x

Guru Anastasiya Trifonova, bersama dengan siswinya menggunakan masker saat pelajaran matematika di sekolah Yuri Gagarin di Divnogorsk, Siberia, Rusia, 4 Februaryi 2016. Pemerintah telah mengintruksikan warganya untuk menggunakan masker saat beraktivi

Iklan

Solihin Agyl

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Matematika Tidak Bermanfaat?

Bagaimana menghayati kebermanfaatan matematika

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Seorang kawan suatu saat bertanya dalam sebuah diskusi hangat di warung kopi: “Apa sih fungsinya matematika dalam hidup manusia?”. “Memang sih...” lanjutnya: “...bila anakku memiliki 2 buku tulis kemudian istriku membelikannya 2 buku lagi, maka kini bukunya ada 4 buah.”

“Dan…” ia meneruskan penjelasannya: “...bila istriku memiliki 3 kompor tapi lalu 2 di antaranya diambil pencuri  maka kini ia hanya memiliki 1 buah kompor.

“Pun dengan  uang 12 ribu saya yang harus dibagikan kepada 3 orang yang berbeda maka masing-masing orang itu akan mendapatkan uang 4 ribu.” Lanjutnya lagi.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

“Tapi…” ia tampak mulai sangsi dan hendak mendebat: “...yang tidak bisa saya pahami sampai sekarang adalah: mengapa bila 5 pensil yang saya miliki dikalikan NOL (0 = kosong), kok malah semua pensil saya tidak ada / hilang?—ini dalam rangka mematuhi pola teori matematika bahwa: semua angka bila dikalikan 0 (Nol) hasilnya menjadi 0 (Nol)—padahal saya jelas sekali masih menggenggamnya di tangan.

Nampaknya, sebagai pedagang kaki lima—yang setiap hari menghitung uang dari hasil jualannya—seorang kawan tersebut belum sadar bahwa ia selalu memanfaatkan matematika dalam kehidupannya sehari-hari.

Meskipun begitu, apa yang menjadi kebingungan pria setengah baya yang kritis ini layak didiskusikan mengingat “Semua angka bila dikalikan NOL menjadi NOL” ternyata belum bisa—untuk tidak dikatakan tidak bisa—menjawab permasalahan kehidupan sehari-hari. Bagaimana matematika bisa menjelaskan logika empiris ini?.

Dalam beberapa diskusi dengan beberapa sahabat lainnya—hampir semuanya adalah cendekiawan seperti guru dan dosen matematika, penulis, anggota parlemen, pengusaha bahkan seorang pejabat penting sebuah daerah—belum ada jawaban yang memuaskan bagi pertanyaan banyak orang itu. Oleh karena itu, hampir semua orang yang berada di warung kopi itu terpengaruh dengan pola pikir kawan PKL itu.

Namun, baru beberapa waktu lalu sebuah jawaban natural dan inspiratif ditemukan melalui permainan Scrabble—permainan menyusun kata-kata dalam bahasa Inggris. Permainan ini mampu memberi jawaban bagi semua pertanyaan kawan si PKL itu.

Bagi yang biasa bermain Scrabble pastilah sudah tahu 2 buah Tile Blank (kotak kosong / tanpa huruf)—kotak yang biasanya tertulis sebuah huruf untuk menyusun kata-kata, namun kotak yang satu ini sengaja dibiarkan kosong dan tidak bernilai. Pun ada garis kotak di papan permainan yang seukuran dengan kotak yang berhuruf tersebut yang bertuliskan Triple Letter Score (Kotak bernilai 3 kali lipat).

Jadi, bila ada sebuah kotak berhuruf, misalnya A (bernilai 1) diletakkan di atas Triple Letter Score itu maka huruf A di situ berubah nilai menjadi 3—karena dikalikan 3.

Namun, Bila Tile Blank (Kotak kosong = tak berhuruf dan tak bernilai)  yang diletakkan di atas garis kotak bertuliskan Triple Letter Score itu maka tidak mungkin terjadi pengalian karena tile tersebut kosong meskipun garis kotaknya menyebutkan harus dikalikan 3.

Hal seperti ini, sebenarnya, sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari: saat sakit kita harus minum obat dari dokter dengan jumlah obat serta frekuensi untuk meminumnya biasanya 3 X sehari. Atau dengan kata lain, 1 obat satu hari atau bila kita harus minum 3 obat sekaligus berarti 3 obat X 3 = 9 obat yang harus kita minum dalam sehari. Bagaimana bila obat-obat itu harus kita minum dalam seminggu atau 7 hari?. Itu artinya kita harus meminum 9 x 7 = 63 obat.

Akan tetapi, bila di hari ke 4, misalnya, obat yang kita harus minum itu ternyata ketlingsut—tidak berada di tempat biasanya kita meletakkannya—sehingga kita tidak minum obat itu seharian, mungkinkah jumlah 63 itu terjadi di hari ke 7? Tentu saja tidak,  karena di hari itu terjadi perkalian kosong alias tidak terjadi perkalian apapun. Dengan kata lain, 3 X waktu yang mestinya kita pergunakan untuk meminum masing-masing 3 obat tidak terjadi sama sekali (3 X 0 / kosong = 0 / tidak ada). Jadi, mestinya untuk perkalian dengan angka 0 kita tidak menyebutnya dengan: pengalian sejumlah benda dikalikan 0 (Contoh: 3X0) tapi, hakikatnya, yang ada adalah: tidak ada benda dikalikan 3 (Contoh: 0 = kosong X3). Bagaimana menurut Anda?      

Ikuti tulisan menarik Solihin Agyl lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler