x

Iklan

Istiqomatul Hayati

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Peluang Ahok dan Ambisi Menghijaukan Kesumpekan Jakarta

Ahok sudah memenangi lomba triathlon meninggalkan para petarungnya yang belum beranjak dari start.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Pernyataan Wali Kota Bandung Ridwan ‘Emil’ Kamil untuk undur dari hiruk pikuk bursa pencalonan Gubernur DKI Jakarta, makin melenggangkan jalan Basuki Tjahaja ‘Ahok’ Purnama. ‘Calon-calon’ lawan yang sudah gebuk dada bakal bisa menumbangkan Ahok tahun depan, bisa dibilang gak kelasnya. Tapi ini analisa saya yang bodor.

Saya gak berani hakul yakin Ahok bakal menjadi gubernur lagi. Kan, yang bersifat mutlak hanya Tuhan yang punya. Tapi saya sedikit yakinlah. Kenapa? Karena saya, yang sehari-hari menumpang hidup di Jakarta, cari makan di Jakarta, tapi tercatat sebagai penduduk Jawa Barat, bisa merasakan fasilitas tanpa bayar dan persis sama yang diterima warga Jekardah. Hanya Kartu Jakarta Sehat dan Jakarta Pintar yang saya gak bisa menikmatinya.

Minggu lalu, saya menikmati salah satu fasilitas yang difungsikan secara normal dan sehat pada era Ahok. Bersama tiga teman perempuan yang kerap mendambakan piknik di taman kota buat foto-foto cantik, kami benar-benar menghirup udara segar dan sehat di Jakarta. Iya, J A K A R T A, yang disebut salah satu kota besar berpolusi parah.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Tujuan kami kali ini ke Taman Cattleya atau dulu disebut Taman Tomang. Taman ini merupakan satu dari sekian taman yg bersalin rupa menjadi indah di Jakarta. Menempati lahan seluas 3 hektare, Taman Cattleya kini bisa disebut satu dari sekian bukti keberhasilan Ahok sebagai Gubernur DKI Jakarta.

Dulu, Taman Cattleya kumuh dan kerap menjadi ajang mesum para ABG yg ingin belajar praktik seks. Kini, bisa dilihat taman ini berubah indah, bersih, nyaman dan menjadi salah satu ruang terbuka hijau di Jakarta. Anda bisa piknik di sini, gelar tiker, foto-foto, tapi tetap berperilaku sehat dan benar. Buang sampah di patung-patung kodok, tidak menginjak bunga-bunga yang tersebar menawan. Jika Anda doyan selfie, dipersilakan di sepanjang trek jogging.

Bagaimana ke Taman Cattleya? Sedikit diperlukan mata jeli lantaran taman ini nyelip di antara hutan beton Jakarta. Jika dari Palmerah, tinggal jalan lurus ke Slipi belok kiri sekitar 100 meter, nanti terlihat tulisan Taman Cattleya. Kalau kurang jeli, Anda bisa keblasuk memang karena taman ini dikelilingi tembok dan pagar yang membatasi dengan Jalan Tomang yang padat merayap.

Begitu masuk taman, raut jengkel dan lelah karena macet langsung memudar berganti senyum segar melihat Nicholas Saputra. Segar, muda, indah. Hamparan taman yang indah kontras dengan jalanan macet yang hanya disekat pagar.

Itu baru Taman Cattleya, belum bercerita tentang Taman Waduk Pluit. Kita tinggal menunggu kawasan Senayan bakal disulap menjadi taman serupa yang bisa dipakai ibu-ibu muda kongko berhaha-hihi melirik pemuda ganteng ala Christian Sugiono. Atau, mari membayangkan tak lama lagi bakal melihat kemewahan udara segar di Kalijodo setelah sebelumnya melihat bapak-bapak preman sedang sibuk menghitung upeti dari bisnis pelacuran di sana.

Itulah kenapa saya sedikit yakin jalan Ahok akan mulus setelah Emil pilih membangun Bandung dan kemudian Jawa Barat ketimbang ikut hiruk pikuk menjadi Jakarta Satu seperti halnya Adhyaksa Dault, Yusril Ihza Mahendra, dan kabarnya Fadli Zon. Kalau saya boleh mengibaratkan Ahok dengan para petarungnya itu, Pak Basuki ini juara lomba triathlon.

Dia sudah kelar memenangi lari marathon 10 ribu kilometer, lawannya belum juga muncul, maka Ahok menambah dengan berenang ke Pulau Tidung, lalu bersepeda mengelilingi pulau cinta itu. Sedangkan lawannya, belum juga bergerak dari garis start, masih bingung mau menentukan langkah.

 

Ikuti tulisan menarik Istiqomatul Hayati lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler