x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Apakah Membaca Mengubah Diri Kita?

Membaca buku mengubah diri kita, sekurang-kurangnya barang sedikit.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

Sekalipun kita membaca buku setiap hari—barang 3-4 halaman, tetap saja ada pertanyaan yang mengusik, seperti ‘apakah membaca mengubah diri kita? Sedikit saja, atau bahkan seperti yang dibayangkan penulis James Baldwin: membaca adalah cara mengubah takdir kita. Begitu hebatkah membaca, sehingga Franz Kafka mengibaratkan membaca sebagai mengayunkan kapak ke lautan beku dalam diri kita.

Sepertinya Baldwin dan Kafka benar. Perintah membaca itu pun diulang-ulang, agar engkau berpikir, agar engkau mengerti, agar engkau berubah.

Dalam tulisan, “Why Our Future Depends on Libraries, Reading and Daydreaming”, Neil Gaiman mengisahkan pengalamannya: “Suatu ketika di New York, aku mendengar percakapan tentang pembangunan penjara swasta—industri yang tumbuh luar biasa di Amerika. Industri penjara perlu merencanakan pertumbuhan masa depannya—berapa banyk sel yang akan mereka butuhkan? Berapa jumlah tahanan 15 tahun mendatang? Dan mereka menemukan bahwa mereka dapat sangat mudah memprediksinya dengan memakai algoritma yang sangat sederhana, berdasarkan pertanyaan berapa persentase anak 10 dan 11 tahun yang tidak mampu membaca. Dan, pasti, tak bisa membaca untuk kesenangan.”

Membaca buku, betapapun, tetap berbeda dari menonton teve atau film. Ketika menonton teve atau film, pergerakan imajinasi kita relatif terbatas. Buku, kendati ditulis orang lain, memberi kebebasan yang lebih luas kepada kita sebagai pembaca untuk terbang ke sana kemari di jagat imajinasi. Kata-kata memang digoreskan oleh penulis, tapi kitalah yang membayangkannya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Lewat membaca, kita mengunjungi tempat-tempat yang mungkin belum pernah kita datangi, mengenal orang-orang yang belum pernah kita jumpai, mengalami peristiwa-peristiwa yang barangkali tak akan pernah kita alami, melihat dunia dari sudut pandang orang lain—dan orang lain itu lebih dari satu. Ketika kita kembali ke dunia kita sendiri, mungkin kita sudah sedikit berubah. Bisa pula banyak dan mendasar.

Sebuah buku, kata Kafka, bagaikan kapak yang terayun ke lautan beku dalam diri kita. Membaca mungkin saja bermakna menggugat asumsi-asumsi lama kita, keyakinan kita, cara kita melihat persoalan. Membaca adalah cara mengusik kemapanan yang berdiam dalam diri kita—otak dan hati. Menggugat keyakinan barangkali memang tindakan berbahaya, sebab ia menusuk pusat pikiran kita dan membuat kita goyah.

Membaca memberi kita cara pandang baru, membisiki kita untuk mulai berempati atas penderitaan orang lain, melihat dunia yang berbeda dari dunia tempat kita hidup sehari-hari. Kita mungkin akan meninggalkan dunia lama dan menempati dunia yang baru dan berbeda. Ini perubahan, ya perubahan dalam diri kita setelah membaca. (sumber foto ilustrasi: thenextweb.com) **

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Kisah Naluri

Oleh: Wahyu Kurniawan

Selasa, 23 April 2024 22:29 WIB

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Kisah Naluri

Oleh: Wahyu Kurniawan

Selasa, 23 April 2024 22:29 WIB