x

Iklan

Anazkia Aja

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Tart Bengkulu, dari Felda Kedangsa

Tar bengkulu, makanan khas Bengkulu yang masih dipertahankan di Malaysia oleh warga keturunan bengkulu-Sumatra

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Rangkaian tulisan Eat Travel and Write 3.0 Selangor International Culinary Adventure. 13.00 Depart to Felda Gedangsa, Tart Bengkulu Making. Bengkulu tart is an old traditional cookie/dessert by the bengkahulu ethnic from Kuala Kubu Bharu. Sejak pertama kali menerima itinerary Eat Travel Write 3.0 (ETW) 3.0 saya penasaran dengan jadwal tersebut. 
 
Kamis, 21 April 2016. Selesai dari Sungai Dusun Wildlife menjenguk tapir, kami langsung beranjak meninggalkan tapir-tapir manis nan cantik berkulit licin menuju Felda Kedangsa. Di kepala saya terngiang-ngiang kalimat Bengkulu, salah satu kota di Indonesia. Pun dengan Mbak Olip, saya bertanya penasaran dengan kalimat bengkulu tersebut. Dan rupanya, tukang kuburan itu memiliki rasa penasaran yang sama dengan tart bengkulu.

 

"Mari kita naik bus lagi dan mari kita makan lagi di tempat yang baru." Ujar Mbak Olip ketika kami hendak menaiki bus menuju Felda Kedangsa.

 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

"Ini sih, namanya eat travel and sleep." Kata saya menimpali sambil tertawa. Dan diikuti gelak yang sama oleh Mbak Olivia..

 

Jarak tempuh dari Sungai Dusun menuju kampung Felda, saya tak begitu pasti. Tapi, rasanya memang tak begitu lama. Di jalanan yang mulai sempit antara perbatasan kampung Felda, bus menepi dan kami diminta turun semua. Sebuah lori pekerja felda, sudah menunggu kami. Satu persatu, kami turun dan diinstruksikan untuk menaiki lori tersebut. Gelak tawa gembira bersahutan di antara kami, apalagi, ketika Pak Cik lori menaikan dan menurunkan kami melalui tanjakan (halagh, ini saya nyebutnya apa, sih? hahahah) jadi, naik ke lori itu ada tuasnya. Trus, tuasnya ditarik otomastis itu tempat naik turun penumpang bisa dikendalikan. Kita tinggal berdiri aja. Kemudian saya bingung dengan penjelasan sendiri :D :P

 

Rumahnya asri...

 

Matahari, sedang terik-teriknya saat kami tiba di Felda Kedangsa. Warga Felda kedangsa sudah menunggu kami di salah satu rumah yang asri, dengan banyak tanaman bebungaan di halaman depan juga samping rumah. benar seperti tebakan kami, makanan yang menyelerakan sudah tersedia dengan manisnya di atas meja. Tinggal menunggu kami saja untuk menyentuhnya. Teman-teman berebut menuju minuman dingin dengan perisa kedondong. Tidak menunggu lama, minuman dingin tersebut habis sekelip mata. Rasanya, enak dan segar ^_^

 

Ramai menonton dan menyimak 

 

Tak lama, kami langsung diajak menuju ke belakang rumah. Rupanya, di belakang rumah ada sebuah gubuk yang sepertinya memang khusus dijadikan tempat untuk memasak kue tar bengkulu, atau bahkan kue-kue lainnya. Teman-teman media dan blogger langsung berebut masuk mengerubungi Mak Cik yang sudah duduk menghadap adonan kue. Bahan-bahan tar bengkulu tepung terigu, telor, gula, minyak dan santan. Semua diuleni dalam satu wadah dan manual menggunakan tangan. Mak Cik  piawai sekali mencampur dan mengaduk bahan-bahan. Sementara anaknya, menerangkan kepada kami mengenai muasal tar bengkulu kepada kami.

 

 

Setelah bahan semua diuleni dalam satu wadah, ia dibentuk dua macam. Dibentuk seperti daun dengan isi kelapa dan bentuk bulat diisi selai nanas. Melihat Mak Cik bekerja, cepat saja sepertinya. Cekatan sekali tangannya membentuk puluhan tar bengkulu. Setelah selesai dibentuk, baru kemudian dipanggang di atas api dengan bahan kayu bakar. Ya, kayu bakar. Bukan di oven kekinian. Konon, untuk menjaga keaslian kue. Cuaca panas, ruang yang sempit dan adanya tungku kayu membuat badan ini basah oleh keringat.  Tapi, teman-teman media dan blogger tetap antusias memperhatikan.

 

Selagi menunggu tar bengkulu masak, saya berbincang dengan salah seorang Pak Cik yang saya lupa namanya karena catatan hilang (tepatnya ketinggalan di salah satu penginapan). Pak Cik ini keturunan Indonesia.. Datuk neneknya asli Bengkulu-Sumatra ia dilahirkan di Malaysia dan sesekali masih pulang ke Indonesia. Darinya, saya tahu kalau tart bengkulu merupakan salah satu kue tradisional di Felda Kedangsa. Dinamakan tart bengkulu, karena awalnya mereka belajar membuat kue tersebut dari nenek dan ibu mereka yang asli Bengkulu-Indonesia.

 

Selesai ngobrol dengan Pak Cik, rupanya teman-teman sudah mencicipi tar bengkulu. Aroma kue tercium dan tak sabar ingin mencobanya. Sayangnya, perut ini dalam keadaan kenyang, sehinggalah tidak bisa banyak mencicipinya. Rasanya enak, gurih santannya terasa, apalagi ditambah isi kelapa semakin menyatulah perpaduan kelapanya. Kalau kata Mbak Olip dan Mas Danang, tar bengkulu sekarang dikembangkan menjadi nastar :D hehehehe.

 

Selesai mencicipi kue, saya beranjak ke depan dan teman-teman yang lain rupanya sedang menikmati lontong dan lainnya. Saya sudah angkat tangan, tidak muat lagi perutnya menerima apa pun. Meski Mbak Olip dan Mas Eka manas-manasin kalau rasanya enak. Huehehehe... Sebelum pulang, saya sempat bertanya dengan Mak Cik-Mak Cik yang masih membuat kue, katanya kalau dijual harga tar bengkulu adalah RM. 70/100 biji. Berarti kalau dijual satuan 70 sen per biji. Dan, kalau musim lebaran pesanan tar bengkulu ini banyak.

 

Tar bengkulu, kenapa ada di Felda Kedangsa Malaysia? Pertanyaan saya terjawab sudah. Dan hebatnya, mereka masih mempertahankan kue tradisional turun temurun tersebut. Di Bengkulu sendiri, saya belum tahu.

Ikuti tulisan menarik Anazkia Aja lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 hari lalu

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 hari lalu