JUdul : Sihir Rumah Ibu, Menyidik Sosial Politik dengan kaca Mata Budaya
Pengarang : Agus Dermawan T
Penerbit : KPG ( Kepustakaan Populer Gramedia)
Tebal : 317
Cetakan : I , Maret 2015
Dulu saya hanya tahu Agus Dermawan T adalah Kritikus Seni. Saya sering Membacanya di beberapa koran yang sering saya beli pada hari minggu. Nama Agus Dermawan selalu lekat dengan perkembangan seni rupa tanah air. Beliau menjadi pengamat kritikus yang sangat detil menguasai sejarah, luas pengetahuan seninya dan dekat dengan pusat kekuasaan. Meskipun dekat dengan pusat kekuasaan tulisan-tulisannya tetap tajam menghunjam nurani penguasa bila melakukan penyimpangan jabatan.
Saya suka dengan tulisan-tulisan Agus Dermawan T, pria kelahiran Rogojampi,1952, Jawa Timur. Bahasanya enak diikuti dan tidak terasa dari tulisan-tulisannya; ilmu sejarah, sosiologi, seni budaya, politik, pengetahuan sosial terserap dalam otak saya. Untuk menjadi pengamat seni Bukanlah perkara mudah. Sebab selain punya pengetahuan seni ng cukup juga dibutuhkan kepekaan serta intuisi khusus untuk menilai seni dengan obyektif. Tidak banyak penulis yang bergelut dalam penulisan Seni terutama seni rupa. Penulis sempat baca buku-buku dari S Sudjojono,Sanento Yuliman, Soedarso SP, Jim Supangkat, Sam C Bangun juga buku buku dari generasi selanjutnya seperti M Dwi Marianto, Mike Susanto, Aminudin TH Siregar,Agung Hujatnikajenong. Merekalah yang konsisten menulis di media Massa (Koran-majalah, jurnal seni budaya, Katalog pameran).
Tiap pengamat seni budaya mempunyai daya kritis masing-masing, mereka punya kelebihan masing-masing, namun jika melihat komplitnya bidang yang diamati maka Agus Dermawan T lah orangnya. Disamping menguasai bidang seni rupa Agus juga renyah dalam menampilkan artikel yang kocak, sarkastis, puitis.
Sisi tulisan Agus terasa dramatis jika melihat kekayaan budaya Indonesia yang luar biasa, sumber daya alam yang luar biasa, ide-ide seni yang sangat kaya namun banyak anak muda malah lebih melihat keluar untuk mengikuti tren seni dunia. Padahal Indonesia boleh jadi amat komplit dari sisi seni budaya. Agus lalu menampilkan kritikan –kritikan cerdas dan tulisannya mengalir indah bak lukisan Basuki Abdullah dikombinasikan dengan kepekaan menyindir bak lukisan S Sudjojono.
Ketika Saya membaca tulisannya yang berjudul Sihir Rumah Ibu, Menyidik Sosial Politik dengan Kaca mata Budaya penulis seperti diajak traveling, berkeliling ke ranah seni budaya, menguliti politik dengan tidak perlu bicara kasar cukup dengan sindirian-sindiran memikat, mengenal istana Presiden dari dekat, mempelajari sejarah perkembangan seni rupa tanpa perlu berkerut hingga satu artikelnya tak terasa sudah menyihir pembacanya untuk mengangguk –angguk paham terhadap persoalan Seni budaya, sosial, politik dan Pernik-perniknya yang kadang luput dari pengamatan tapi bisa dimainkan dengan manis oleh Agus Dermawan T.
Sihir Rumah ibu adalah kumpulan artike( Agus Dermawan T)ADT yang tersebar di Kompas, Tempo, Koran Tempo, Media Indonesia, Gatra, Intisari, Laras, Visual Art, Femina, esquire. ADT telah menulis 41 buku sebuah bukti bahwa sebagai penulis, pengamat, kritikus ia amat produktif. ADT telah melanglang buana ke berbagai negara, sangat mengenal seni, tempat-tempat yang indah dalam destinasi wisata dunia dan pusat seni budaya, telah menguasai ilmu sejarah dan menguasai beberapa bahasa asing. Dismaping itu ADT juga lama berkecimpung dalam kurasi benda-benda seni di Istana-istana negara milik pemerintah Indonesia. Menjadi konsultan Dari Balai Lelang Christie.
Sebagai orang yang menyukai berbagai produk seni, saya merasa Buku-buku ADT perlu dikoleksi, bukan hanya dikoleksi saja tapi perlu dimiliki dan menjadi referensi pada saat saya ingin menulis tentang seni budaya. ADT amat paham dengan filsafat budaya Jawa dan pesan-pesan dalam artikelnya terasa dalam untuk direnungkan. Saya cuplik sedikit tulisannya yang ada dalam kata pengantarnya. “Mereka yang berpikiran hebat akan membicarakan ide-ide. Mereka yang berpikiran sedang akan membicarakan peristiwa-peristiwa. Mereka yang berpikiran sempit akan membicarakan orang lain.”(Eleanor Roosevelt (1884 – 1962 ).
Nikmatilah Buku ADT sebagai buku pegangan untuk mengenal dunia seni secara mendalam, sebagai penulis sayapun belajar menulis dengan kedalaman materi, sisi cerdas sebuah kupasan seni, sisi jenaka artikel saat menyindir dunia sosial politik, dan bagi orang yang fanatik terhadap partai atau ada pada sosok popular saat ini siap-siaplah di skak, tapi jangan kawatir tidak sampai pingsan kok. Cukup meringis saja.
Penulis Penyuka Seni Alumnus Pendidikan Seni Rupa IKIP Yogyakarta (UNY).
Ikuti tulisan menarik Pakde Djoko lainnya di sini.