x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Jejak Kolonial dan Kenangan tentang Negeri yang Jauh

Kartu pos menjadi bukti jejak kolonialisme juga kenangan tentang sebuah negeri yang jauh.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

Ada beragam cara untuk ‘menembus waktu’ dan melakukan perjalanan ke masa lampau, salah satunya melalui kartu pos—sarana komunikasi yang kini langka dijumpai, terpinggirkan oleh smartphone dan internet. Bagi mereka yang punya sedikit kesenangan bernostalgia, kartu pos tak ubahnya mesin waktu yang mengantarkan ke suasana kehidupan yang sangat berbeda dari masa sekarang.

Prangko, buku, dokumen, foto, serta benda seni juga bisa berperan serupa. Olivier Johannes Raap, orang Belanda yang berdagang buku di Den Haag, kaya dengan pengalaman ‘menembus waktu’ semacam itu berkat koleksinya yang sangat banyak mengenai Indonesia. Latar belakang pendidikannya di bidang arsitektur boleh jadi membuat Raap tertarik untuk mengamati arsitektur di Indonesia pada masa kolonial.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Salah satu foto koleksi yang ditampilkan Raap berjudul Groet uit Bandoeng, Bantjeujweg atau Salam dari Bandung, Jalan Banceuy. Foto ini diterbitkan oleh Tio Tek Hong dan berasal dari tahun 1920an. Dalam foto ini tampak sebuah rumah cantik bermenara. Dulu, di rumah ini pernah tinggal seorang arsitek dan pelukis asal Belanda Selatan (kini Belgia) bernama Antoine Auguste Joseph Payen (1792-1853), salah satu guru melukis Raden Saleh.

Saat foto dibuat, bangunan yang pernah dihuni Payen telah berganti fungsi menjadi rumah lelang yang dimiliki Carl Kreutz Jensen (1872-1921), perwira KNIL berdarah Denmark yang pada 1905 menjadi pelelang terkenal di Bandung. Di masa itu, orang-orang kaya Belanda—termasuk perwira militer—umumnya punya kereta kuda sendiri. Kuda juga menjadi sarana tukang pos untuk mengantar barang maupun kartu pos, khususnya jarak jauh. Di tempat yang sekarang disebut Banceuy itulah, kuda-kuda diistirahatkan dan dirawat.

Setelah Jalan Raya Pos dibangun pada 1808, di setiap 8 atau 9 kilometer disediakan pos perhentian untuk kereta pos, yang merupakan tempat peristirahatan dan ganti kuda. Dari kata banceuy  yang berarti perkampungan istal, sebuah jalan yang terletak kira-kira 500 meter dari Jalan Raya Pos (kini Jalan Asia Afrika, Bandung) dinamai Jalan Banceuy—yang tetap dipakai hingga kini.

Karya Raap berjudul Kota di Djawa Tempo Doeloe ini menyajikan gambaran masa-masa sekitar pergantian abad ke-19 hingga akhir zaman kolonial atau awal kemerdekaan Indonesia. Periode ini, menurut penilaian Raap, merupakan zaman emas untuk kartu pos—ketika berkomunikasi melalui telepon masih sangat mahal dan berkirim kartu pos semurah berkirim SMS di zaman kini.

Sungguh menarik bahwa Raap memilah koleksinya secara tematik, bukan secara kronologis-historis. Ia memulai dengan foto alun-alun berupa tanah lapang yang ukurannya beragam: di Garut Jawa Barat 100 x 100 meter, sedangkan di Purworejo Jawa Tengah 250 x 250 meter. Raap memberi pengantar ringkas mengenai masing-masing tema sebelum menceritakan latar belakang sejarah setiap foto. Misalnya, tentang pohon beringin yang lazim ada di setiap alun-alun; dan Raap mendiskusikannya bukan hanya dalam konteks pohon besar ini memberi kesejukan, tapi juga menyinggung konsep kosmografi bahwa alun-alun merupakan titik pertemuan kehidupan duniawi dengan dunia lain dengan pohon beringin sebagai pusatnya.

Raap juga menghadirkan jejak-jejak kolonial berupa bangunan benteng dan loji (gudang tempat penyimpanan rempah-rempah), serta permukiman VOC. Di Batavia (kemudian Jakarta) jejak ini terlihat antara lain di Stadhuis (balai kota), kawasan Pintoe Besar, maupun Oud Batavia atau Batavia Lama. Membandingkannya dengan keadaan masa sekarang terlihat bagaimana beragam peristiwa telah mengubah banyak hal. Bangunan-bangunan dan kawasan-kawasan itu menjadi saksi sejarah yang tidak akan hilang kecuali bila dirobohkan atau diubah total.

Lewat buku dengan sajian 277 foto kota-kota di Jawa era kolonial ini, Raap telah menunjukkan kecintaannya kepada negeri yang punya ikatan kuat di masa lalu dengan tanah kelahirannya. Kenangan akan sebuah negeri yang jauh. (Foto Pasar Baru Bandung dari buku Kota di Djawa Tempo Doeloe) **

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

Sabtu, 27 April 2024 14:25 WIB

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

Sabtu, 27 April 2024 14:25 WIB