x

image: IItm

Iklan

Yan Okhtavianus Kalampung

Narablog dan Akademisi
Bergabung Sejak: 11 Desember 2023

Selasa, 16 Januari 2024 14:11 WIB

Peranan Agama dan Spiritualitas dalam Mengatasi Gangguan Mood

Gangguan mood yang mencakup gangguan bipolar dan depresi diakui sebagai penyakit mental yang umum dan menimbulkan kecacatan. Bukti empiris mengidentifikasi bahwa agama dan spritualitas berefek positif pada gangguan mood.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Dalam beberapa tahun terakhir, telah terjadi peningkatan kesadaran global tentang pentingnya kesehatan mental. Gangguan seperti gangguan depresi mayor (MDD) dan gangguan bipolar (BD) tidak lagi hanya dilihat sebagai kondisi pribadi, melainkan sebagai masalah kesehatan masyarakat yang memerlukan perhatian dan sumber daya yang signifikan.

Ada pengakuan yang berkembang bahwa pengobatan gangguan mood tidak hanya terbatas pada pendekatan medis dan psikoterapeutik, tetapi juga perlu mempertimbangkan aspek-aspek seperti Spiritualitas dan Agama (S/R) yang mungkin sangat berarti bagi pasien.

Dalam masyarakat global yang semakin beragam, pemahaman tentang peran agama dan spiritualitas dalam kehidupan individu menjadi lebih kompleks. Hal ini mempengaruhi bagaimana praktik kesehatan mental menyesuaikan pendekatan mereka untuk mengakomodasi berbagai latar belakang S/R pasien.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Semakin banyak penelitian yang mengakui bahwa sumber daya spiritual dan religius dapat berfungsi sebagai faktor protektif dalam menghadapi stres dan gangguan mental. Ini mencakup aspek-aspek seperti dukungan komunitas, harapan, dan ketahanan yang sering ditemukan dalam konteks S/R.

Terdapat usaha yang berkembang untuk menjembatani kesenjangan antara sains dan spiritualitas dalam konteks kesehatan mental. Hal ini mencakup usaha untuk memahami mekanisme neurobiologis di balik dampak positif praktik S/R pada kesehatan mental.

Ada pemahaman yang meningkat tentang kebutuhan untuk pendekatan perawatan kesehatan mental yang terpadu, yang menggabungkan intervensi medis, psikososial, dan spiritual/religius untuk memberikan perawatan yang holistik.

Profesional kesehatan mental kini semakin diharapkan untuk memiliki sensitivitas kultural dan etika saat berinteraksi dengan pasien dari berbagai latar belakang agama dan spiritual, menerapkan pendekatan yang inklusif dan tidak menghakimi.

Memulai diskusi dengan mengakui dan memahami konteks ini dapat membantu memberikan pemahaman yang lebih mendalam dan menyeluruh tentang cara S/R berinteraksi dengan gangguan mood seperti MDD dan BD, dan bagaimana hal ini relevan dalam praktik kesehatan mental saat ini.

Bab 1 dari buku "Handbook of Spirituality, Religion, and Mental Health" mengulas hubungan antara spiritualitas/agama (S/R) dan gangguan mood, termasuk depresi dan bipolar. Fokus utama bab ini adalah pada pengaruh S/R dalam menghadapi gangguan mood, khususnya gangguan depresi mayor (MDD) dan gangguan bipolar (BD). Bab ini menyentuh pertanyaan mendalam tentang kebutuhan manusia akan pemahaman, makna, dan tujuan dalam menghadapi penderitaan, serta pencarian transendensi lintas budaya dan periode sejarah.

Gangguan mood, yang mencakup gangguan bipolar dan depresi, saat ini diakui sebagai penyakit mental yang sangat umum dan menimbulkan kecacatan, berdampak serius pada kesehatan global. Gangguan depresi mayor mempengaruhi sekitar 300 juta orang di seluruh dunia dan menjadi penyebab utama penyakit terkait kesehatan mental secara global. Individu dengan gangguan bipolar mengalami morbiditas dan gangguan yang substansial, dengan dampak yang lebih besar pada orang muda, menjadi penyebab kecacatan utama keenam di kalangan orang berusia 10-24 tahun di dunia. Survei Kesehatan Mental Dunia memperkirakan prevalensi seumur hidup BD sekitar 1,0% (gangguan bipolar I dan II) dan prevalensi seumur hidup MDD sekitar 12,8%.

S/R dianggap sebagai domain yang sangat penting bagi banyak, mungkin sebagian besar individu lintas budaya dan konteks. Survei Pew-Review Templeton menemukan bahwa 5,8 miliar orang di dunia (84% dari populasi dunia) melaporkan afiliasi agama, dan bagi mereka yang tidak terafiliasi secara agama (termasuk ateis, agnostik, dan orang yang rohani tapi tidak religius), banyak yang memegang keyakinan dan praktik S/R yang sering kali merupakan aspek penting dalam kehidupan mereka.

Bukti empiris dalam beberapa dekade terakhir secara konsisten mengidentifikasi efek positif S/R pada gangguan mood. Keyakinan dan praktik S/R biasa digunakan sebagai sumber daya untuk mengatasi peristiwa kehidupan yang stres atau kesulitan. Selain itu, penelitian menunjukkan bahwa S/R seringkali menjadi sumber makna, ketahanan, kekuatan, koneksi, dan dukungan sosial yang mampu mempromosikan pemulihan pada banyak orang dengan MDD dan BD. Meskipun lebih jarang, S/R juga dapat menjadi sumber konflik dan penanganan negatif.

Sebagian besar pasien setuju bahwa para profesional kesehatan harus peka dan terbuka terhadap isu S/R mereka dalam perawatan klinis. Pernyataan Posisi Asosiasi Psikiatri Dunia (WPA) tentang Agama, Spiritualitas, dan Psikiatri merekomendasikan agar S/R harus rutin dipertimbangkan dalam praktik klinis dengan pendekatan yang berbasis ilmiah, penuh belas kasih, dan sensitif budaya. Memahami bagaimana keyakinan dan praktik S/R memengaruhi gangguan mood dan bagaimana menangani isu-isu ini dalam praktik klinis merupakan pertanyaan sentral dalam perawatan kesehatan mental.

Bab ini bertujuan untuk menyajikan gambaran literatur ilmiah mengenai hubungan antara S/R dan gangguan mood, khususnya MDD dan BD. Bagian pertama melakukan tinjauan komprehensif studi, termasuk jalur psikologis dan neurobiologis potensial, untuk memahami bagaimana agama dan spiritualitas dapat mempengaruhi MDD. Bagian lain akan mengevaluasi dampak isu S/R pada BD. 

Dalam bab ini, penulis Bruno Paz Mosqueiro, Alexandre de Rezende Pinto, dan Alexander Moreira-Almeida menyajikan penelitian terkait hubungan antara spiritualitas/agama (S/R) dan gangguan mood, khususnya gangguan depresi mayor (MDD) dan gangguan bipolar (BD). Bagian pertama bab ini melakukan tinjauan komprehensif studi, termasuk jalur psikologis dan neurobiologis potensial, untuk memahami bagaimana agama dan spiritualitas dapat mempengaruhi MDD.

Pada bagian ini, penelitian menunjukkan bahwa keyakinan dan praktik S/R sering digunakan sebagai sumber daya untuk mengatasi peristiwa kehidupan yang stres atau kesulitan. S/R seringkali menjadi sumber makna, ketahanan, kekuatan, koneksi, dan dukungan sosial yang mampu mempromosikan pemulihan pada banyak orang dengan MDD dan BD. Namun, S/R juga dapat menjadi sumber konflik dan penanganan negatif dalam beberapa kasus.

Lebih lanjut, bab ini mengevaluasi dampak isu S/R pada gangguan bipolar (BD). Gangguan bipolar ditandai dengan perubahan mood yang signifikan, termasuk periode mania dan depresi. Penelitian mengindikasikan bahwa S/R dapat memainkan peran penting dalam cara individu menghadapi dan mengelola gejala mereka, serta dalam pemulihan jangka panjang dari gangguan tersebut.

Bagian akhir bab ini membahas implikasi klinis dan tantangan yang dihadapi dalam mengintegrasikan S/R dalam pengobatan gangguan mood. Penulis menekankan pentingnya profesional kesehatan yang peka dan terbuka terhadap isu S/R dalam perawatan klinis. Pernyataan Posisi Asosiasi Psikiatri Dunia (WPA) tentang Agama, Spiritualitas, dan Psikiatri merekomendasikan agar S/R harus rutin dipertimbangkan dalam praktik klinis dengan pendekatan yang berbasis ilmiah, penuh belas kasih, dan sensitif budaya.

Kesimpulan utama dari bab ini adalah bahwa spiritualitas dan agama berperan penting dalam kesehatan mental, khususnya dalam konteks gangguan mood seperti MDD dan BD. Keyakinan dan praktik S/R dapat menjadi sumber dukungan, ketahanan, dan pemulihan bagi individu yang mengalami gangguan mood. Namun, S/R juga dapat menimbulkan tantangan dan konflik yang harus ditangani dengan hati-hati dalam perawatan klinis. Keterlibatan S/R dalam pengobatan gangguan mood menuntut pendekatan yang sensitif dan individualisasi perawatan, mempertimbangkan peran penting S/R dalam kehidupan banyak pasien. Bab ini menggarisbawahi pentingnya penelitian lanjutan dan pendidikan klinis untuk lebih memahami dan mengintegrasikan aspek-aspek S/R dalam pengobatan gangguan mood​​.

Ikuti tulisan menarik Yan Okhtavianus Kalampung lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

2 hari lalu

Kisah Naluri

Oleh: Wahyu Kurniawan

Selasa, 23 April 2024 22:29 WIB

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

2 hari lalu

Kisah Naluri

Oleh: Wahyu Kurniawan

Selasa, 23 April 2024 22:29 WIB