Siapa manusia yang tidak pernah memegang gadget sekarang. Benda kecil itu telah mampu mengubah tatanan sosial masyarakat dunia. Masyarakat modern menjadi amat tergantung pada benda kecil yang bisa ditenteng dan digenggam. Meskipun benda kecil pengaruhnya teramat besar. Lupa membawa benda kecil itu berdampak besar pada komunikasi antar manusia. Setengah hari tidak membukanya akan terasa ada yang hilang dari kehidupan. Informasi yang datang tiap detik, media sosial yang membawa isu-isu baru telah mengendalikan manusia. Ketika seharusnya manusia bisa tenang istirahat lintasan komunikasi di media social seakan-akan tidak pernah tidur. Bebunyian ringtone…suara-suara sebagai tanda ada denyut kehidupan di dunia maya terus memenjarakan manusia hingga otak, jiwa, perasaannya selalu menunggu dan terus menunggu entah status, entah SMS, entah BBM, atau sekedar melihat artikel-artikel unduhan berseliwer dalam kecamuk pikiran manusia. Gadget telah menjadi tuhan baru, kitab baru bagi segenap manusia yang ingin dicap sebagai manusia baru. Ia seperti tidak ingin melepas sedetikpun manusia menikmati sepi.
Di setiap gambar yang tampil di gadget dengan mudahnya manusia menemukan tubuh polos yang mengundang rasa penasaran. Pada manusia laki-laki fantasi terus berkeliaran dan hingga membuat mereka mencoba berlayar pada dunia yang lebih dalam pada alam maya tersebut. Sayangnya banyak remaja lelaki tidak siap untuk menahan gelegak penasaran itu. Dari dunia maya mereka terbawa dalam gelombang fantasi di dunia nyata. Ketika melihat kesempatan terbuka terutama makluk segambar yang berada di ruang maya mereka lapar mata-lapar jiwa. Yuyun dan banyak korban lainnya yang tak tersebut menjadi tumbal dari teknologi yang telah secara lugas menelanjangi informasi tanpa sekat.
Seksualitas itu hadir bersamaan dengan kehadiran manusia. Secara naluri manusia tak bisa meninggalkan dunia seks. Dalam ruang lingkup kebahasaan sendiri seksualitas itu menandakan jenis kelamin manusia. Ada kutub yang akan selalu tersambung antara laki-laki dan perempuan. Ada magnet yang terus merangsang manusia beda kelamin itu untuk terus menghasilkan hukum sebab akibat. Dari manusia beda kelamin itu manusia terus melangsungkan proses reproduksi, melanggengkan peradaban.
Jika satu jenis melakukan kesalahan tentu ada sebab yang bisa ditelusuri. Eksotisme perempuan mengundang laki-laki untuk menikmatinya, sebaliknya gagah dan simpatinya laki-laki mengundang perempuan untuk meraih dan merenggut perhatiannya. Yuyun dan repetisi -repetisi modus pemerkosaan adalah kisah-kisah purba yang selalu berulang sepanjang waktu. Jika sekarang kasus itu menemui kehebohannya karena ruang maya telah menjadi jembatan informasi yang amat cepat.
Saat ini riuh rendahnya opini masyarakat seakan tidak terfilter. Mereka bisa menghujat, memaki tanpa sensor. Tidak ada ruang redaksi yang membahas dampak dari tulisan yang terpublish. Kalau berita di media mainstream harus melalui sidang redaksi yang alot, hingga perlu melihat dampak sosial sebuah tulisan, di dunia maya bahkan makian amat jorok bisa ter-Upload. Persoalannya adalah penikmat dunia maya saat ini sebagian besar adalah anak-anak, remaja dan kaum muda. Mereka amat lapar dengan segala informasi yang hadir di ruang maya. Apapun yang tergambar dilayar bisa jadi merangsang mereka untuk mencobanya.
Pada mereka para remaja yang tengah menggelegak rasa penasarannya bisa jadi tayangan-tayangan pornografi di layar gadgetnya akan membawa mereka pada fantasi-fantasi sensual. Otak bekerja untuk merangsang libidonya yang memang dimiliki setiap manusia, menjadi tidak terkendali dengan lemahnya kendali moral yang mereka miliki. Mereka tidak berpikir panjang dan akhirnya banyak korban berjatuhan.
Pada kasus Yuyun ada sisi sosiologis yang melatar belakangi kebiadaban para pelakunya. Dari kontur daerahnya dan latar belakang geografisnya daerah itu memang terkenal sebagai daerah rawan kriminalitas. Yuyun hanyalah salah satu korban dari aksi kriminal yang sudah biasa dilakukan oleh penduduk di daerah tersebut. Ketika berita diekspos hingga menjadi konsumsi publik banyak orang mengutuk perbuatan mereka , sedangkan orang yang pernah tinggal dan lewat di lokasi tersebut mereka akan menganggap berita itu biasa saja. Itu karena mereka sudah tahu bahwa daerah itu memang rawan kejahatan, rawan tindakan amoral.
Dari perspektif pendidikan kasus Yuyun menjadi pembelajaran bahwa parenting, pendampingan orang tua amat penting untuk membendung pengaruh buruk produk teknologi canggih. Lepasnya perhatian orang tua melihat perkembangan :baik dalam pergaulan, penyerapan arus informasi dan gambar-gambar yang belum layak dikonsumsi anak-anak menjadi salah satu sebab maraknya pemerkosaan. Orang tua harus selalu memantau perkembangan psikologis anak sesuai dengan umurnya. Pengetahuan tentang sexualitas juga tidak boleh ditutup-tutupi, informasi sexualitas hendaknya diberikan sejak dini dengan bahasa yang mudah dimengerti anak. Selama ini orang tua menganggap bahwa sexualitas itu tabu untuk didiskusikan dengan anak. Dalam era digital sekarang ini keluarga harus hadir sebagai pendamping dan pengingat bahwa apa yang terpapar di gadget tidak semuanya layak ditiru. Yang bagus bisa diikuti yang berpengaruh buruk dibuang jauh-jauh dan diberi pengertian yang bisa dipahami generasi sekarang.
Ikuti tulisan menarik Pakde Djoko lainnya di sini.