berwarna polos tanpa garis-garis. Hewan ini dilaporkan punah oleh pemburu Eropa yang bermukim di Afrika Selatan. Pada tahun 1883, satu-satunya Quagga yang tersisa ditemukan mati.

Seperti dikatakan oleh Harley, kuncinya terletak pada gen hewan ini. Analisis DNA menunjukkan bahwa bukan spesies yang terpisah dari Zebra, tapi merupakan subspesies Plains Zebra atau Equus Quagga. Dengan memakai teknik pembiakan selektif dari populasi terpilih Plains Zebra dilakukan upaya untuk mengambil sekurang-kurangnya gen yang bertanggung jawab teradap pola garis-garis pada Quagga. Harley berhipotesis bahwa gen-gen yang mencirikan Quagga masih ada di tubuh Zebra dan dapat muncul melalui pembiakan selektif.

Persiskah Quagga ‘ciptaan’ Harley dengan Quagga yang sudah punah?

Sebagian orang yang bersikap kritis terhadap Proyek Quagga menyebutkan beberapa masalah yang mungkin timbul, seperti perilaku hewan rekayasa ini tidak akan persis sama seperti Quagga asli. Ekosistem sudah banyak berubah sepanjang 100 tahun yang sudah lewat. Mungkin saja, penampakannya akan menyerupai Quagga. Tapi, kata para pengritik, menghadirkan kembali Quagga sebagaimana aslinya sungguh mustahil.

Apapun hal, dengan tetap memperhatikan kritik itu, proyek ini akan jalan terus. Sudah dihasilkan enam ekor Quagga, dan bila jumlahnya sudah mencapai 50 ekor, hewan-hewan ini akan diberi tempat khusus dalam satu cagar alam. Menarik bahwa ilmuwan yang terlibat dalam proyek ini siap dengan kemungkinan tidak mendapatkan Quagga seperti aslinya. Namun setidaknya, kata mereka, “Kami mendapatkan hewan yang tampilannya seperti Quagga.”

Melalui pembiakan selektif berulang, menurut Harley, sudah dilewati 4-5 generasi Quagga baru. Dengan melihat semakin berkurangnya garis-garis zebra dan bagian belakang tubuh yang semakin polos cokelat, Harley optimistis bahwa gagasan mereka berada di jalur yang benar.

Jika upaya Harley dan timnya benar-benar berhasil, apakah ilmuwan akan tergoda untuk mencobanya pada hewan spesies lainnya? Apakah akan lahir kembali dunia lama yang diisi makhluk-makhluk yang saat ini kita kenal hanya melalui sejarah ilmu pengetahuan? Akan lahirkah Jurassic Park yang nyata, bukan sekedar dalam novel dan film? ***

(foto: dua ekor quagga baru, sumber: quaggaproject.org)

Bagikan Artikel Ini
img-content
dian basuki

Penulis Indonesiana

1 Pengikut

img-content

Bila Jatuh, Melentinglah

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Baca Juga











Artikel Terpopuler