x

Nasionalisme dalam Sebentuk Fanous

Iklan

abdul malik malik

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Nasionalisme dalam Sebentuk Fanous

Beberapa hari setelah memasuki Ramadan, sepanjang jalanan Kairo marak dihiasi lentera Mesir dan toko-toko yang menjual lentera penuh warna itu.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Banyak sektor industri di Mesir yang terkena dampak krisis ekonomi dan kenaikan nilai tukar dolar Amerika Serikat terhadap pound Mesir. Namun, Ramadan membawa kesuksesan dan keberuntungan bagi industri lentera warna-warni, yang biasa disebut fanous, di Mesir.

Seperti dilansir Egyptianstreets.com, akhir pekan lalu, industri pembuatan lentera di Mesir awalnya berbasis di Taht El Rab'aa, sebuah kawasan di Kota Kairo. Namun, saat ini pusat industri pembuatan lentera Mesir berada di Al-Sayeda Zeinab dan Khaiamia, yang berjarak 2 kilometer dari Tahrir Square, pusat Kota Kairo.

Beberapa hari setelah memasuki Ramadan, sepanjang jalanan Kairo marak dihiasi lentera Mesir dan toko-toko yang menjual lentera penuh warna itu. Di media sosial, masyarakat biasa maupun fotografer menggunakan tanda pagar #RamadanHappinesSpirit untuk berbagi semangat Ramadan dan gambar warna-warna lentera yang mereka ambil dari jalanan Kairo.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Bagi para perajin dan pelaku industri, membuat lentera sudah menjadi bagian dari hidup mereka sejak berusia muda. Eid Al-Hawy, pendiri workshop pembuatan lentera yang berlokasi di Al-Sayeda Zeinab, mengaku sudah menjadi perajin lentera sejak usianya lima tahun. "Sekarang usia saya sudah 55 tahun. Jadi, sudah hampir 50 tahun membuat kerajinan lentera ini," dia mengungkapkan.

Hawy mengatakan hanya ada beberapa workshop di Kairo yang menjadi pusat pembuatan lentera. Semuanya mendistribusikan produk kerajinan mereka ke seluruh penjuru Mesir, bahkan hingga ke negara-negara Arab di Timur Tengah. "Kami bekerja sepanjang tahun agar siap pada saat Ramadan," ujarnya.

Hawy menjelaskan, kerajinan membuat lentera membutuhkan kreativitas dan bantuan mesin tertentu untuk mengukir bentuk pada pelat timah. Tak hanya dari pelat timah atau nikel, lentera juga bisa dibuat dari kayu. "Saya bekerja sama dengan beberapa siswa sekolah seni untuk mengecat kacanya," katanya.

Sebulan lalu, para pengguna media sosial di Mesir berkampanye untuk mendorong masyarakat agar membantu ekonomi dengan membeli lentera. Kampanye itu kemudian menjadi viral. Harga lentera Mesir lebih mahal daripada lentera Cina, yang membanjiri pasar Mesir dalam beberapa tahun terakhir. Kementerian Industri dan Perdagangan Mesir akhirnya melarang impor lentera buatan Cina untuk melindungi industri lokal.

Satu fanous dihargai 30-60 pound (Rp 45-90 ribu), tergantung ukurannya. Hawy mengatakan dalam sehari, dengan dibantu 11 anak buahnya, dia bisa memproduksi 100-200 lentera. ABDUL MALIK

 

Ikuti tulisan menarik abdul malik malik lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler