x

Iklan

Choirul Huda

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

(Esai Foto) Menikmati Ketenangan di Danau Linow

Pernyataan sama diungkapkan Ani melalui instagram-nya, "Nikmat (Tuhan kamu manakah) yang kamu dustakan."

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Gemuruh ombak di pantai Kuta

Sejuk lembut angin, di bukit Kintamani

Gadis-gadis kecil menjajakan cincin

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Tak mampu mengusir kau yang manis

Bila saja kau ada di sampingku

Sama-sama arungi danau biru

Bila malam enggan terpejam

Berbincang tentang bulan merah...

SEPENGGAL lirik "Nyanyian Rindu" dari Ebiet G. Ade mengalun sore itu. Lagu yang populer dari album Camelia IV itu, sungguh masih sedap didengar meski lewat 36 tahun silam. Pun ketika saya berada pada lokasi yang jauh dari Bali. Tepatnya, di Tomohon, Sulawesi Utara, 3 Februari lalu saat bergabung dengan rekan blogger dan media dalam rombongan Indosat Ooredoo.

* * *

Perjalanan kami yang berjumlah lebih dari 30 orang dimulai seusai menghadiri perkenalan aplikasi Dompetku Nusantara dari salah satu operator terbesar di negeri ini. Dari Pelabuhan Bitung, kami menggunakan bus menuju Tomohon yang menurut aplikasi Google Maps di telepon seluler (ponsel) saya berjarak sekitar 85 km. Sepanjang jalan, terhampar berbagai pemandangan indah. Salah satunya, Monumen Yesus Memberkati yang berdiri gagah.

* * *

Setelah dua jam perjalanan, akhirnya kami sampai sore itu. Menurut portal Indonesia.go.id, Danau Linow memiliki luas sekitar 34 Ha. Lokasinya berada di kelurahan Lahendong, Kota Tomohon. Oh ya, danau ini memiliki kadar belerang yang tinggi. Jadi, pengunjung yang datang harus berhati-hati karena ada beberapa kubangan lumpur dengan panas mendidih yang berada di tepi danau.

* * *

Menurut rekan blogger Ophi Ziadah dalam artikelnya berjudul "Eksotisme Tiga Warna Danau Linow Tomohon," airnya kerap berubah jadi tiga warna. Itu mengapa Danau Linow jadi salah satu destinasi unggulan Sulawesi Utara selain Taman Laut Bunaken, Danau Tondano, dan kota Manado.

* * *

Saya, Ani Berta, Indra Hutapea, dan Aditya yang merupakan perwakilan blogger bersama rekan redaktur ekonomi dan gadget seluruh Indonesia, sangat takjub dengan keindahan Danau Linow. Kebetulan, kami tiba ketika hari masih cerah. Saya melirik arloji di tangan kiri baru menunjuk angka lima lewat 35 menit Waktu Indonesia Tengah (Wita).

* * *

 

* * *

Di era sekarang, kurang afdol jika tidak langsung mengabadikan pemandangan indah ini. Saat keluar dari bus, kami pun berpencar mencari spot menarik sebagai dokumentasi yang akan dibanggakan untuk cerita kelak bersama anak dan cucu.

* * *

Termasuk saya yang tak mau ketinggalan. Berbekal kamera ponsel, saya pun menjelajah di berbagai sudut danau Linow. Tidak ketinggalan, mencari informasi kepada beberapa petugas yang memang warga setempat.

 

* * *

"Yang pake baju merah, jangan sampe lolos."

* * *

"Tempat ini sangat strategis. Banyak seleb (maksudnya- selebritis), anggota dewan (pejabat DPRD dan DPR) yang singgah di sini," kata salah satu pramusaji di kafe itu kepada saya. "Bahkan, kita sering menyaksikan pemuda 'menembak' di sini. Ada yang wajahnya muram, dan tak lama langsung pulang walau sudah pesan tempat. Tapi banyak juga yang cintanya berhasil."

* * *

 

* * *

Ligia yang merupakan pemandu wisata kami selama tiga hari di Sulawesi Utara, mengatakan, "Kafe ini letaknya strategis. Jadi dari sini bisa memandang ke berbagai arah di danau Linow. Tuh, lihat saja airnya di bibir danau dengan di tengah dan ujung danau berbeda."

* * *

Setelah mendengarkan penjelasan dari mantan Nona Manado itu, kami pun asyik untuk mengabadikan suasana di sekitar danau Linow. Ada yang memotret, rekam video, hingga mengunggahnya di media sosial.

* * *

Untuk menunjang aktivitas itu, tak lupa kami juga ditemani berbagai cemilan. Sejuknya udara di danau Linow membuat saya tak kuasa untuk menerima sodoran kopi dari pramusaji yang sekilas wajahnya mengingatkan saya pada pameran Lala dalam sinetron Bidadari II.

* * *

 

* * *

Menjelang malam, memandang setiap sudut danau Linow sungguh membuat kami terhipnotis dan enggan beranjak. Dari kejauhan terdengar suara burung Blibis yang menurut Ligia, oleh warga setempat diberi nama "Sayok" dan "Komo".

* * *

 

* * *

Suatu senja yang sangat berkesan. Ketenangan di danau Linow membuat saya sejenak melupakan kepenatan sehari-hari. Itu mengapa Ophi melukiskan dalam artikelnya, "Kangen, pengen balik lagi." Pernyataan sama diungkapkan Ani melalui instagram-nya, "Nikmat (Tuhan kamu manakah) yang kamu dustakan."

* * *

 

* * *

Dari arah timur, dewi rembulan sudah menampakkan wajahnya. Pada saat yang sama, sang surya sudah jauh meninggalkan kami menuju barat. Itu berarti, saya dan rombongan sudah harus bersiap untuk kembali ke penginapan. Belasan pramusaji sibuk membereskan kursi, meja, piring, dan peralatan masak. Pun begitu dengan beberapa pasangan serta keluarga yang beranjak ke arah gerbang. Sayup-sayup suara Ebiet terdengar merdu.

Coba engkau dengar lagu ini

Aku yang tertidur dan tengah bermimpi

Langit-langit kamar jadi penuh gambar

Wajahmu yang bening, sejuk, segar

Kapan lagi, kita akan bertemu

Meski hanya sekilas, kau tersenyum

Kapan lagi, kita nyanyi bersama

Tatapanmu, membasuh luka..."

* * * * * *

* * * * * *

* * * * * *

* * *

* * *

Jakarta, 4 Maret 2016

Ikuti tulisan menarik Choirul Huda lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

2 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

2 hari lalu