x

Pergunakanlah mesin politik parpol untuk melakukan edukasi kepada masyarakat.

Iklan

akhlis purnomo

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Politik dan Kebahagiaan

Bicara politik sekarang ini membuat kita berdebar, gusar lalu berujung terbakar. Padahal politik sejatinya harus membahagiakan.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Berbicara tentang politik saat ini membuat kita pusing. Di luar, kita sudah dipusingkan dengan kegaduhan pemilihan pucuk pimpinan negeri adidaya. Karena besarnya pengaruh negara itu pada konstelasi bangsa-bangsa di muka bumi ini, dampaknya ke mana-mana. Di dalam, kita juga terus dibuat sibuk oleh hiruk pikuk 'pertandingan ping pong' manuver dua pihak yang berseteru dalam pemilihan pengisi tahta di ibukota. Tiap hari ada serangan balasan, perang komentar, sindir menyindir. Sudah tak terhitung korbannya. Bisa saya katakan bahkan sebelum perang dimulai, kondisi sudah porak poranda. Plus, media sosial membuat skala kegaduhan itu makin 'memekakkan' dari hari ke hari. Orang-orang yang tak seharusnya mendengar atau tidak ingin mendengar kini juga bisa mendengar.

Gila. 

Padahal seharusnya politik itu membuat manusia tambah bahagia. Kita mungkin bertanya apakah memang politik selalu seperti ini sejak dulu kala. Di era filsuf Yunani Kuno Aristoteles, politik mungkin masih sederhana. Tapi apakah sudah senista sekarang? Bisa jadi, karena manusia -- tak peduli masa -- selalu punya sisi bobrok masing-masing. Tapi yang menjadi intinya, politik dimaksudkan sebagai alat untuk memanfaatkan kerumunan manusia demi memperbaiki kondisi kehidupan mereka sendiri. Membantu sesama inilah yang menurut sang filsuf membuat manusia seharusnya bahagia sehingga politik dapat dirumuskan sebagai metodologi mempengaruhi sebanyak mungkin manusia secara POSITIF.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kebahagiaan itu di mata Aristoteles (sebagaimana ia tuangkan dalam karyanya "Metaphysics" dan "Nicomachean Ethics") bisa diraih jika sekelompok manusia berkembang bersama ke arah yang lebih baik. Tidak cuma satu atau dua individu yang maju tetapi sebuah masyarakat secara keseluruhan. 

Namun sayangnya, definisi "baik" itu sendiri bisa sangat berbeda dari satu manusia ke manusia lainnya. Apa yang baik untuk satu orang bisa dianggap buruk bagi yang lain.

Aristoteles sendiri memiliki gagasan etis tentang ini. Ia menggunakan ilmu metafisikanya sebagai dasar pemikirannya. Intinya semua entitas dalam dunia ini memiliki "telos" atau sebuah "akhir" yang menjadi pangkalnya. Jadi, perbaikan dan kemajuan sebuah masyarakat ditentukan oleh "akhirnya".

Manusia diarahkan sedemikian rupa untuk berkumpul dan membentuk sebuah masyarakat. Manusia secara alami membentuk kelompok dan struktur sosial. Maka puncak kemajuan umat manusia dianggap sebagai tujuan akhirnya. Kebajikan didefinisikan oleh apa yang membuat seseorang menjadi warga negara yang ideal. Dalam mencapai kebajikan, Anda wajib mencapai tujuan akhir tadi dan hal ini akan menghasilkan kebahagiaan dalam diri manusia yang bersangkutan. Ini karena menurut Aristoteles, kebahagiaan sejati sama dengan kemajuan tadi. Dengan kata lain, jika manusia bisa memainkan peran yang ia mesti lakukan, sebagaimana dianugerahkan oleh Tuhan dan turut ditentukan jatidirinya, kita semua baru akan bisa berkembang dan maju bersama untuk meraih kebahagiaan sejati.

Tentang penanaman kebajikan, kita bisa menggunakan analogi seorang pemain biola dalam mencapai performa tertingginya. Satu-satunya cara menjadi ahli dalam bermain biola ialah dengan mengembangkan ketrampilan bermainnya. Satu-satunya cara mengembangkan ketrampilan itu ialah dengan berlatih kontinu. Tapi latihan terus menerus akan sia-sia jika ia tidak berdisiplin mempertahankan kebiasaan-kebiasaan baik dan membuang kebiasaan-kebiasaan buruk. Dengan analogi itu, seorang manusia bisa menjadi bajik dengan mengatakan hanya kebenaran dan menahan diri dari melontarkan kebohongan. Maka, mari jadikan kejujuran sebagai sebuah kebiasaan yang mendarah daging dan secara otomatis masyarakat kita akan bisa berkembang lebih maju berkat kejujuran.

Saatnya bertanya, apakah politik yang kita praktikkan sekarang membuat kita lebih bahagia demi kemajuan dan kemaslahatan bersama atau hanya untuk memuaskan dan membahagiakan diri dan kelompok kita saja?

Ikuti tulisan menarik akhlis purnomo lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Hanya Satu

Oleh: Maesa Mae

Kamis, 25 April 2024 13:27 WIB

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Hanya Satu

Oleh: Maesa Mae

Kamis, 25 April 2024 13:27 WIB