x

Ilustr: Summit Malibu

Iklan

Yan Okhtavianus Kalampung

Narablog dan Akademisi
Bergabung Sejak: 11 Desember 2023

Minggu, 17 Desember 2023 09:04 WIB

Kitab Suci Sebagai Alat Pemulihan Trauma

Banyak individu dan komunitas mencari solusi dan kenyamanan dalam keyakinan dan praktik keagamaan mereka untuk menavigasi dan memproses pengalaman traumatis. Ini menggarisbawahi pentingnya memahami bagaimana teks-teks agama dan prinsip-prinsip spiritual dapat berkontribusi terhadap kesehatan mental dan kesejahteraan psikologis.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Dalam dunia saat ini, kita dihadapkan pada berbagai bentuk trauma dan kesulitan yang sering kali mempengaruhi kehidupan individu dan komunitas. Faktor-faktor seperti pandemi global, konflik sosial, bencana alam, dan krisis ekonomi telah meningkatkan kesadaran dan kebutuhan untuk mengatasi trauma dan stres.

Dalam konteks ini, agama dan spiritualitas seringkali berperan penting dalam proses pemulihan dan pengelolaan trauma. Banyak individu dan komunitas mencari solusi dan kenyamanan dalam keyakinan dan praktik keagamaan mereka untuk menavigasi dan memproses pengalaman traumatis.

Ini menggarisbawahi pentingnya memahami bagaimana teks-teks agama dan prinsip-prinsip spiritual dapat berkontribusi terhadap kesehatan mental dan kesejahteraan psikologis.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Di sisi lain, psikologi trauma telah berkembang secara signifikan dalam beberapa dekade terakhir, memberikan wawasan yang lebih dalam tentang bagaimana individu mengalami dan memproses peristiwa traumatis.

Pendekatan ini mencakup memahami berbagai strategi coping dan mekanisme pertahanan yang digunakan orang untuk mengatasi pengalaman negatif dan menekankan pentingnya intervensi dan dukungan yang efektif.

Dalam melihat teks-teks agama seperti Mazmur, penting untuk mempertimbangkan konteks historis mereka dan bagaimana mereka dapat diaplikasikan dalam konteks kontemporer. Meskipun teks-teks ini berasal dari ribuan tahun yang lalu, prinsip-prinsip dan pengajaran yang terkandung di dalamnya seringkali masih relevan untuk tantangan dan pengalaman manusia saat ini, termasuk dalam menghadapi trauma dan kesulitan.

Khususnya, dalam konteks pandemi COVID-19, banyak individu menghadapi tingkat stres, kecemasan, dan ketidakpastian yang belum pernah terjadi sebelumnya. Hal ini telah meningkatkan kebutuhan akan sumber daya yang efektif untuk mengatasi trauma dan memperkuat ketahanan.

Dalam hal ini, teks-teks agama dan spiritualitas seringkali menjadi sumber kekuatan dan penghiburan bagi banyak orang.

Mempertimbangkan konteks kekinian ini, pemahaman tentang bagaimana teks-teks agama kuno seperti Mazmur 90, 91, dan 92 dapat digunakan sebagai sarana untuk mengatasi trauma dan kesulitan menjadi sangat relevan.

Artikel berjudul "Psalms 90, 91, and 92 as a means of coping with trauma and adversity"oleh Jennifer E. Brown dan Joanna Collicutt menyediakan wawasan tentang hal ini, menghubungkan teks-teks agama kuno dengan teori-teori psikologis modern untuk mengatasi trauma dan kesulitan, yang sangat relevan dalam konteks saat ini.

Penelitian yang dipublikasikan di Jurnal Mental Health, Religion and Culture ini mengaitkan teks-teks ini dengan teori-teori psikologis tentang trauma dan pemulihan, serta memberikan wawasan tentang bagaimana teks-teks ini mungkin telah digunakan dalam konteks sejarah dan bagaimana mereka dapat diterapkan dalam praktik pastoral kontemporer.

Artikel ini membuka dengan mengakui peran penting agama dalam mengatasi peristiwa hidup yang merugikan, mengingat hampir semua individu akan menghadapi trauma atau kesulitan di beberapa titik dalam hidup mereka. Para penulis mengemukakan bahwa Mazmur 90, 91, dan 92 merepresentasikan upaya komunitas untuk mengatasi peristiwa traumatis seperti Pembuangan Babilonia pada abad ke-6 SM.

Artikel ini bertujuan untuk membaca mazmur-mazmur ini melalui lensa teori coping, mengeksplorasi bagaimana peristiwa traumatis mungkin mempengaruhi komposisi mereka, dan mempertimbangkan cara-cara di mana mereka dapat digunakan dalam situasi pastoral saat ini.

Dalam pengantar, para penulis membahas peningkatan pengakuan terhadap kontribusi psikologi dalam memahami Alkitab, khususnya terkait dengan psikologi trauma. Mereka menyatakan bahwa cara efektif mengatasi trauma sangat penting, terutama bagi individu yang beragama karena mereka cenderung menggunakan sumber daya berbasis iman dalam menghadapi kesulitan.

Artikel tersebut menjelaskan bagaimana psikologi dapat digunakan untuk menginterpretasi mazmur tertentu, yang dianggap sebagai dokumen-dokumen yang sangat manusiawi. Meskipun para penulis mazmur tidak memiliki konsep psikologi modern, penerapan kerangka kerja psikologis modern dapat mengungkapkan wawasan berharga.

Para penulis menganalisis isi teologis dan konten Mazmur 90, 91, dan 92. Mereka menunjukkan bahwa mazmur ini awalnya digunakan dalam ritual keagamaan komunal dan mengusulkan bahwa mereka harus dibaca bersama sebagai satu kesatuan. Mazmur ini, ketika dibaca bersama, membentuk urutan permohonan bantuan, jaminan bantuan, dan ucapan syukur atas bantuan yang diterima.

Artikel tersebut menguraikan trauma psikologis sebagai fenomena kompleks yang mencakup peristiwa yang luar biasa dan respons yang terkait. Para penulis mengeksplorasi bagaimana Mazmur 90, 91, dan 92 dapat mencerminkan berbagai mekanisme coping agama dalam menghadapi trauma, termasuk pemahaman ulang peristiwa traumatis dan pencarian dukungan spiritual.

Pembuangan ke Babilonia dianggap sebagai trauma nasional besar untuk masyarakat Yahudi kuno. Artikel ini menyatakan bahwa teks-teks agama dari komunitas Ibrani yang terbuang dapat dilihat sebagai bagian dari wacana komunal yang membantu memperkuat identitas komunitas dan pandangan agama di tengah kesulitan.

Artikel ini juga mengeksplorasi peran agama dalam mengatasi situasi yang menekan, khususnya situasi yang mengancam jiwa. Para penulis menekankan pentingnya memahami bagaimana individu menggunakan agama mereka dalam menghadapi peristiwa atau situasi yang stres.

Para penulis mengidentifikasi berbagai dimensi coping agama dalam mazmur pengaduan, termasuk venting kemarahan yang terapeutik dan menciptakan dan memperkuat identitas serta solidaritas komunitas.

Akhirnya, artikel tersebut mengeksplorasi bagaimana Mazmur 90, 91, dan 92 dapat digunakan saat ini untuk membantu individu mengatasi trauma atau kesulitan. Para penulis menyarankan bahwa mazmur-mazmur ini, melalui fokusnya pada distress, refleksi kehidupan, kenyamanan, dan asuransi perlindungan ilahi, cocok untuk mendukung mereka yang mengalami trauma atau kesulitan.

Artikel ini mengakhiri dengan menegaskan bahwa Mazmur 90, 91, dan 92 tampaknya mencerminkan beberapa metode coping yang dikenal dan mungkin berguna sebagai alat bantu bagi mereka yang berjuang dengan stres atau trauma, terutama dalam konteks pandemi COVID-19.

Ikuti tulisan menarik Yan Okhtavianus Kalampung lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler