x

Stand Up Comedy. TEMPO/Wisnu Agung Prasetyo

Iklan

Gusrowi AHN

Coach & Capacity Building Specialist
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Kreativitasmu Menentukan Nasibmu

Tak selamanya kreativitas yang kita tunjukkan akan berbuah kebaikan bersama. Bahkan, tak jarang ia justru dianggap sebagai 'ancaman' dibanding 'peluang'.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

“Dont try hard to be funny!”, demikian kalimat yang dilontarkan juri sebuah kontes stand up comedy di sebuah televisi swasta. Kalimat tersebut biasanya muncul ketika seorang “Komika” (sebutan untuk seorang “stand up comedian”), dianggap terlalu memaksakan diri dalam materi komedinya, namun nyatanya gagal menghadirkan gelak tawa dan kelucuan. Si Juri lebih menyarankan agar Komika fokus pada delivery materi komedinya sebaik mungkin, dan tidak terbebani dengan dampak dari materi komedinya, apakah akan menghadirkan tawa atau tidak.

Tentunya, apa yang dinyatakan oleh Juri sangatlah subyektif sifatnya. Namanya juga Juri,  tugasnya ya ‘menilai’ dan ‘menghakimi’.  Si komika bisa saja tidak setuju dengan penilaian si Juri. Apakah ia memang benar-benar ‘try hard’ menjadi lucu, atau sebenarnya tampil apa adanya dan biasa-biasa saja.

Bagaimana dengan sebuah kreativitas. Pernahkah kita mendengar kalimat sejenis, misalnya: “Dont try hard to be creative!”.  Walaupun tidak persis bahasanya, saya kira kita pernah menemukannya. Misalnya di dalam pekerjaan kita sehari-hari. Kita mungkin pernah mengalami situasi dimana ‘kreativitas’  yang kita miliki dan tunjukkan, ternyata justru menempatkan kita dalam keadaan yang tidak “nyaman”.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Menjadi kreatif ternyata harus tetap menghitung dan memetakan siapa orang yang akan kita pengaruhi untuk bisa mendukung ide dan kreativitas kita. Apakah orang tersebut ‘terbuka’ dan ‘terbiasa’ dengan ide-ide kreatif, “out of the box” atau tidak? Jika iya jawabnya, tentunya kita tidak perlu khawatir dan takut sedikitpun untuk mengeluarkan ide-ide kreatif dan liar kita.  Meskipun, ide kreatif kita tidak selalu diterima dan didukung, setidaknya ‘ruang’ bagi kita untuk berkreativitas selalu tersedia dan didukung penuh keberadaannya.

Namun, jika jawabnya “tidak”. Tentunya kita mungkin tidak perlu berusaha keras untuk menjadi ‘kreatif’. Apalagi, di lingkungan yang justru tidak ‘sehat’ untuk menjadi ‘kreatif’.  Tidak semua orang memandang dan menanggapi ‘positif’ sebuah kreativitas. Apalagi, jika yangkita munculkan justru dianggap ‘mengganggu’ atau bahkan ‘merusak’ tatanan yang sudah mapan, dan selama ini telah berjalan dengan baik. Menjadi kreatif di dalam lingkungan yang ‘pro kemapanan’ seperti ini hanya akan membuat kita banyak ‘makan hati’. Karena sebuah kreativitas lebih sering dimaknai sebagai ‘ancaman’ dibanding sebagai ‘peluang’ pengembangan.

Namun, jika menjadi kreatif adalah jati diri kita, maka apapun hambatan dan kendalanya, kita tetap harus terus melakukannya. Respon yang beragam terhadap kreativitas yang kita miliki dan tunjukkan adalah ujian atas konsistensi diri kita untuk terus menjadi kreatif. Tanpa kreativitas, “kita tidak akan kemana-mana”, di saat yang lain “sudah kemana-mana”.

Di situlah, kreativitas kita akan menentukan arah, jangkauan, capaian dan nasib kita. Jadi, “teruslah kreatif!”. #gusrowi.     

Ikuti tulisan menarik Gusrowi AHN lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

9 jam lalu

Terpopuler