x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Novelis Nabokov dan Kupu-kupu Kesayangannya

Sebagai sastrawan mashur, Vladimir Nabokov memberi kontribusi penting dalam studi ilmiah mengenai kupu-kupu. Sayang, lama ia diabaikan.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

Dalam diri Vladimir Nabokov, penulis kelahiran Rusia yang kemudian pindah ke AS, tersimpan dua dunia: sastra dan sains. Dari tangannya lahir novel mashur Lolita, sedangkan minatnya pada kupu-kupu telah memberi kontribusi signifikan dalam studi entomologi, walau untuk waktu yang lamanya ia diabaikan oleh komunitas ilmiah.

Melalui Fine Lines: Vladimir Nabokov’s Scientific Art yang belum lama terbit, Stephen H. Blackwell dan Kurt Johnson menunjukkan kontribusi yang tak boleh dilupakan itu. Kecintaan Nabokov kepada kupu-kupu sudah melekat sejak masa kanak-kanaknya di Rusia. Ketika ia tiba di Amerika, Nabokov menghabiskan tahun-tahun awalnya dengan bekerja di American Museum of Natural History dan menerbitkan puluhan tulisan mengenai lepidopteri—studi mengenai kupu-kupu dan ngengat.

Nabokov kemudian menadi satu di antara 10 kurator di Lepudoptera di Museum of Comparative Zoology Harvard. Dalam suratnya kepada Edmund Wilson, Nabokov berkelakar dengan mengatakan bahwa ia bisa masuk ke Harvard dengan hanya membawa kupu-kupu.

Kegemaran berburu kupu-kupu dibawa Nabokov hingga sepanjang hidupnya. Meski begitu, tulisan-tulisannya baru menarik perhatian kalangan entomologi setelah ia beranjak tua. Pada tahun 2000, misalnya, terbit antologi Nabokov’s Butterflies yang disunting oleh Robert M. Pyle. Tulisan Nabokov tentang masa kecilnya berburu kupu-kupu masuk ke dalam antologi The Faber Book of Science yang dieditori oleh John Carey. “Musim panas merupakan saat yang baik untuk berburu,” tulis Nabokov.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Fine Lines memberi penghargaan penuh atas kontribusi Nabokov terhadap sains, yang lama tak beroleh perhatian. Meskipun prestasi literernya sangat mashur, namun kontribusi ilmiahnya dalam entomologi diabaikan oleh banyak ilmuwan. Nabokov menciptakan 1.000 ilustrasi teknis mengenai struktu anatomi kupu-kupu sebagai ikhtiar untuk memahami keragaman kupu-kupu kecil yang dijuluki Blues. Baru akhir-akhir ini saja, para ilmuwan mengonfirmasi risetnya yang cermat dan membenarkan hipitesisnya yang mengejutkan.

Fine Lines mereproduksi 154 gambar Nabokov, sebagian kecil sudah pernah ditampilkan di muka umum. Disertakan pula sejumlah esai yang menggarisbawahi pentingnya gambar-gambar Nabokov sebagai dokumen ilmiah, mengevaluasi kontribusinya yang visioner terhadap biologi evolusioner, serta menawarkan wawasan mengenai persepsi artistik serta kreativitas Nabokov yang unik.

Robert Dirig, dalam esainya, mengisahkan perjalanannya menuju salah satu tempat di Pegunungan Smokey tempat Nabokov pernah berburu kupu-kupu. Di tempat ini, Dirig “melihat sendiri bunga-bunga dogwood bermekaran dan mendengar gemerisik dedahanan”. Dalam esai lainnya, empat ahli biologi membandingkan metode keilmuan masa kini dengan metode yang dipakai Nabokov. Mereka mengekspresikan kegembiraan ketika ‘menapaki jejak-jejak Vladimir Nabokov, baik literal maupun konseptual.”

“Nabokov seroang ahlli taksonomi yang serius,” tutur Nancy Pick, penulis The Rares of the Rare, yang juga staf museum tempat Nabokov pernah bekerja. “Ia benar-benar melakukan pekerjaan dengan baik dalam membedakan spesies yang kamu pikir tidak berbeda—dengan melihat genital mereka di bawah mikroskop selama berjam-jam sehari, tujuh hari seminggu, hingga penglihatannya terganggu.” Sebagian koleksinya di simpan di AS, sementara di Museum Zoologi, Lausanne, Swiss, tersimpan sekitar 4.300 spesiemn kupu-kupu Nabokov.

Kendati begitu, ahli paleontologi Stephen J. Gould menganggap Nabokov kadang-kadang bersikap kolot. Contohnya, Nabokov tidak pernah menerima bahwa genetika atau penghitungan kromosom dapat menjadi cara yang absah untuk membedakan spesies serangga, dan ia lebih mengandalkan perbandingan mikroskopis tradisional dari genital hewan-hewan itu.

Bagi Nabokov, kupu-kupu adalah totalitasnya yang lain di samping menulis karya fiksi. Ketika ia meninggal pada 1977, Nabokov tengah mengerjakan buku baru mengenai sejarah kupu-kupu dalam seni, Butterflies in Art, yang merentang sejak Mesir kuno hingga zaman Renaisans. Nabokov adalah salah satu jenis manusia ‘dua budaya’ seperti yang diangankan oleh C.P. Snow, bahkan mungkin lebih. (sumber foto: telegraph.co.uk) ***

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler