x

Iklan

Amru Sebayang

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Kematian dan Komik

Kematian memang merupakan hal sakral dalam realita, namun dalam industri komik ada hukum yang menggerakkannya.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Dalam dunia komik, ada hukum tentang kematian. Hukum itu tidak tertulis, tetapi nyata dilakukan. Penggeraknya adalah selera dari fans. Oleh karenanya, tidak jarang seorang karakter mati dan “tersingkir“ sekian lama dalam dunia komik. Hal yang bukan terjadi karena ia seorang antagonis dalam penokohannya, melainkan karena tidak memiliki fans saja. Dalam industri komik, hidup matinya seorang tokoh ditentukan oleh fans.

Salah satu contoh paling menarik adalah Douglas Ramsey alias Chyper. Chyper merupakan seorang mutan – manusia yang lahir dengan kekuatan super – dalam komik Marvel. Namanya muncul ketika bergabung dalam sebuah tim pahlawan super: “the New Mutants.” Kendati bergabung dengan sebuah tim pahlawan super, Chyper tidak memiliki kekuatan destruktif seperti rekan-rekannya. Dia tidak menyemburkan api, terbang, ataupun berteleportasi. Alih-alih demikian, kekuatannya adalah super linguistik – kemampuan yang memungkinkannya memahami segala bentuk bahasa, mulai dari bahasa manusia hingga bahasa komputer – Marvel bisa dibilang bertaruh ketika mempublikasikan tokoh ini. Kemampuan yang dimiliki Chyper jelas bukan kemampuan yang berguna dalam pertempuran. Pahlawan super dengan kemampuan berbahasa seperti Chyper bukanlah tokoh yang diidolakan fans. Fans lambat laun jengah dengan keberadaan tokoh ini. Puncaknya adalah pada seri “the New Mutants” #60, Chyper terbunuh dalam sebuah peperangan. Kematiannya pun digambarkan sangat heroik ketika ia menahan peluru demi melindungi kekasihnya. Hingga beberapa tahun ke depan, nama Chyper tidak pernah lagi terdengar dalam industri komik Marvel.

Nasib Chyper jauh berbeda dengan yang dialami Rorscharch. Tokoh dalam kisah Watchmen itu adalah sosok yanhg sangat diidolakan fans. Majalah Wizard – salah satu majalah yang rajin membahas industri komik Amerika – bahkan menempatkan Rorscharch pada posisi ke-6 karakter komik terbaik sepanjang masa. Nama Rorscharch bahkan mengalahkan beberapa nama besar, seperti Captain America, Hellboy, Hulk, Iron Man, dan Thor. Namun, sekalipun dipuja oleh fans, Rorscharch tetap saja merasakan pahitnya kematian. Tubuhnya diledakkan oleh Dr. Manhattan di lembar-lembar akhir kisah Watchmen. Kematian Rorscharch menandakan sebuah zaman baru dalam industri komik: kematian sebagai sebuah monumen. Rorscharch yang mati terbunuh, bukan disingkirkan oleh fans. Sebaliknya, kematian membuat Rorscharch terus dipuja dan diingat oleh fans.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dalam komik, kematian bisa menimpa siapa saja bahkan tokoh yang paling dicintai sekalipun. Superman pernah merasakan kematian setelah dihajar habis-habisan alien raksasa, Doomsday. The Flash pernah merasakan tubuhnya hancur ketika berlari dalam sebuah dimensi waktu. Spiderman tewas kehabisan darah, setelah sebuah peluru menembus perutnya. Waktu berlalu dan makna kematian pun didefinisikan ulang. Superman, Flash, dan Spiderman tidak mati karena fans membenci mereka. Sebaliknya, mereka mati untuk memberikan efek dramatis: seorang pahlawan yang rela mengorbankan diri demi orang yang mereka lindungi. Akan tetapi, penerbit-penerbit besar seperti DC atau Marvel pastilah tidak akan membiarkan karakter –karakter terbaik mereka hilang dari pandangan fans begitu saja. Mereka sering membuat narasi tambahan yang pada akhirnya memunculkan seorang karakter yang pernah mati.

Dalam industri komik, kematian seolah menjadi sebuah keharusan. Di setiap kisah pahlawan super, pastilah ada yang terbunuh, baik ia sang pahlawan, penjahat, atau bahkan seorang figuran sekalipun. Hal ini sebenarmya berlaku bagi kisah narasi apapun yang menuntut keberadaan seorang “baik“ dan “jahat.“ Akan tetapi, melihat industri komik Amerika yang sangat berkembang sejak periode 1960-an, sangatlah unik melihat fenomena ini. Hingga sekarang mungkin Marvel telah ''membunuh'' ratusan karakter. Beberapa fans menghargai usaha ini karena memang kematian memberikan efek dramatis dalam sebuah storyline. Tetapi beberapa yang lain menanggapinya dengan sinis karena kematian yang terlalu sering, justru terlihat wajar dan tidak spesial. Sekalipun tanggapan fans sangat beragam, fenomena ini membuktikan bahwa hal sesakral kematian sekalipun dapat dimanfaatkan dalam logika kapital. Jadilah kita pembaca komik seperti sekarang, yang membaca dengan rajin, menunggu seorang karakter mati. 

 

 

Sumber Gambar: http://dc.wikia.com/wiki/Death_and_Return_of_Superman

 

Ikuti tulisan menarik Amru Sebayang lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler