Jika rambut mampu bicara,
dengarlah bicaranya
'aku melihatmu dari atas, mengapa kau selalu berdosa?'
Jika otak mampu bicara,
dengarlah perkataannya,
'Hey, aku bosan diisi perkataan busuk selalu'
Jika mata mampu bicara,
tak juga kau dengar ia berteriak,
'hentikan! Kau hanya mengotori aku dengan nafsumu'
Jika hidung mampu bicara,
tak juga kamu resapi
'nafas yang aku tarik seharusnya membuat kamu indah'
Jika tangan mampu bicara,
ia akan menohokmu dengan
'Mana? Tak kulihat karya indah motivatifmu untuk orang lain'
Jika kaki mampu bicara,
ia akan mengatakan
'mengapa kamu tidak berhenti ketika telinga mendengar doa?'
Jika mereka semua mampu berbicara,
apa kita sanggup mendengarnya
meresapinya
atau hanya membiarkan jadi angin lalu
Ikuti tulisan menarik Oky Handoko lainnya di sini.