x

Santri mengibarkan bendera Indonesia saat mengikuti kirab santri dalam rangka perayaan Hari Santri Nasional di Tangerang,Banten, 22 Oktober 2015. Acara diisi dengan tausiah, zikir dan doa bersama bertajuk `Doa untuk Negeri.` TEMPO/Marifka Wahyu Hiday

Iklan

Demes Dharmesty

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Indonesia Tak Seburuk Itu Juga

Prestasi-prestasi gemilang yang diraih putra-putri bangsa merupakan tanda bahwa Indonesia punya harapan masa depan yang lebih baik.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Kini, di negeri ini semua serba palsu. Baru saja menjamur kasus vaksin palsu yang terlanjur menyebar di 14 rumah sakit, 8 klinik, serta bidan yang tercatat oleh Kemenkes (Kementerian Kesehatan RI) di wilayah DKI Jakarta. Baru-baru ini, marak pula kasus pemalsuan kartu BPJS oleh aparatur desa di Kabupaten Bandung Barat. Belum cukup semua kepalsuan ini, pertengahan Juli, polisi mengungkap pembuatan dan pengedaran uang palsu di Tangerang.

Layar kaca acara berita serta berbagai halaman utama surat kabar di tanah air tak lepas dari berita-berita duka. Seakan segala perkara negatif telah menyikat habis Indonesia. Terlepas dari kasus-kasus palsu di atas, tindak kriminal, terorisme, pidana korupsi, dan tidak meratanya kesejahteraan rakyat juga tak asing lagi di telinga.

Kemudian, tindak selanjutnya adalah kita mulai mengolok pemerintah yang juga serba palsu. Mengucap janji palsu, menunjukkan senyum palsu, lalu menyebarkan reputasi kerja palsu.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Lalu, kita jadi tak berani menggantungkan harapan akan Indonesia. Makin acuh tak acuh terhadap nasib bangsa ini. Mulai mengutuki para muda yang tak mau ikut berbakti pada negeri. Katanya, generasi ini suka sibuk dengan urusan sendiri-sendiri.

Pertanyaannya adalah, seburuk itukah Ibu Pertiwi?

Untuk pertanyaan barusan, mungkin Olimpiade Biologi Internasional (IBO) di Hanoi Vietnam 17-23 Juli lalu bisa menjadi jawabannya. Pasalnya, tim perwakilan Indonesia yang terdiri dari 4 pelajar berhasil membawakan oleh-oleh manis untuk negara tercinta. 1 medali emas, 2 perak, dan 1 perunggu telah diraih anak-anak bangsa setelah bersaing dengan 253 peserta dari 68 negara. Pun Indonesia telah mencapai tingkat ke-10 dalam ajang itu.

Prestasi gemilang ini kiranya bisa sedikit membuat kita bernapas lega, sebab Indonesia rupanya tak seburuk itu. Dari sekian banyak cap-cap telah mencoreng wajah negeri, masih banyak putra-putri tanah air perjuangkan nama dan martabat bangsa ini. Dari prestasi olimpiade biologi internasional itu, kita bisa melihat berbagai pencapaian negeri ini.

Pertama, prestasi yang kian banyak diraih Indonesia di kancah internasional kiranya menjadi cerminan kualitas pendidikan kita yang makin baik. Buktinya, sistem pendidikan hari-hari ini semakin banyak mencetak generasi-generasi berkualitas. Di mata dunia, anak-anak bangsa kita dinilai cerdas dan menjadi lawan yang tangguh.

Terlepas dari 4 pelajar yang telah jadi pahlawan di ajang olimpiade biologi, Indonesia memang telah diacungi jempol oleh bangsa lain. Dilansir dari web resmi kemendikbud.go.id, negeri ini telah diapresiasi UNESCO-Japan Prize 2015 untuk Education for Sustainable Development (ESD) atau Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan.

Kedua, prestasi demi prestasi yang berhasil diraih tidak terlepas dari dukungan pemerintah. Pasalnya, berbagai beasiswa juga selalu diupayakan untuk menunjang anak-anak bangsa yang berpotensi. Untuk olimpiade biologi yang kemarin misalnya, Mendikbud (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan) telah menyiapkan beasiswa berkuliah S1 hingga S3 baik dalam maupun luar negeri bagi para pembawa medali ini. Pemerintah telah sadar bahwa para berlian Indonesia ini harus diberikan wadah untuk berkembang, diapresiasi dan dihargai perjuangannya, agar ke depannya mereka dapat menjadi pionir penggerak kemajuan bangsa.  

Ketiga, dengan diraihnya prestasi terbaru ini, kita makin dapat melihat peningkatan kualitas diri bangsa ini. Dalam sebuah ajang lomba, pesertanya tentu saja tak hanya sekedar memiliki kecerdasan intelektual, tetapi juga harus memiliki jiwa berkompetisi, semangat sportifitas, mental mau bekerjasama, pantang menyerah, dan terutama nasionalisme apabila ia berperan sebagai perwakilan Indonesia di lomba internasional. Seluruh aspek ini tentu tak datang dari langit begitu saja. Semuanya ditanam dan dipupuk dari kebiasaan sejak kecil.

Itulah mengapa disebutkan pendidikan sifatnya holistic. Bukan pihak sekolah saja yang telah berhasil mencetak pelajar-pelajar berprestasi ini. Sebab, pendidikan bukanlah sekedar untuk mempertinggi angka di atas izajah belaka, melainkan juga untuk menghasilkan generasi berkarakter kebangsaan. Orang tua juga berperan besar untuk pendidikan. Makin banyak anak-anak berprestasi di Indonesia, maka makin banyak pula orang tua yang berhasil mendidik karakter anaknya.

Begitu pula dengan dukungan moral masyarakat luas. Karakter anak yang baik dibentuk dari sosialisasi lingkungan sekitarnya. Maka, bisa disimpulkan bahwa hadirnya anak-anak berprestasi ini karena adanya lingkungan masyarakat yang juga berkulitas dan mendukungnya.

Dengan hadirnya berita baik yang dibawa oleh 4 pelajar Indonesia ini, kita boleh menatap secercah harapan. Bahwa tak semua anak muda kita akan tergerus zaman. Tak semua generasi penerus sedang terjangkit virus Pokemon Go yang sedang naik daun itu. Terutama karena generasi muda kini dianggap egois, suka sibuk dengan gadget masing-masing. Namun, bukankah hadirnya 4 pelajar ini menjadi bukti yang mematahkan itu semua?

Masih banyak anak-anak bangsa yang yang sadar betul perannya sebagai tiang-tiang penopang negeri. Masih banyak mereka yang punya idealisme tinggi, visi misi yang tak bisa diremehkan, ide-ide cemerlang sebagai penggerak bangsa, dan siap mengharumkan nama bangsa dengan prestasi-prestasi gemilang.

Maka, masa depan Indonesia tidaklah selalu mimpi buruk. Di tangan para muda, kita bisa percayakan nasib negeri ini. Kita masih bisa berharap negeri ini tak hanya sampai pada gelar “negara ketiga”, tetapi makin mengarah pada kemajuan yang lebih baik.

Indonesia tak seburuk itu juga. Kita masih bisa berharap, sambil terus bercermin dan memperbaiki kualitas diri. Karena sadarilah, setiap insan yang hidup di tanah air punya porsi tanggung jawabnya masing-masing!

 
 

Ikuti tulisan menarik Demes Dharmesty lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Hanya Satu

Oleh: Maesa Mae

Kamis, 25 April 2024 13:27 WIB

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Hanya Satu

Oleh: Maesa Mae

Kamis, 25 April 2024 13:27 WIB