Cilegon—Menjelang Muktamar Al-Khairiyah ke-IX, pondok pesantren Al-Khairiyah Citangkil meluncurkan 3 buku puisi dalam acara yang diberi tajuk Al-Fatihah for Muktamar (20/10). Ketiga buku tersebut merupakan karya para pendidik dan santri Ponpes Al-Khairiyah, yakni Rengginang Sayang karya Betet Qordowi, Filsafat Ketoprak karya Mulla Gabriel al-Rumi, dan Rabeg Ala Santri karya satriwan-santriwati Al-Khairiyah Citangkil.
Betet Qordowi, salah satu pengajar Ponpes Al-Khairiyah Citangkil, penggagas acara, sekaligus penyair yang bukunya turut diluncurkan, memaparkan keharuannya melihat hasil dari perjuangan kawan-kawan Ikatan Kader Al-Khairiyah Cabang Cilegon yang rela bersusah payah meski tanpa dukungan yang nyata dari pihak manapun.
Ia juga menyampaikan, acara ini merupakan perwujudan dari keyakinan bahwa dengan niat dan semangat yang bulat, apapun dapat terjadi. Terbukti, Al-Fatihah for Muktamar ini sangat terbatas dari segi pendanaan, tapi dalam segi penampilan, konten acara, serta antusiasme masyarakat Al-Khairiyah sangat baik.
“Acara dengan keterbatasan dana namun mengandung tujuan luhur ini ternyata telah berhasil menggugah semangat Para kader untuk bangkit memberikan segala pengabdian kepada Al-khairiyah terlebih dengan disertai pula acara peluncuran tiga buku sastra karya santri-santri dan asatid dari ponpes Al-khairiyah Citangkil sebagai basis kader-kader militan Al-khairiyah,” ungkap lelaki yang sehari-hari berada di lingkungan Al-Khairiyah Citangkil ini.
Fatehah for Mukhtamar yang dilaksanakan oleh Ikatan Kader Al-khairiyah Cabang Cilegon berlangsung semalam (20/10), masih menurut Betet, cukup khidmat dan memancing haru serta rindu kader-kader Al-khairiyah akan lahirnya pemimpin dan soko guru pergerakan Al-khairiyah dari mukhtamar ke- 9 yang akan digelar pada 21-23 Oktober 2016.
“Tujuan inti dari Fatehah for mukhtamar ini sendiri merupakan bentuk dukungan dan doa dari seluruh kader al-khairiyah untuk terlaksana dan suksesnya mukhtamar al-khairiyah yang ke -9,” pungkasnya.
Pada sambutannya, Ketua PB. Al-Khairiyah, KH. Hikmat Sam’un, mengutarakan harapannya terhadap kader-kader Al-Khairiyah. Sebagai sebuah organisasi, Al-Khairiyah merupakan organisasi besar yang memiliki lebih dari 200 cabang di seluruh Indonesia. Bahkan jika dilihat dari sejarahnya, sejarah Al-Khairiyah lebih tua dibandingkan dengan Nahdlatul ‘Ulama (NU).
Al-Fatihah for Muktaram diisi dengan penampilan para santri dan asatidz yang terbagi tiga kelompok dengan berbagai gaya kolaborasi. Selain itu, para santri menyuguhkan musikalisasi puisi dengan iringan gitar. Acara selesai ditandai dengan Mars dan Himne Al-Khairiyah yang dinyanyikan oleh PB. AL-Khairiyah, asatidz, para santri, dan tamu undangan.
(Redaksi Lentera)
Ikuti tulisan menarik Lentera Sastra lainnya di sini.