Lupa kata sandi Tempo ID anda?
Belum memiliki akun? Daftar di sini
Sudah mendaftar? Masuk di sini
Gangguan mood yang mencakup gangguan bipolar dan depresi diakui sebagai penyakit mental yang umum dan menimbulkan kecacatan. Bukti empiris mengidentifikasi bahwa agama dan spritualitas berefek positif pada gangguan mood.
Bagi banyak orang, terutama di komunitas yang kuat berpegang pada agama, solusi yang sesuai dengan keyakinan mereka dianggap lebih bermakna dan efektif.
Keyakinan keagamaan dapat mempengaruhi bagaimana individu mempersepsikan dan merespons gangguan kesehatan mental. Wa
Peran tradisional agama mengalami perubahan. Kehadiran anak muda di kegiatan keagamaan mulai menurun bersamaan meningkatnya sekularisme dan pluralisme budaya.
Dalam banyak tradisi agama, termasuk Kristen evangelikal, gangguan mental sering kali diinterpretasikan melalui lensa spiritual, seperti pengaruh roh jahat atau hukuman atas dosa. Namun, seiring dengan perkembangan pengetahuan dalam bidang psikologi dan psikiatri, pandangan ini mulai bergeser.
Ada tekanan untuk selalu tampak kuat dan teguh dalam iman, yang dapat menghambat individu, termasuk istri pendeta, untuk mencari bantuan atau mengakui adanya stres dan tekanan emosional. Kondisi ini diperparah oleh kurangnya dukungan formal dan sumber daya khusus yang ditujukan untuk mereka.
Banyak individu dan komunitas mencari solusi dan kenyamanan dalam keyakinan dan praktik keagamaan mereka untuk menavigasi dan memproses pengalaman traumatis. Ini menggarisbawahi pentingnya memahami bagaimana teks-teks agama dan prinsip-prinsip spiritual dapat berkontribusi terhadap kesehatan mental dan kesejahteraan psikologis.
Hasil penelitian menunjukkan skor kebahagiaan individu Muslim berbahasa Turki di berbagai belahan dunia sejalan dengan peringkat kebahagiaan negara tempat mereka tinggal. Partisipan yang tinggal di Turki melaporkan kebahagiaan lebih rendah dibandingkan dengan mereka yang tinggal di Amerika Serikat, Kanada, dan negara-negara Eropa.
Bagaimana iman dan kepercayaan seseorang mempengaruhi pandangan mereka terhadap tubuh mereka sendiri dan seberapa besar pengaruhnya terhadap kepercayaan diri dan kepuasan hidup?
Para Pendeta sering kali bekerja dalam kondisi yang menuntut secara emosional, dengan jam kerja yang panjang dan tuntutan yang tinggi untuk memberikan dukungan emosional dan spiritual. Hal ini bisa meningkatkan risiko burnout dan stres psikologis.
Agama dapat menjadi strategi yang efektif, memberikan kenyamanan, ketahanan, dan pertumbuhan pascatrauma konflik.
Dalam beberapa dekade terakhir ada peningkatan kesadaran mengenai peran agama dan spiritualitas dalam menjawab krisis lingkungan. Beberapa pemimpin agama dan kelompok keagamaan telah menjadi suara yang penting dalam perdebatan lingkungan, mendorong para pengikutnya untuk mengadopsi gaya hidup berkelanjutan dan menghormati alam.
Pertanyaan utama yang diangkat dalam artikel ini adalah: Apakah semua orang mendapat manfaat dari keterlibatan agama? Di satu sisi terjadi peningkatan sekularisme dan penurunan kehadiran agama dalam kehidupan sehari-hari. Di sisi lain masih ada banyak masyarakat menempatkan agama di peran sentral dalam kehidupan sosial dan pribadi.